User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Article Index

 

“Berdoalah Setiap Waktu Dalam Roh” (Ef. 6: 18)

Jalan Seorang Peziarah

Di antara banyak spiritualitas, dalam lingkungan rohani zaman kita sekarang ini, ada satu yang sebenamya sudah kuno (kiasik — red.), namun mungkin dapat memberikan nilai istimewa dalam hidup rohani kita. Spiritualitas ini dikenal dengan aliran Hesychasme, satu di antara tradisi rohani yang paling tua dalam Gereja Ortodoks timur. Spiritualitas mi menarik perhatian Gereja Katolik secara khusus melalui sebuah buku yang berjudul Kisah Seorang Peziarah (buku ini sudah diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dengan judul Berdoa Tak Kunjung Putus yang diterbit Penerbit Kanisius, Yogyakarta).

Kita dipanggil untuk mencari dengan teliti dan tekun suatu bentuk doa yang sungguh-sungguh pribadi yang bisa membentuk jalan kita menuju Allah. Suatu bentuk doa untuk mencapai keheningan atau kedamaian batin. Pada abad kelima berkembang Hesychasme ini dengan suatu bentuk doa yang dinamakan: “Doa Yesus.”  Doa ini merupakan ungkapan yang paling mendasar dalam hidup mereka sampai mencapai keheningan atau kedamaian batin yang memberikan kebahagiaan yang, ketenangan jiwa yang mendalam. Dalam perkembangannya yang terdiri dan kata-kata yang sangat sederhana: “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku,”

Timothy Ware memberikan komentarnya: “...Di sekitar kata-kata yang hanya sedikit inilah banyak orang dari Gereja Ortodoks selama berabad-abad membangun hidup rohani mereka dan lewat doa mi mereka masuk ke dalam rahasia-rahasia yang paling dalam dan pengetahuan kristiani.” Untuk mengerti kekayaan Hesychasme atau doa Yesus, marilah kita mendengarkan kisah seorang Rusia, yang tidak dikenal namanya, dalam pengembaraannya mengelilingi negerinya yang begitu luas untuk mencari keterangan mengenai bagaimana orang dapat berdoa terus-menerus,  sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan Yesus sendiri.

Dalam buku Kisah Seorang Peziarah diceritakan bahwa pada suatu hari orang Rusia ini menghadiri misa dan dalam bacaan Kitab Suci dibacakan Injil Lukas yang antara lain berbunyi: “Berdoa dengan tidak jemu-jemu (Luk. 18:1).” Melalui Sabda Tuhan ini hatinya dipenuhi dengan rahmat Tuhan untuk mencari tahu bagaimana cara berdoa dengan tidak jemu-jemunya itu. Kemudian ia banyak mendengarkan khotbah-khotbah dalam perayaan Ekaristi, bertanya pada pastor-pastor, dan kemudian bertanya kepada orang banyak, tetapi usahanya tidak membuahkan basil bahkan semakin membingungkan dirinya. Sekian tahun ia mencari informasi ten- tang arti dan cara berdoa seperti yang dikatakan Yesus itu.

Akhirnya ia bertemu dengan seorang rahib tua yang sedang bertapa di padang gurun dan rahib itulah yang mengajarkan kepadanya tentang Doa Yesus. Mula-mula rahib itu memintanya untuk mengucapkan: “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku” sebanyak 3.000 kali dalam satu hari, kemudian 6.000 kali, dan 12.000 kali. Setelah peziarah itu mampu mengulangi kata-kata itu sebanyak 12.000 kali dalam satu hari, rahib itu pun berkata: “Sekarang engkau dapat mendaraskan doa tersebut sesuai dengan kerinduan hatimu.” Peziarah itu sangat bergembira karena sudah menemukan seorang guru yang mampu memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna untuk mencapai niatnya yakni berdoa dengan tidak kunjung putus.

Kemudian peziarah itu berkata: “Di bawah petunjuk guru ini, saya melewatkan seluruh musim panas dengan tanpa terputus mengucapkan doa kepada Yesus Kristus dan saya merasakan damai yang penuh di dalam batin saya, selama tidur saya sering bermimpi bahwa saya sedang mengucapkan doa itu. Dan selama siang hari kalau saya bertemu dengan orang, semua orang tanpa kecuali, begitu dekat dengan saya seolah-olah mereka adalah sahabat yang paling dekat... saya tidak berpikir lain kecuali Doa Yesus itu yang saya ulangi terus. Budi saya ingin mendengarkan dan hati saya pada saat-saat tertentu merasakan kehangatan dan kepuasan serta kebahagiaan yang mendalam.”


Manfaat Doa Yesus

Sesudah gurunya itu wafat, peziarah itu mengembara dan desa ke desa dan dan kota ke kota dengan doanya yang terus menerus. Doa itu memberikan kepadanya kekuatan baru untuk mengatasi segala masalah dan kesulitan yang muncul dalam kehidupannya dan mengubah segala duka menjadi kegembiraan. Dia berkata:

“Kadang-kadang saya menempuh jarak empat puluh sampai lima puluh kilometer setiap hari dan saya tidak merasakan sama sekali bahwa saya berjalan. Saya hanya sadar bahwa saya sedang mengucapkan doa Yesus itu. Kalau udara mulai dingin, saya mulai mengulangi doa itu dengan lebih bersemangat dan setelah itu saya merasakan kehangatan dalam seluruh diri saya. Kalau kelaparan mulai menyiksa saya, saya kerap menyebut nama Yesus dan saya lupa akan keinginan saya untuk makan. Kalau saya jatuh sakit dan rematik menyerang kaki saya, saya memusatkan pikiran saya pada doa Yesus itu dan saya tidak merasakan sakit lagi. Kalau seorang mengejek atau menyalahkan saya, saya hanya berpikir “alangkah manisnya Doa Yesus itu”, kemudian kejengkelan, kemarahan hilang, dan saya dapat melupakannya. Saat itu saya merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang mendalam, sukacita dalam Tuhan saya temukan.”

Dalam mengulang-ulangi Doa Yesus, peziarah itu perlahan-lahan masuk ke dalam doa batin yang tidak hanya di bibir saja. Dengan kata-kata yang penuh kasih, sederhana, dan jelas, ia menceritakan kepada kita tentang pengalaman bagaimana Ia memasuki hubungan yang sangat mesra dengan Tuhan Yesus. Tiada henti-hentinya ia menyerukan Nama Yesus yang mulia dan ilahi, Nama Yesus yang membawa sukacita dan kedamaian sejati di dalam hidupnya. Perubahan doa bibir ke doa hati ia mengatakan:

“Doa yang saya ulang-ulangi dengan sendirinya beralih dan bibir menuju ke hati. Seolah-olah jantung saya dalam setiap detaknya mulai mengucapkan kata Yesus... Yesus... Yesus... Dan dalam peralihan itu, saya berhenti mengucapkan kata-kata doa itu di bibir. Saya sekarang hanya mendengar dengan penuh perhatian apa yang dikatakan oleh batin saya. Tampaklah seolah-olah mata saya menatap langsung ke dalam batin, lalu saya merasakan suatu rasa sedikit sakit dalam hati dan kasih Yesus yang begitu besar memasuki pikiran, hati, dan jiwa saya seluruhnya, dan dalam pikiran saya mengandaikan dapat melihat Dia, maka saya menjatuhkan diri pada kaki-Nya dan tidak membiarkan kaki-Nya lepas dan dekapanku, mengecupnya dan membasahinya dengan airmataku seperti Wanita berdosa yang meminyaki kaki Yesus serta menyekanya dengan rambutnya (bdk. Yoh.12:3), seraya berterima kasih karena kasih-Nya yang besar dan rahmat-Nya telah membuat saya menemukan penghiburan yang begitu besar dalam namaNya. Nama itulah yang dengan lembut masuk ke dalam hati saya yang terdalam dan menjadi suatu hiburan jiwa yang membahagiakan.”

Doa Yesus yang masuk dalam batin itu memberikan kegembiraan dan kedamaian yang melimpah kepada peziarah itu, suatu pengalaman akan kehadiran Tuhan yang tidak terungkapkan lagi dengan kata-kata. Kemana pun ia pergi dan dengan siapa pun Ia berbicara, ia tidak dapat menahan diri untuk tidak berbicara tentang Allah yang hadir dan ia alami sendiri. Walaupun ia tidak pernah mempertobatkan orang atau mengubah orang lain, namun ia merasa bahwa kegembiraan dan kedamaian jiwa yang mendorongnya untuk bersaksi dengan kata-kata yang mendalam mengenai misteri Allah.

“Bila engkau mau menemukan Tuhan Yesus di dalam hidupmu, masuklah di dalam doamu secara terus-menerus sambil menyerukan nama-Nya dengan tiada hentinya maka disana engkau akan merasakan kedamajani dan ketenangan dalam seluruh hidupmu. Doa dan bibir turun ke dalam hati dan di sana manusia berdiri di hadapan Tuhan. Berdiri di hadapan Allah dengan budi masuk ke dalam hati adalah inti dan doa batin yang menyerahkan seluruh pribadi kita dalam pelukan kasih Allah yang menakjubkan.

Seorang bapa Gereja mengatakan: “Kalau seorang pencurl mendekati sebuah rumah untuk menyusup masuk dan mencuri, bila dia mendengar ada orang berbicara di dalam rumah itu, pencuri itu tidak berani masuk. Sama halnya kalau musuh-musuh kita, mencoba masuk ke dalam jiwa kita dan berusaha menguasainya tetapi ia tidak akan berani masuk apabila ia mendengar... doa yang menyembul keluar.”

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting