User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Saudara yang terkasih, Kristus hadir dalam perayaan Ekaristi, secara istimewa saat konsekrasi dan saat kita menerima komuni. Di dalam perayaan Ekaristi, kita menyatakan iman bahwa Yesus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur. Penghormatan kepada Ekaristi, antara lain dengan berlutut dan menundukkan diri sebagai tanda penyembahan kepada Tuhan. Gereja Katolik menyembah Ekaristi tidak hanya selama misa kudus, tetapi juga di luar perayaan misa. Kita menyimpan hosti yang telah dikonsekrasi dengan perhatian besar, menakhtakannya untuk disembah oleh umat beriman secara meriah, dan membawanya dalam prosesi. Hosti yang sudah dikonsekrasi tersebut disimpan di dalam tabernakel di Gereja-gereja Katolik. Umat masuk ke dalam Gereja dengan berlutut dan menyembah Yesus yang bersemayam di sana.

Kristus dalam rupa yang kelihatan telah meninggalkan para pengikut-Nya, maka Ia  memberikan kepada kita kehadiran sakramental-Nya. Karena Ia menyerahkan diri di salib untuk menyelamatkan kita, maka Ia menghendaki agar kita memiliki tanda kenangan akan cinta-Nya terhadap kita. Hal ini merupakan tanda bahwa Ia telah mengasihi kita sampai kesudahan-Nya, sampai kepada penyerahan kehidupan-Nya (bdk. Yoh 13:1). Di dalam kehadiran Ekaristi, Ia tinggal atas cara yang penuh rahasia di tengah kita sebagai Dia yang telah mengasihi kita dan telah menyerahkan diri untuk kita. Ia hadir dalam tanda-tanda yang menyatakan cinta kasih ini.

 

PENGHORMATAN PARA KUDUS KEPADA YESUS DALAM SAKRAMEN MAHAKUDUS

Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya, Dominicae Cenae, mengatakan: “Gereja dan dunia sangat membutuhkan penghormatan kepada Ekaristi. Di dalam Sakramen cinta ini, Yesus sendiri menantikan kita. Karena itu, tidak ada waktu yang lebih berharga daripada menemui Dia di sana. Dalam penyembahan dan kontemplasi dengan penuh iman, dan siap memberikan silih bagi kesalahan besar dan ketidakadilan yang ada di dunia. Penyembahan tidak boleh berhenti.”

Santo Tomas Aquinas mengarang sebuah madah untuk menghormati Sakramen Mahakudus. Madah ini sering kali dinyanyikan oleh umat dalam Gereja Katolik dalam adorasi. Inilah kutipan madah penghormatan kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus dari S. Thomas Aquinas:

Aku sembah sujud di hadapan-Mu

Tuhan yang tersamar hadir di sini

Hanya rupa roti tertampak kini

Namun aku yakin akan Sabda-Mu

Panca indraku tak menangkapnya

Namun aku yakin akan Sabda-Mu

Sebab hanya Sabda Allah Putera

Kebenaran mutlak tak tersangkalkan.

(S. Thomas Aquinas, Himne Adoro Te Devote)

 

Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa Tubuh Kristus yang sebenarnya dan Darah Kristus yang sebenarnya hadir dalam Sakramen ini, tidak dapat ditangkap oleh indra… tetapi hanya oleh iman yang bersandar pada otoritas ilahi. Karena itu, berkatalah S. Sirilus tentang kalimat dalam Kitab Suci, “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu (bdk. Luk 22:19). Jangan ragu-ragu apakah itu benar, melainkan terimalah kata-kata Penebus itu dalam iman karena Ia adalah kebenaran. Jadi, Ia tidak menipu.”

Sebagai orang Katolik, kita hendaknya menyembah dan menghormati Yesus dalam Sakramen Mahakudus dengan penuh iman, bahwa Dia yang hadir dalam rupa roti dan anggur yang sudah dikonsekrasi itu benar-benar adalah Yesus sendiri. Yesus yang adalah Tuhan dan Allah kita yang hadir dengan segala ke-Allahan dan kemanusiaan-Nya. Sebagai orang Katolik, kita juga patut bersyukur atas iman yang dianugerahkan kepada kita, bila kita dapat mengimani Yesus dalam Sakramen Mahakudus tanpa ragu-ragu. Sebab tidak semua orang dianugerahi iman yang tanpa ragu-ragu untuk memercayai kehadiran Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Sebagai contoh, kaum bidaah yang tidak percaya kepada kehadiran Yesus dalam Sakramen Mahakudus.

 

SANTO ANTONIUS DARI PADUA MEMPERTOBATKAN PARA BIDAAH: IMAN TANPA KERAGUAN”

Pada tahun 1224, Perancis selatan merupakan pusat ajaran sesat. Di Albi, ada kelompok para bidaah (orang-orang Katari) yang paling kuat pengaruhnya dan menyesatkan orang-orang Katolik di sana. Santo Antonius dari Padua diutus oleh pembesarnya ke daerah Montpellier, Perancis Selatan, dengan harapan untuk menjernihkan iman Katolik dari pengaruh ajaran sesat. Santo Antonius bekerja di sana sebab Montpellier dekat dengan kota Toulouse, yang merupakan pusat ajaran sesat para pengikut Albi dan orang-orang Katari. Kaum bidaah tidak percaya bahwa Yesus benar-benar hadir dalam Ekaristi Kudus, dan bahwa roti yang disantap merupakan Tubuh Kristus sendiri.

Ketika para bidaah tidak mampu lagi berdebat melawan Antonius, kaum bidaah mengajak taruhan. Mereka akan mengambil seekor keledai dan memasukkan ke dalam kandang. Keledai itu tidak diberi makan dan minum selama tiga hari. Pada hari ketiga, mereka akan datang membawa rumput dan Antonius membawa Sakramen Mahakudus. Antonius menyetujui taruhan itu.

Tepat pada hari ketiga, mereka datang. Keledai yang telah dikurung selama tiga hari itu dikeluarkan dari kandang. Sungguh mengherankan dan benar-benar membuat kaum bidaah bertekuk lutut. Ketika melihat Sakramen Mahakudus yang dipegang oleh Antonius, keledai itu langsung berlutut dan menghormati-Nya. Rumput hijau yang disediakan oleh kaum bidaah tidak disentuhnya. Orang-orang tertegun menyaksikannya. Kaum bidaah bertobat dan mereka mulai percaya dan menghormati Sakramen Mahakudus.

Alangkah besarnya rahmat dan kasih Allah yang akan mengalir kepada umat-Nya, bila kita menyembah Yesus dalam Sakramen Mahakudus dengan penuh iman dan hormat. Yesus yang hidup akan mengobarkan kasih-Nya ke dalam hati kita sehingga kita semakin merindukan dan mencintai Dia. Bila Ia datang dan hadir dalam diri kita, maka Ia akan mecurahkan rahmat-Nya untuk kehidupan jasmani dan rohani kita, sebab kehadiran-Nya memulihkan jiwa raga kita. Kehadiran-Nya mempunyai daya yang memulihkan dan menyembuhkan fisik, emosi, dan rohani kita, sehingga kita semakin mengalami keutuhan, sehat jiwa dan raga. Karena Dialah makanan bagi kita, makanan bagi  jiwa dan raga kita, bekal perjalanan ke rumah Bapa. Semoga semakin banyak orang mengimani Yesus dalam Sakramen Mahakudus dan memberikan penghormatan yang sepantasnya bagi Raja segala raja, sehingga dari penghormatan dan penyembahan kepada Sakramen Mahakudus, kita menimba rahmat demi rahmat dari Dia, Sang sumber rahmat.

 

PERTOBATAN S. ELISABET DARI HUNGARIA PADA SAAT KONSEKRASI: “HADIR SEPENUHNYA BAGI DIA”

Para saudara yang terkasih, selain ketidakpercayaan yang terdapat dalam diri banyak orang, betapa seringnya pikiran kita juga melantur dan hati kita tidak terarah kepada Tuhan pada saat kita berdoa atau merayakan Ekaristi. Tidak terkecuali S. Elisabet dari Hungaria, yang pernah mengalami hal ini pada waktu perayaan Ekaristi.

Elisabet dari Hungaria adalah seorang putri raja, seorang bangsawan yang menikah dengan Lodowik, putra pangeran Thuringen. Pada suatu hari diadakan pesta di istana yang didahului dengan perayaan Ekaristi dalam Gereja. Pada waktu konsekrasi, imam mengangkat hosti untuk dipandang dan disembah oleh umat beriman. Pada waktu itu, Elisabet membungkuk ke lantai dan berdoa terus dengan sikap demikian sampai sesudah konsekrasi. Setelah misa selesai, Elisabet tidak segera pergi ke istana bersama tamu-tamu yang hadir dalam pesta, tetapi ia berdoa lama sekali di Gereja. Hal ini menyebabkan suaminya, Lodowik, menyusul ke Gereja. Kemudian Lodowik berlutut di sampingnya, tangannya menyentuh bahunya, dan ia berbisik: “Elisabet.” Istrinya segera memandangnya dan berkata sambil bercucuran air mata, “Lodowik, ampunilah saya. Waktu misa tadi saya terus saja memikirkan engkau karena saya sangat mencintai engkau. Bahkan saya begitu rindu kepadamu sehingga saya lupa bahwa saya sedang berada dalam Gereja. Ketika lonceng konsekrasi berbunyi, saya terjaga dari lamunanku itu. Saya tidak mengikuti perayaan Ekaristi dengan baik. Saya mengangkat mata memandang hosti kudus, Tubuh Kristus. Pada saat itu, saya menyadari bahwa Yesus telah mempersembahkan Tubuh-Nya di kayu salib untuk kita, untuk saya. Dan ketika Yesus mendatangi kita dalam perayaan Ekaristi, saya tidak hadir pada Tuhan kita dengan perhatian dan kerinduan yang penuh, tetapi saya hadir padamu. Tuhan menyadarkan saya waktu konsekrasi bahwa saya harus menempatkan Dia di atas segala-galanya dan bahwa cintaku untukmu mesti bertempat di dalam cintaku untuk Dia. Dan, setelah saya menyadari hal itu, saya membungkuk ke lantai dengan penuh sesal dan tobat. Dan saya berdoa sepanjang waktu itu.”

Lodowik menjadi sangat terharu mendengarkan Elisabet, dan ia mengucapkan syukur kepada Tuhan untuk istrinya yang begitu mencintai Tuhan sehingga ia mau melaksanakan cinta duniawinya kepadanya dengan bersumber pada cintanya kepada Tuhan. Tuhanlah yang paling penting.

 

SANTA THERESIA DARI KANAK-KANAK YESUS: “PERSATUAN TRANSFORMAN DENGAN YESUS”

Allah Yang Mahatinggi mengundang kita untuk bersatu dengan Dia dalam persatuan cinta kasih yang mengubah atau persatuan transforman. Persatuan kita dengan Yesus terjadi pada saat kita menerima komuni. Dalam komuni, kita bersatu dengan Yesus dalam ke-Allahan dan kemanusian-Nya. Dan, melalui komuni, Yesus akan mengubah hidup kita menjadi serupa dengan Dia. Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, seorang kudus Karmel, memiliki ketertarikan yang besar terhadap Kristus dalam Ekaristi. Bila terpilih dalam prosesi Sakramen Mahakudus untuk menaburkan bunga di hadapan Sakramen, maka wajahnya terarah kepada Hosti Kudus. Dia menaburkan bunga setinggi-tingginya sehingga kalau dapat menyentuh monstran.

Pada usia yang masih sangat muda, Theresia mempunyai keinginan yang sangat besar untuk menyambut komuni. Sampai ia berkata: “Seandainya saya lahir dua hari lebih cepat, saya akan dapat menyambut komuni satu tahun lebih cepat.” Dalam riwayat hidupnya dikatakan: “Akhirnya tibalah hari yang terindah bagi saya. Dan, betapa indah kenangan-kenangan akan hari sambut yang pertama itu. Sudah sejak lama Yesus dan Theresia saling memandang dan saling mengerti. Maka, pada hari itu perjumpaan kami bukan hanya pertukaran pandangan saja, tetapi suatu peleburan jiwa. Kami tidak lagi menjadi dua sebab Theresia sudah lenyap seperti setitik air dalam samudra. Hanya Yesus yang tinggal sekarang.”

Pribadi Theresia seolah-olah lebur dalam diri Yesus. Santo Paulus mengatakan, “Aku hidup, tetapi sudah bukan aku tetapi Kristus yang hidup dalam diriku” (Gal 2:20). Rahmat Tuhan yang diberikan kepada Theresia sungguh-sungguh besar. Melalui Ekaristi, Yesus mengubah Theresia dari hari ke hari menjadi semakin serupa dengan Dia. Dan, Theresia menjadi orang kudus besar pada zaman modern ini.

 

SANTA TERESA DARI KALKUTA: “BERTEMU YESUS DALAM EKARISTI, BERTEMU YESUS DALAM DIRI ORANG-ORANG MISKIN”

Persatuan kita dengan Yesus dalam komuni, akan menambah iman, harapan, dan cinta kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Rahmat yang kita terima dalam komuni suci memampukan kita untuk melihat seluruh hidup kita dalam terang iman, melihat kehadiran Yesus yang tersamar dalam diri sesama, dalam segala peristiwa yang kita jumpai. Rahmat yang kita terima dalam perayaan Ekaristi, menguduskan pekerjaan dan pelayanan kita sehingga pekerjaan dan pelayanan kita mendapat artinya di dalam Dia.

Ibu Teresa dari Kalkuta mengatakan bahwa suster-suster Misionaris Cinta Kasih bukanlah pekerja sosial. Mereka ibarat renungan di tengah-tengah dunia. Kehidupan mereka dikuduskan oleh Ekaristi, melalui kontak dengan Kristus dalam rupa roti, dan mimik orang miskin yang penuh duka. Yesus mengatakan, “Aku lapar, Aku telanjang, Aku tidak memiliki tempat tinggal… Apa yang kamu lakukan untuk saudaramu yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku.” Mereka menanggapi Kristus menurut Firman-Nya dan percaya kepada-Nya. Selanjutnya, Ibu Teresa berkata: “Kami butuh Ekaristi karena Yesus telah menjadi roti kehidupan demi memenuhi hasrat kami, kerinduan kami, kasih kami akan Dia. Inilah sebabnya, kehidupan kami sangat terkait dengan Ekaristi. Kami mulai hari-hari kami dengan misa suci dan komuni. Dan, kami akhiri hari-hari kami dengan satu jam adorasi, yang mempersatukan kami dengan Yesus dan dengan yang miskin kepada siapa kami memberi pelayanan.”

 

FRANCESCO, LUSIA, DAN YASINTA, ANAK-ANAK TERBERKATI DARI FATIMA: “MEMBUAT SILIH BAGI PARA PENDOSA”

Pada musim semi tahun 1916, ketiga gembala kecil: Francesco, Lusia, dan Yasinta, berada di Loca do Cabeco. Mereka berlutut, menundukkan kepala, dan berdoa seperti diajarkan oleh malaikat dalam penampakan: “Tuhanku, aku percaya, aku menyembah, aku mengharap, aku mencintai Engkau. Kami mohon maaf bila kami kurang percaya, tidak menyembah, kurang berharap, dan kurang mencintai Engkau.” Tiba-tiba mereka melihat cahaya bersinar atas mereka. Tampak kepada mereka seorang malaikat. Malaikat itu memegang sebuah piala di sebelah kanannya dan sebuah hosti besar di sebelah kirinya. Tetes-tetes darah jatuh ke dalam piala, bercampur dengan air yang terdapat dalam piala. Malaikat itu berlutut dan mengajak ketiga anak itu mengulangi doa yang diucapkan malaikat itu: “Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Saya sungguh menyembah-Mu, dan saya akan memberikan kepada-Mu, tubuhku, darahku, dan jiwaku. Semuanya itu kupersembahkan untuk memperbaiki segala kejahatan, kebiadaban, dan pengkhianatan yang menyakitkan hati-Mu. Dan dengan perantaraan Bunda Maria yang tak bernoda, saya berdoa memohon pertobatan para pendosa.” Kemudian malaikat itu mengangkat piala dan hosti di tangannya. Ia memberikan hosti kepada Lusia, Yasinta, dan Francesco. Ia juga memberikan piala yang berisi air anggur untuk diminum sambil berkata: “Terimalah dan minumlah Darah Kristus, dan makanlah Tubuh Kristus yang diberikan bagimu demi pengampunan dosa.” Kemudian mereka mendoakan doa malaikat: “O Tritunggal Mahakudus, saya menyembah Tuhanku, Tuhanku, saya mencinta-Mu dalam Sakramen Mahakudus.” Kemudian malaikat meninggalkan mereka.

Ketiga anak terberkati ini mendapat penampakan Bunda Maria yang meminta mereka untuk membuat silih bagi para pendosa dengan cara banyak berdoa. Bunda Maria mengajak mereka untuk banyak berdoa Rosario dan menghormati hati Bunda Maria yang tak bernoda, mati raga dan berkurban, mempersembahkan pekerjaan harian demi cinta kepada Tuhan, menerima Sakramen Tobat secara teratur, menerima dan menghormati Sakramen Ekaristi. Semuanya itu bagi pertobatan para pendosa.

Sejak penampakan-penampakan Malaikat dan Bunda Maria, Francesco sering kali menghabiskan waktunya di depan tabernakel untuk berbicara dengan Yesus dari hati ke hati. Yesus memandang Francesco dan Francesco memandang Yesus. Francesco masuk dalam doa kontemplasi di hadapan Yesus. Lusia sering kali mendapati Francesco berada dalam keadaan doa yang khusuk di bawah tabernakel. Francesco berkata kepada Lusia, “Adalah menyakitkan bagiku bila tidak pergi ke sana dan tinggal bersama dengan Yesus yang tersembunyi.”

Francesco dan Yasinta meninggal dalam usia masih kanak-kanak. Mereka digelarkan sebagai beato dan beata oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 13 Mei 2000, sedangkan Lusia hidup sebagai seorang biarawati yang mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan. Lusia meninggal pada tanggal 13 Februari 2005.

Hati Tuhan Yesus dan Bunda Maria terluka oleh dosa-dosa manusia. Dia memanggil kita untuk membuat silih bagi pertobatan para pendosa, salah satu caranya dengan menghormati dan menyembah Yesus dalam Sakramen Mahakudus.

 

PENUTUP

Para kudus menimba rahmat kekudusan dari Sakramen Ekaristi. Semoga kita semakin mencintai dan menghormati Yesus dalam Ekaristi, menyembah Yesus dalam Sakramen Mahakudus, dan menimba rahmat kekudusan bagi kita yang akan mengalir sampai ke hidup yang kekal.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting