kodrat versus rahmat
Dalam diri setiap manusia akan selalu didapatkan peperangan yang tiada henti-hentinya, yaitu peperangan antara kodrat manusia dengan rahmat Allah. Sejak manusia diciptakan dalam rahim seorang wanita, manusia menerima suatu “keadaan dosa” yang tidak dapat terelakkan. Inilah warisan setiap manusia sejak kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa. Padahal, pada mulanya tidaklah demikian. Allah menciptakan manusia dan segala ciptaan lainnya, baik adanya, bahkan sungguh amat baik (bdk. Kej 1:31). Manusia diciptakan demi Allah dan untuk mencintai Allah. Namun karena kejatuhan manusia terhadap dosa inilah maka kekuatan kodrat manusia diperlemah dan takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut, serta timbullah concupiscentia - kecenderungan untuk berbuat dosa (bdk. KGK 418).
Dari situasi seperti inilah maka manusia memiliki berbagai kekurangan atau kelemahan yang berdampak pada pribadinya. Manusia harus berjuang keras untuk dapat “bertahan hidup”, baik secara jasmani maupun secara rohani. Roh ingin membawa kita kepada kebebasan dan kehidupan, sedangkan daging ingin membawa kita kepada ketiadaan dan kebinasaan. Oleh karena itu, kita harus tegas terhadap pilihan hidup kita, apakah kita mau berjuang bersama Roh Allah ataukah kita mau membiarkan diri kita dikuasai oleh berbagai macam dorongan dalam diri kita.
Karena hidup pada dunia yang dipenuhi dengan keegoisan dan materialistik, banyak orang kurang dapat menguasai dirinya. Apabila mereka melihat sesuatu, dengan segera mereka menginginkannya. Bahkan mereka akan melakukan apa saja untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Mereka selalu merasa kurang dan kurang. Tidak dapat mengatakan kata “cukup” atas apa yang telah diperolehnya. Maka benarlah apa yang dikatakan dalam Kitab Pengkhotbah: “mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar” (Pkh 1:8). Mereka menyerahkan dirinya pada hawa nafsu dirinya. Hawa nafsu begitu menguasai dirinya sehingga mereka terjebak di dalamnya dan tidak dapat keluar dari sana. Misalnya saja orang yang begitu dikuasai oleh hawa nafsu seksual,hawa nafsu kemarahan, hawa nafsu kerakusan, dll. Memang, perjuangan kita pada zaman ini sangat sulit, karena adabegitu banyak godaan. Ditambah lagi godaan itu difasilitasi oleh teknologi danalat-alat komunikasi yang semakin canggih seperti internet, handphone, dll serta tayangan-tayangan televisi dan film yang ada. Segala sesuatu dikemas begitu rupa untuk membangkitkan hawa nafsu kita.
Di sinilah pentingnya kita berjalan bersama dengan Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan membantu kita untuk menguasai seluruh diri kita sehingga kita dapat mencapai kekudusan hidup sejak di dunia ini. Semakin Roh Kudus bekerja dengan bebas dalam diri kita, maka semakin mudah kita untuk selalu hidup seturut dengan kehendak-Nya.Dan bersama St. Paulus kita dapat berkata: “sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Flp 4:11).
Hanya dalam bimbingan Roh Kuduslah, kita dapat menjalani kehidupan sebagai seorang Kristianiyang tidak mudah terseret pada hal-hal duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah. Namun satu hal yang perlu disadari adalah semakin kita dekat dengan Tuhan,semakin kita hidup di dalam jalan dan kehendak Allah, maka godaan yang kita hadapi akan semakin besar.St. Gregorius Agung pun pernah berkata: “Seringkali terjadi bahwa jiwa yang diangkat oleh Roh Kudus ke tingkat tinggi, masih tetap menanggung serangan-serangan yang berat di dalam daging. Rasanya seakan-akan surga dan neraka dipertemukan, karena jiwa yang sama pada waktu yang bersamaan dipenuhi dengan terang kontemplasi, dan digelapkan oleh cobaan-cobaan yang mengganggu.”
Hal ini dikarenakan si Iblis tidak mau tinggal diam dan membiarkan kita bersatu dengan Allah. Tujuan utama si Iblis menggoda kita adalah agar kita dapat bersekutu bersama dengannya dan mengambil bagian dalam kerajaannya. Namun kita tidak perlu takut dan gelisah. Asalkan kita terus bersatu dengan Allah dan berjalan bersama-sama dengan Roh Kudus, maka Dia sendirilah yang akan memainkan peranan di dalam diri kita sehingga kita dapat menang mengatasi segala godaan yang ada. Inilah indahnya kerja sama antara rahmat Allah dengan usaha manusia yang menghasilkan penguasaan diri yang besar.
Untuk sampai kepada penguasaan diri yang besar ini, juga diperlukan suatu disiplin diri agar kita mampu untuk mengendalikan diri kita dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Latihan disiplin diri ini dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk latihan-latihan rohani, seperti berpantang dan berpuasa, penyangkalan diri, berdoa, melatih diri dalam melakukan kebajikan-kebajikan dan amal kasih, dll.