User Rating: 3 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar InactiveStar Inactive
 

 

Baru-baru ini seseorang bertanya kepada saya mengapa gereja-gereja baptis yang lain begitu bersemangat untuk mewartakan Kabar Gembira kepada orang lain, bertolak belakang dengan sikap masa bodoh total rata-rata Umat Katolik. Ketika saya merenungkannya, beberapa alasan muncul dalam pikiran saya, alasan utama adalah sebagian besar dari kalangan Baptis memiliki pengertian yang jelas akan inti dan pesan Injil, misalnya bahwa kita diselamatkan oleh rahmat melalui iman. Kebanyakan dan kalangan Baptis juga memiliki penghargaan pribadi akan apayang telah dilakukan Yesus untuk mereka. Mereka juga percaya bahwa adalah sangat berbeda bila seorang percaya atau tidak, mengingat adanya akibat yang bersifat abadi, mengetahui bahwa surga dan neraka itu benar-benar ada.

Sayang sekali, kebanyakan umat Katolik tidak kelihatan memiliki pengertian yang jelas akan dasar pesan Injil., baik penghargaan akan apa yang telah Yesus lakukan untuk mereka, ataupun pengertian akan akibat yang bersifat abadi tersebut. Atau setidaknya pengertian Katolik untuk hal-hal ini tidak cukup mendalam untuk memberikan motivasi kepada mereka untuk membagikan Kabar Gembira ini kepada sesamanya.

Orang-orang Katolik pada umumnya mengungkapkan tujuan pewartaan Injil dalam istilah-istilah yang umum, antara lain seperti, mewartakan Kabar Gembira, membantu orang menjadi seorang Kristen atau seorang Katolik, membawaorang untuk bergabung dengan gereja, membawa orang kembali kepada gereja, membawa orang kembali kepada sakramen-sakramen.

Tetapi apa maksud semua ini? Apa pokok dan semua yang kita bicarakan ini? Apakah Kabar Gembira itu? Apa artinya menjadi seorang Kristen atau Katolik? Apa itu Gereja? Apa itu sakramen?

Sering kita menyimpulkan sebuah gambaran umum dan istilah-istilah yang sangat dikenal seperti, Kabar Gembira, Gereja, Kristen, Katolik, sakramen. Tetapi pengalaman telah menunjukkan kepada saya, bahwa kita mempergunakan istilah-istilah itu dalam cara-cara yang luas dan berbeda-beda.

Peter Kreeft, profesor filsafat di Boston College, telah membuat observasi-observasi yang mirip melalui kontak dengan murid-murid Katoliknya yang utama.

“Hidup Allah datang kepada kita dengan iman, melalui kita dengan harapan, dan keluar dan kita dengan perbuatan cinta kasih, katanya.

Ini jelas adalah pandangan Injil, dan sewaktu umat Protestan dan Katolik yang mengenal Kitab Suci membicarakan masalah mi dengan seksama, sungguh luar biasa melihat betapa cepatnya mereka setuju dengan yang satu ini, hal yang paling fundamental.

“Tetapi banyak umat Katolik masih belum mengerti secara jelastentang doktrin Katolik dan Injil ini. Mereka mengira bahwa mereka sudah selamat dengan niat-niat baik, atau berkelakuan baik, atau bersikap tulus, atau berusaha untuk menjadi lebih balk, atau melakukan beberapa perbuatan-perbuatan amal. Lebih dan 25 tahun, saya telah menanyai beratus-ratus pelajar-pelajar Katolik pertanyaan ini: ‘Bila kamu meninggal malam ini dan Tuhan bertanya kepada kamu mengapa Dia harus membiarkan kamu masuk surga, apa yang harus kamu jawab?”

“Sebagian besar dan mereka praktis tidak tahu jawaban yang tepat untuk ini, intisari dan agama Kristen. Mereka pada umumnya tidak menyinggung sedikit pun tentang Yesus.

Sampai kita tahu pondasi ini, umat Protestan tidak akan mau mendengarkan sewaktu kita mencoba untuk mengajar mereka tentang bagaimana yang lebih tinggi dan bangunan.Mungkin Tuhan mengizinkanperpecahan Protestan-Katolikterus berlanjut tidak hanya karena kaum Protestan telah meninggalkanbeberapa kebenaran-kebenaranyang berharga yang telah diajarkanoleh Gereja, tetapijuga karena banyakumat Katolik yangtidak pernah diajartentang kebenaranyang paling berhargadan semuanya itu: bahwa keselamatan adalah pemberian cuma-cuma melalui rahmat, diterima dengan iman.”

Tiga tahun kemudian, Peter Kreeft menyatakan hal ini bahkan lebih tegas lagi, “Kebanyakan umat Katolik bahkan sama sekali tidak tahu bagaimana untuk masuk surga, bagaimana caranya untuk diselamatkan. Ini mungkin kedengaran seperti suatu pernyataan yang ekstrim dan berlebih-lebihan, tetapi saya mengetahuinya dan kebenaran melalui pengalaman mengajar bertahun-tahun. Kebanyakan pelajar-pelajar Katolik bahkan sama sekali tidak menyinggung nama Yesus ketika menjawab pertanyaan tentang bagaimana mereka bisa masuk surga. Mereka mengira bahwa mereka bisa masuk surga semata-mata kalau mereka berkelakuan baik. Ini berarti, cukup sederhana, bahwa satu pelajaran yang paling mendasar dan semua ajaran Katolik, hal yang paling penting yang bisa diketahui orang di bumi, mereka tidak tahu. Mereka mungkin bisa masuk surga, tetapi apabila mereka bisa, yang pasti tidak sebagai seorang Kristen melainkan seorangkafir yang baik. Ini bukanlah sesuatu yang main-main bagi kita; Ini adalah sesuatu yang sangat serius untuk dipelajari (dan dicari pemecahannya). Keabadian sebagai taruhannya.

Apa yang telah dipaparkan kepada kita mengenai apa arti sebenarnya dan Injil? Apa artinya menjadi seorang Kristen? Apa itu Gereja? Apa itu sakramen? Apakah kebenaran itu yang kita bicarakan ini?

Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang besar. Bagaimanapun juga, saya mau menekankan satu dan yang paling mendasar dan semua itu, satu yang paling relevan dengan situasi di dalam Gereja Katolik dewasa mi, yaitu: apa itu pewartaan kabar gembira?

 

Apa itu Pewartaan Kabar Gembira?

 Kitab Suci sering menunjukkan hal-hal yang paling mendasar dalam pewartaan Injil. Mari kita lihat beberapa kutipan-kutipan alkitabiah ini, setelah itu marilah kita mengambil beberapa yang terpenting dan hal-hal itu yang perlu untuk dijelaskan untuk keberhasilan “evangelisasi baru.”

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 13:6).“Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalamkita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita(Rm 5:8).

Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yoh 4:9-10).

“Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci. Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan balk yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian, kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang juga dilimpahkanNya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita. Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang balk. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia (Tit 3:3-8).

“Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian” (Ef 1:7-8).

  

Diselamatkan oleh Rahmat

Ketika kita membaca kutipan-kutipan alkitabiah dan Kabar Gembira yang mendasar, kita diharukan oleh kelimpahan kasih, belas kasihan, dan kemurahan hati dan rencana keselamatan. Ini semua berakar dan kasih Tuhan kepada kita. Elemen yang paling mendasar dan Injil bukanlah kasih kita kepada Tuhan, melainkan kasih-Nya kepada kita. Begitu Ia memulai penciptaan, Ia memulai pula kesempatan untuk memperbarui ciptaan-Nya. Cinta dan belas kasihan ini bisa dikatakan merupakan sesuatu yang “luar biasa”, sesuatu “kemurahan yang tidak terukur”, sesuatu yang “kaya”, “baik’, dan “berlebih-lebihan” bagi kita.

Ini juga cukup jelas, bahwa hadiah keselamatan Anak Allah ini bukan diberikan karena kelayakan atau jasa kita sama sekali. Ini murni dan seutuhnya berasal dan pilihan bebas dan Tuhan, oleh bantuan-Nya, oleh rahmat-Nya, Yesus diberikan kepada kita, dan bersama Dia kemungkinan untuk suatu keselamatan. Apa yang patut bagi kita adalah untuk “mati”, untuk dipisahkan dari Tuhan akibat dan dosa yang tak terampuni, untuk menjadi “budak dari berbagai nafsu dan kesenangan”, untuk dibelenggu tanpa harapan dalam “dendam, iri hati, benci kepada diri sendiri dan saling membenci satu sama lain”, berada di bawah kekuasaan dunia dewasa ini dan … penguasa-penguasa udara”, “hidup menurut daging”, “mengikuti segala tingkah laku dan khayalan”, “hidup sesuai kodrat”, pantas untuk “kemurkaan Tuhan”.

Ketidakpantasan, dan ketidaklayakan dalam karya penyelamatan mi diteguhkan lagi secarajelas, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri(Ef2:8-9).

Pilihan yang telah Tuhan tetapkan untuk memberikan manusia kesempatan yang lain, dan tujuan dan apa yang telah Dia tetapkan untuk dilakukan adalah untuk merendahkan kita serendah-rendahnya. Mengapa? Karena kita perlu untuk direndahkan serendah-rendahnya. Kesombongan adalah akar dan segala dosa, “kamu akan sama seperti Tuhan” dan keterbukaan terus-menerus kepada dosa. Sebuah tindakan penghinaan yang luar biasa berada di dalam jantung penebusan:penyerahan diri Anak Manusia sebagai kurban untuk kita. Tindakan ini harus dipertemukan dengan partisipasi kita sebagai manusia— pengakuan akan dosa, dan penyerahan diri kepada iman.

Sama halnya dengan Yesus Kristus sebagai pokoknya, keselamatan adalah sesuatu yang harus kita terima dengan rendah hati daripada memegahkan diri, sehingga kesombongan dapat kita patahkan.

“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia, kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis, “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah Ia bermegah di dalam Tuhan” (1 Kor 2:7-31).

Karya keselamatan adalah murni anugerah dan rahmat. Keselamatan ini diperoleh dalam kerendahan hati akan iman, sehingga oleh karenanya tidak ada manusia yang dapat bermegah atas apa pun selain salib Kristus?(bersambung)

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting