User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Article Index

 

MODEL PELAYANAN YANG BENAR

Model pelayanan kita adalah pelayanan Yesus sendiri karena kita adalah murid-murid Kristus. Kita harus merasa seperti Yesus, berpikir seperti Yesus, mencintai dan melayani seperti Yesus. Oleh karena itu, Paulus berkata dalam Flp.2:5-8, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang hams dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Beberapa sikap Yesus dalam melayani, yang harus juga menjadi sikap dasar para pengikut-Nya dalam melayani adalah sebagai berikut:


1. Yesus senantiasa hanya mencari kehendak Allah

Sebagaimana Yesus hanya mau mencari kehendak Allah dalam melayani, demikianlah juga seharusnya kita para pengikut-Nya. Yesus berkata dalam Yoh.4:34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan-Nya.”

Mencari kehendak Allah tidak mudah karena tidak selalu jelas, namun kita harus secara terus menerus berusaha mencari apa yang menjadi kehendak-Nya agar pelayanan kita dapat selalu berdasarkan kehendak-Nya. Kita bisa mengetahui kehendak Allah melalui Kitab Suci, pembimbing rohani, peristiwa-peristiwa tertentu atau dorongan tertentu. Agar bisa lebih peka mengenali kehendak Allah, diperlukan pembaruan dalam cara berpikir, tindakan dan seluruh kepribadian kita, yang hanya dimungkinkan oleh kuasa Roh Kudus

 

2. Yesus melayani bukan demi kemuliaan-Nya sendiri, melainkan demi kemuliaan Allah

Pekerjaan yang harus kita lakukan adalah pekerjaan Allah sendiri, yang dari hakikatnya melampaui segala kekuatan kita. Untuk itu, Kristus telah membekali kita dengan kuasa-Nya yang telah diterima-Nya dari Bapa. (lht. Yoh.14:12).

Kuasa Allah itu, yang dari dirinya sendiri adalah baik, mudah diselewengkan. Orang mudah tergoda untuk menjadi sombong, berbangga-bangga secara sia-sia, mencari kemuliaan diri sendiri. Padahal kita tahu bahwa Yesus, walaupun Mahakuasa, telah merendahkan diri-Nya sebagai manusia lemah. Meskipun banyak sekali mukjizat yang telah dilakukan-Nya, Dia tidak pernah membanggakan diri atas semuanya itu. Sebaliknya, dalam segala hal, Ia hanya memuliakan Bapa dan bukan diri-Nya sendiri.

Mengapa Yesus tidak mencari kemuliaan-Nya sendiri? Pertama, karena Ia menyadari bahwa Bapa sungguh-sungguh mengasihi Dia. Itulah segala-galanya bagi Dia. Kedua, karena Ia menyadari dan menerima sepenuhnya ketergantungan-Nya yang mutlak kepada Bapa. Terakhir, karena Ia sadar sepenuhnya bahwa Ia berharga di mata Bapa dan dikasihi Bapa, sehingga Ia tidak membutuhkan peneguhan kepastian dari pihak lain. Kasih Bapa sudah lebih dari cukup bagi-Nya.

Bila Allah melakukan pekerjaan-Nya melalui kita, hendaklah kita tidak terbuai karena sesungguhnya kita hanyalah keledai yang ditunggangi Yesus. Orang tidak menghormati keledai, melainkan Yesus yang menunggangi keledai itu. Janganlah berbangga atas diri sendiri apabila kita telah melayani karena itu sudah sepatutnya bagi pengikut Kristus. Hal ini diajarkan oleh Yesus dalam Luk.17:10, “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting