User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

 

3.               Berani menanggung apapun yang terjadi dengan Cinta

Allah mempunyai rancangan (Yes 55: 8-9) dan rencana yang indah bagi setiap manusia. Berani melakukan dan menerima segala sesuatu demi cinta kepada Allah dan mengarahkan hati pada nilai-nilai keabadian.

Penderitaan yang ditanggung dan dirangkul dengan penuh cinta akan membawa kepada kekudusan. Takut menanggung penderitaan dapat menjadi suatu halangan besar bagi kekudusan, sedangkan keinginan akan kenikmatan akan menjadi halangan bagi keselamatan.

Allah membiarkan orang-orang benar di cobai demi suatu kebaikan yang lebih tinggi. Hal itu lebih dapat dimengerti bila dilihat dalam terang hidup abadi walaupun bila itu menimpa kita, membutuh perjuangan untuk menerimanya, seperti yang dikatakan oleh St. Paulus: penderitaan di masa ini, tidak sebanding bila dibandingkan dengan kemuliaan yang disediakan Allah.

Seringkali digambarkan orang yang benar, dicobai seperti emas disepuh dalam api, supaya kotorannya hilang dan emasnya lebih bersinar. Demikian juga dengan orang yang benar dicobai oleh Allah, banyak mengalami pemurnian-pemurnian dan pembentukan supaya mereka lebih mampu menerima rahmat yang lebih besar, yang disediakan Allah bagi mereka. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri,  ranting-ranting kering dipotong dan dibakar, tetapi ranting yang baik dibersihkan dan dimurnikan (Yoh 15:2).  Penderitaan bukan berasal dari Tuhan tetapi Tuhan membiarkan hal itu terjadi demi kebaikan kita (Rm 8: 28).

Mengapa manusia harus menderita?

·    Penderitaan juga merupakan tanda cintakasih Allah, rahmat yang mempersatukan kita dengan-Nya karena dapat mencicipi yang dialami-Nya dengan cinta kepada Allah mau menerima apapun yang dikendaki-Nya juga untuk setiap penderitaan yang dibiarkan-Nya terjadi.

·         Mengambil bagian dalam karya keselamatan dan memiliki nilai penebusan.

·         Penderitaan menguatkan kita meninggalkan semangat keduniawian, silih bagi dosa.

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat16:24).

Perlu mengambil keputusan untuk merangkul penderitaan, dengan cara dan sesuai dengan yang kehendaki-Nya. Mempunyai sikap, “terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”, suatu kelepasan total tanpa syarat kepada Allah, disertai dengan kepercayaan yang besar akan penyelenggaraan kasih Allah.

 

4.               Kerinduan untuk mencari dan melaksanakan kebenaran

Sesungguhnya manusia mempunyai “jiwa yang bersifat rohani dan kekal abadi” (Gadium et Spes 14), akan mengalami hidup batin yang mendalam bila masuk ke dalam lubuk hatinya karena Allah yang menyelami lubuk hati dan menantikannya, “Aku Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji batin,” (Yer 17: 10). “Kodrat pribadi manusia disempurnakan melalui kebijaksanaan, yang dengan cara yang menyenangkan menarik budi manusia untuk mencari dan mencintai apa yang serba benar dan baik” (GS 15,2). Yesus mengajak kita agar berjuang untuk “Hidup benar di hadapan Allah”. Meresapkan Sabda Tuhan dan melaksanakan-Nya dalam doa yang tak kunjung putus sambil mengucap syukur, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6: 33). Bagi orang-orang yang bertegar hati yang membela diri dan berpegang pada pandangannya sendiri diperlukan kerendahan hati, keterbukaan serta kerelaan hati untuk menerima dan melaksanakan kebenaran Allah.

Menaruh kepercayaan bahwa Yesus sungguh hidup yang selalu menyertai dalam setiap perkara, Dialah jawaban bagi hidup kita, karena Dia adalah Allah yang Maha Kuasa, Allah Maha Tahu serta Allah Maha kasih. Berani menyerahkan dan membiarkan diri untuk dibimbing oleh Roh Kudus menuju kebenaran dan pengenalan akan Yesus Kristus yang hidup “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh 14: 6).

 

PENUTUP

Gereja menyadari bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan seorang wanita melakukan aborsi. Gereja mengajak para wanita yang telah melakukan aborsi dan bagi para dokter, petugas medis atau siapapun yang pernah terlibat dalam tindakan aborsi, entah dengan menganjurkannya ataupun dengan membantu proses aborsi itu sendiri, untuk menghadapi segala yang telah terjadi dengan jujur. Perbuatan aborsi tetap merupakan perbuatan yang sangat salah dan dosa, namun juga janganlah berputus asa dan kehilangan harapan. Datanglah kepada Tuhan dalam pertobatan yang sungguh dalam Sakramen Pengakuan Dosa, percayakanlah kepada Allah Bapa jiwa anak yang telah diaborsi. Demikian pula yang telah terlibat dalam pelaksanaan euthanasia, untuk datang menghadap tahta kerahiman Allah. Mulai sekarang junjunglah keluhuran nilai kehidupan, entah dengan komitmen mengasuh anak-anak yang lain, atau bahkan menjadi promotor bagi banyak orang agar mempunyai pandangan yang baru dalam melihat makna kehidupan manusia.

 

Pengajaran Alkitab dan Gereja Khatolik menyatakan, “Kehidupan manusia adalah suci karena sejak dari awalnya melibatkan tindakan penciptaan Allah”. Kehidupan dan kematian adalah sesuatu yang menjadi hak Allah, manusia tidak berkuasa untuk menyalahgunakannya. Gereja Katolik tetap menyatakan sikapnya yang “pro-life“, mendukung kehidupan, sebab, Gereja menghormati Allah Pencipta yang memberikan kehidupan itu. Aborsi dan euthanasia adalah tindakan pembunuhan manusia yang menentang hukum alam dan hukum Allah, maka mengakibatkan hal yang sangat negatif kepada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dengan tindakan melindungi, memelihara serta menghormati kehidupan, manusia mencapai kesempurnaan dalam menghayati hidup Kristen yang sejati dan merupakan bukti nyata dari iman kita kepada Kristus, yang adalah Sang Hidup (Yoh 14:6) dan pemberi hidup itu sendiri.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting