User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Kita Hidup di Zaman yang Istimewa, Zaman Pencurahan Roh Kudus 

Kita hidup dalam zaman yang istimewa, zaman Pencurahan Roh Kudus. Sesungguhnya, melalui pembaharuan hidup dalam Roh Kudus dan lewat pencurahan Roh Kudus, banyak umat memperoleh pengalaman yang mendalam akan Allah. Seringkali mereka membutuhkan dan mengharapkan bantuan para pembimbing rohani yang dapat mengerti pengalaman-pengalaman rohani mereka. Inilah kebutuhan Gereja dewasa ini. Oleh karena itu, para imam, para religius atau para gembala jiwa-jiwa diharapkan, selain memiliki pengetahuan iman dan teologi Katolik yang sehat, juga memiliki pengalaman akan Allah, sehingga mereka dapat menjawab kebutuhan Gereja dan umat yang dilayaninya.

Kita berharap pendidikan di seminari-seminari dapat semakin seimbang, tidak hanya menekankan segi intelektual atau akademis saja, namun juga memperhatikan segi pengalaman iman dan juga hidup mistik. Teologi mistik, yakni ilmu yang merefleksikan dan mengajarkan kebijaksanaan rahasia Allah yang diperoleh melalui cinta atau kontemplasi perlu dihidupkan kembali dalam seminari-seminari dan sekolah-sekolah calon imam. Dengan demikian iklim Gereja akan berubah dan kehidupan mistik yang sangat diperlukan oleh umat kristiani dewasa ini akan dapat berkembang. Karl Rahner mengatakan, “orang Kristen dewasa ini harus menjadi mistik, kalau tidak, dia akan berhenti menjadi Kristen”.

Itulah realitas yang kita alami dewasa ini. Tetapi puji Tuhan, karena dewasa ini Tuhan membangkitkan kembali pengalaman tersebut di dalam Gereja dalam pelbagai macam bentuknya

Mistik berarti rahasia. Hidup mistik adalah memasuki misteri-misteri atau rahasia-rahasia Allah yang tak terbatas dan tak terselami melalui jalan kontemplasi. Hidup mistik bermula dari pengalaman mendalam akan tercurahnya cinta ilahi ke dalam hati kita. Seringkali pengalaman ini dimulai melalui apa yang dalam Pembaharuan hidup dalam roh disebut dengan istilah Pencurahan Roh Kudus.

Setelah orang menerima pencurahan Roh Kudus ini, biasanya hidupnya akan berubah, yakni semakin berpusat kepada Allah. Hidupnya betul-betul dijiwai dan digerakkan oleh Roh Kudus. Penghayatan sakramen-sakramen, doa-doa, dan Kitab Suci, serta cinta kasih kepada Tuhan dan sesama semakin hidup dan berkembang. Roh Kudus semakin aktif dalam dirinya, orang menjadi sadar bahwa ada angin Roh Kudus yang mendorong layar-layar perahu hidup rohaninya. Karunia-karunia Roh kudus juga semakin berkembang dalam kehidupannya. Baik tujuh karunia untuk pengudusan manusia, seperti dalam Yes 11:1-2, maupun karisma-karisma untuk melayani sesama dan membangun jemaat seperti dikatakan dalam 1Kor 12:1-11.

Roh Kudus memberikan karunia-karunia-Nya yang berguna untuk pengudusan manusia. Tujuh karunia Roh Kudus tersebut adalah karunia pengertian, karunia kebijaksanaan atau hikmat karunia pengenalan akan Allah, karunia nasihat, karunia kebaktian, karunia keperkasaan, dan karunia takut akan Allah.

Menurut Santo Thomas, karunia-karunia itu adalah disposisi habitual, atau habitus, yang berbeda dari kebajikan-kebajikan. Karunia-karunia itu diperlukan untuk hidup kekal dan berhubungan erat dengan cintakasih serta tumbuh bersama dengan dia. Oleh karunia itu, orang dijadikan peka dan tanggap terhadap inspirasi illahi, serta dipersiapkan untuk dapat taat dengan segera kepada dorongan Roh Kudus. Karunia-karunia itu dapat dibandingkan dengan layar yang terkembang pada sebuah perahu, sehingga dengan mudah dapat digerakkan oleh hembusan angin. Orang memang dapat juga melajukan perahunya tanpa layar, hanya dengan dayung, namun dengan layar akan jauh lebih mudah dan lebih cepat. Dalam arti itulah karunia itu perlu untuk keselamatan kita.

Dalam ensiklik Paus Leo XIII dikatakan tentang karya Roh Kudus:

“Orang yang benar, yaitu dia yang hidup dalam rahmat ilahi dan bertindak dengan kebajikan yang sesuai dengan perantaraan kemampuan-kemampuannya, membutuhkan ketujuh karunia tersebut, yang berasal dari Roh Kudus. Dengan bantuannya, jiwa dilengkapi dan diperkuat, sehingga dapat taat dengan segera dan secara lebih mudah kepada suara dan dorongannya. Karena itu karunia-karunia tersebut begitu efektifnya, sehingga membawa orang benar kepada tingkat kekudusan yang paling tinggi dan itu begitu luhumya, sehingga terus ada bahkan di surga, biarpun secara lebih sempurna. Dengan bantuan karunia-karunia itu jiwa digerakkan dan didorong untuk mencari serta mencapai sabda bahagia injili, yang seperti bunga-bunga yang mekar pada musim semi, merupakan tanda dan duta kebahagiaan yang kekal.”

Peranan Karunia Nasihat dalam Kehidupan Rohani

Dalam kesempatan ini, kita akan membahas salah satu karunia, yakni karunia nasihat. Karunia nasihat memberikan terang di dalam hati manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari orang bisa melihat segala sesuatu dalam terang iman. Orang sangat membutuhkan karunia nasihat supaya di tengah-tengah segala kesukaran dan liku-liku hidup, dapat terus berjalan menuju kepada Allah tanpa menyimpang ke kanan atau ke kiri. Seseorang harus memiliki kecerahan dan kecepatan pandangan Allah sendiri, supaya dapat terlepas dari hambatan-hambatan manusiawi dan dari rintangan yang paling besar, yaitu egoisme dan hawa nafsu sendiri. Artinya, orang harus bisa melihat segala sesuatu dengan cepat dalam terang Allah.

Seringkali untuk mengerti dengan cepat apa yang menjadi kehendak Allah, kewaspadaan manusiawi belaka tidaklah cukup. Juga, tidaklah cukup merenungkan dan memikirkannya dalam terang iman yang biasa, namun dibutuhkan tambahan karunia nasihat. Pengalaman sehari-hari mengajarkan kepada kita bahwa pada saat-saat yang sulit orang tidak bisa bersandar pada pandangan dan perhitungan manusiawi belaka, tetapi juga harus berani percaya kepada penyelenggaraan Ilahi, sebab pemikiran manusia seringkali tidak tetap dan tidak pasti. Hanya Roh Pencipta saja yang mampu memberikan kepastian tentang tempat masing-masing dalam rencana keselamatan Allah, jalan yang harus kita tempuh, keputusan-keputusan yang harus diambil, serta arah yang harus diikuti.

Untuk mengisi kekurangan-kekurangan dalam pertimbangan akal budi dan iman biasa, Tuhan memberikan karunia nasihat, sehingga Roh Kudus dapat memberikan ilham-ilham yang memelihara jiwa manusia dalam perjalanannya menuju ke arah yang benar, sehingga kita senantiasa mampu berjalan dalam alur kehendak Allah, yang merupakan hakekat kekudusan kita. Tidak cukup hanya memiliki niat yang baik saja, tetapi kita harus berada dalam alur kehendak Allah sendiri. Untuk itu sangat dibutuhkan Roh nasihat.

Karunia Nasihat berguna untuk:

  • Membimbing orang-orang lain kepada jalan-jalan yang dikehendaki Tuhan
  • Membimbing diri sendiri menuju persatuan dengan Tuhan

Peranan Karunia Nasihat dalam Diri Para Kudus

Mari kita lihat beberapa contoh peranan karunia nasihat ini dalam diri para kudus:

  • Pastor dari Ars (St. Yohanes Maria Vianney)

Pastor dari Ars adalah seorang imam diosesan yang sederhana dan tidak pandai. Sewaktu kuliah untuk menjadi calon imam, nilai-nilainya tidak memenuhi syarat. Namun, karena kesalehannya, ia ditahbiskan menjadi seorang imam. Kemudian, ia ditempatkan di suatu paroki yang terpencil di suatu desa, suatu paroki yang umatnya kebanyakan orang-orang sederhana, dengan maksud supaya jangan menyesatkan umat karena kebodohannya.

Namun ternyata, Pastor dari Ars ini banyak menghadapi umat dengan problem-problem yang sulit dipecahkan. Berkat penerangan Roh Kudus, ia dapat memberikan nasihat yang tepat untuk umat yang dibimbingnya.

Seringkali umat yang dilayani begitu tersentuh dengan nasihat-nasihat dan bimbingannya sehingga banyak orang berbondong-bondong datang kepadanya untuk mencari bimbingan, konsultasi, mengaku dosa, dan banyak umat dipertobatkan serta ditolong dalam problem-problemnya, sehingga menemukan jalan terang di dalam Tuhan.

Pastor Ars kadangkala hanya memberikan sepatah kata, atau kalimat-kalimat singkat dan sederhana saja untuk memecahkan masalah yang dihadapi orang. Ia mendapat terang dari Roh Kudus untuk menjawab problem-problem yang dihadapi umat-Nya. Sebagai imam, ia penuh dengan hikmat dan kebijaksanaan dalam membimbing umat-Nya. Ia tidak mengatakan apa-apa dari dirinya sendiri, “That man has a prompter”, Ia adalah seorang yang mempunyai jawaban yang tepat, atau Juru bisik Allah yang tepat. Pastor dari Ars juga menerima karunia membeda-bedakan roh, yang diterimanya dari Roh kudus. Ia menjadi pembimbing rohani yang baik atau juru bisik Allah yang tepat, bukan dari kemampuan kodratinya, bukan dari pendidikannya, bukan dari hasil belajar dan penalarannya sendiri, tetapi dari Roh Kudus.

Ia hanya seorang imam yang sederhana, kepandaiannya sebagai imam tidak masuk kriteria, tetapi karena rahmat Tuhan, ia mempunyai kunci membuka rahasia hati orang dan menjadi pembimbing yang ulung bagi setiap orang yang dilayaninya. Ia berbicara sesuai dengan suara hatinya yang diterangi oleh Roh Kudus. Ia menunjukkan jalan yang benar dan membuka kedok-kedok si jahat yang berkarya dalam hati orang. Karunia nasihat membantu setiap pembimbing jiwa-jiwa untuk memberikan nasihat yang dibutuhkan oleh orang-orang yang dibimbingnya.

  • St. Theresia dari Lisieux

 St. Theresia dari Lisieux, terkenal dengan spritualitas “Jalan kecil”-nya. Menjadi seperti anak kecil yang tak mampu berbuat apa-apa dari diri sendiri, St. Theresia mengharapkan segala sesuatu dari Allah dan mengandalkan Roh Kudus.

Allah berkenan memberikan karunia nasihat kepada St. Theresia. Karunia ini telah membimbing dan mendampingi St. Teresia dari Lisieux untuk mempunyai satu keinginan saja, yakni melakukan kehendak Allah serta menyenangkan hati-Nya.

Dengan karunia nasihat ini, St. Theresia taat kepada inspirasi-inspirasi Roh Kudus yang paling kecil sekalipun. Karunia ini telah membawa dia ke puncak-puncak tertinggi kesucian. Melalui jalan cintakasih, kepercayaan, dan pasrah, serta melalui kesabaran, kerendahan hati, dan penyangkalan diri ia menuju persatuan dengan-Nya.

Sebenarnya St. Theresia tidak pernah mempunyai pembimbing yang tetap. St. Theresia berkata “Yesuslah Pembimbingku. Ketika saya masuk Karmel saya berkenalan dengan orang yang harus menjadi pembimbing rohaniku, tetapi baru saja menjadi anak rohaninya, dia berangkat ke tempat pembuangan.” Baru saja ia berkenalan dengan pembimbingnya, namun tidak lama tugasnya dipindahkan oleh pemimpinnya. Kemudian Yesus sendirilah yang menjadi pembimbing St. Theresia satu-satunya.

Mengapa Tuhan membiarkan St. Theresia tanpa suatu bimbingan yang teratur dan khusus? Rupanya ini adalah penyelenggaraan Allah. Allah memilih dia untuk mengepalai jiwa-jiwa kecil, yang harus hidup di tengah-tengah dunia yang seringkali tidak mempunyai seorang pembimbing, mereka yang harus berjuang seorang diri di tengah-tengah kesulitan hidup sehari-hari tanpa pembimbing, maka jiwa-jiwa itu tidak perlu putus asa, tetapi berpaling kepada Pembimbing segala pembimbing, yakni Yesus.

Tenaga para imam, para suster, para frater, para bruder, juga para pekerja pastoral sangat terbatas. Mereka harus menggembalakan sekian banyak jiwa. Banyak tuaian namun pekerja sedikit, dan ada umat yang hidup di pelosok-pelosok yang sulit dijangkau oleh para gembala, sehingga seringkali tidak ada waktu untuk mengadakan bimbingan pribadi secara teratur, walau begitu mereka tidak perlu berputus asa, sebab ada Yesus, Pembimbing yang ulung di kedalaman hati kita.

Biarpun demikian berbahagialah jiwa-jiwa yang mendapat pembimbing yang bijaksana. Betapa banyak jiwa yang akan mencapai kesucian yang tinggi bila sejak semula mereka mendapat bimbingan yang baik, tulis St. Theresia kemudian. Misalnya, Allah berkenan mengelilingi St. Teresa dari Avila dengan para teolog dan orang-orang yang berpengalaman seperti St. Yohanes dari Salib, Ia juga telah menunjuk seorang St. Fransiskus dari Sales untuk membimbing St. Yohana dari Chantal dan menugaskan seorang St. Raymondus dari Kapua untuk membimbing St. Katarina dari Siena, dan Ia memberikan kepada banyak orang kudus lain pembimbing-pembimbing yang bijaksana.

Seorang imam atau religius biasanya diberi tugas dan rahmat untuk membimbing jiwa-jiwa kepada Allah. Namun sayang, kadang-kadang ada pula yang kurang dipersiapkan untuk tugas ini. Memang benar bahwa Allah selalu melengkapi dengan terang ilahi-Nya kepada orang-orang yang dengan segenap hati mencari Allah. Namun, kehadiran seorang pembimbing rohani yang benar dan kompeten serta mengerti persoalan, khususnya seorang imam, sangatlah berharga. Dengan sedih harus dikatakan bahwa kadang-kadang sulit memperolehnya, selain karena keterbatasan tenaga, juga karena berbagai sebab. Dalam situasi seperti ini teladan St. Theresia sungguh menguatkan kita.

Roh Allah mendorong orang-orang tertentu untuk mencari bimbingan kepada orang lain. St. Theresia juga kadang-kadang terdorong untuk mencari bimbingan kepada orang lain. Dalam biara ia pernah mendapat pengalaman yang kurang baik tentang pembimbing rohani. Misalnya, ia pernah ditegur bapa pengakuannya, dikatakan sombong, naïf, dan terlalu candang, ketika ia mengutarakan kerinduannya menjadi orang kudus seperti St. Teresa Avila.

St. Theresia Lisieux, memang rindu menjadi kudus. Bukankah Allah sendiri yang mengatakan, “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus” (Im 19:2). “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Mat 5:48). Jadi, kekudusan bukan suatu hal yang mustahil menurut St. Theresia, karena Tuhan sendiri yang mengatakan hal itu dalam Kitab Suci. Sedangkan pembimbing lain, yakni Pater Alexis, mendorong dia untuk berjalan dalam jalan kepercayaan. Pater Alexis menjadi pembimbing yang meneguhkan St. Theresia di jalan kekudusan.

St. Theresia dalam usia 20 tahun telah diangkat menjadi pembimbing novis. Dia diberi tugas untuk membimbing dan membawa para susternya kepada kesucian, kepada cita-cita Karmel yang luhur itu. Dengan segera dia menyadari, bahwa tugas ini melampaui kekuatannya. Membawa seseorang menuju kepada Allah merupakan karya Allah sendiri. St. Theresia menulis kepada Mudernya demikian,

“Dari jauh kelihatannya mudah untuk berbuat baik kepada jiwa-jiwa, untuk membuat mereka lebih mengasihi Allah dan membentuk mereka sesuai dengan pengertian dan pikiran-Nya. Tetapi bila dilihat dari dekat, maka mustahillah orang dapat berbuat baik kepada seseorang tanpa rahmat Allah. Sama mustahilnya seperti membuat matahari berputar kembali pada tengah malam. Demikian mustahil orang berbuat baik kepada orang lain tanpa rahmat Allah.”

“Ketika saya mengerti bahwa tak mungkinlah saya dapat berbuat sesuatu dari diriku sendiri, maka tugas itu nampak sederhana bagi saya. Dalam batin saya hanya menyibukkan diri dengan Allah, bersatu dengan Allah. Sebab saya tahu bahwa hal-hal lain akan diberikan kepadaku secara berlimpah-limpah. Dan sungguh saya tidak pernah dikecewakan dalam pengharapan saya. Tanganku selalu penuh bila dibutuhkan untuk memberi makan sesama susterku.”

St. Theresia tidak pernah bersandar pada kemampuannya sendiri, tetapi dalam segala sesuatu selalu berharap kepada bimbingan Tuhan. St. Theresia sungguh menyadari bahwa tiap-tiap orang berbeda, sehingga terhadap yang seorang dia bersikap lembut, tetapi kepada yang lain bersikap tegas. Kita mengerti sifat adikodrati dan sifat mistik dari pembinaan jiwa seperti itu.

Di dalam doa dan persatuan dengan Allah, St. Theresia menerima kebijaksanaan dan kewaspadaan serta pengertian akan keadaan jiwa-jiwa yang dipercayakan kepadanya. Ia seringkali membuat para novisnya terheran-heran. Kesucian yang besar, persatuan yang mendalam dengan Allah, ditambah dengan kecerdasan otaknya menjadikan dia begitu tajam pandangannya, sehingga seolah-olah dapat membaca jiwa para susternya. Salah seorang suster mengatakan kepada St. Theresia mengenai hal itu dan kemudian dijawabnya, “Saya tidak memiliki karunia itu sama sekali. Tetapi lihatlah! Inilah rahasiaku. Saya tidak pernah memberikan satu komentar tanpa lebih dahulu mohon bantuan Bunda Maria. Saya mohon kepadanya untuk mengilhami apa yang paling berguna untukmu. Dan sesudah itu harus saya akui, kadang-kadang saya sendiri heran tentang beberapa hal yang saya katakan kepadamu tanpa berpikir terlebih dahulu. Saya hanya merasa tidak keliru serta yakin, bahwa itu adalah kehendak Allah dan bahwa saya harus mengatakannya kepadamu.”

 Dari dalam diri pembimbing novis muda itu mengalirlah suatu kebijaksanaan ilahi, sehingga para susternya harus mengakui, bahwa segala sesuatu yang dikatakannya, benar-benar berasal dari Allah.

St. Theresia menceritakan mengenai Muder Genevieve, perintis biara itu, yang waktu itu masih hidup, sebagai berikut: Muder itu mengatakan sesuatu yang sangat menyentuh hatinya, sehingga ia bertanya kepadanya, “Muder, apakah Muder mendapat suatu pernyataan Tuhan?” Tetapi dia menjawab, “Tidak, saya mengatakan apa yang saya rasakan.” Kemudian St. Theresia memberi komentar, bahwa itulah kesucian yang otentik dan kesucian semacam itulah yang dikehendakinya bagi dirinya. Orang itu begitu bersatu dengan Tuhan, sehingga tidak sadar lagi, bahwa itu semua berasal dari Tuhan. Itulah perkataan dan perbuatan orang yang hidupnya dekat dengan Allah. Oleh karenanya, itu sungguh merupakan suatu rahmat besar yang diberikan Tuhan kepada St. Theresia.

Karunia Nasihat membantu setiap pembimbing jiwa-jiwa untuk memberikan nasihat yang dibutuhkan oleh orang-orang yang dibimbingnya. “Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan" (Luk 12:11).

Semoga kita dianugerahi hati yang peka dan terbuka terhadap karya dan bimbingan Roh Kudus, semoga karunia-karunia-Nya semakin berkembang dalam kehidupan Gereja dan seluruh umat-Nya. Semoga semakin banyak orang mengenal dan mengalami kasih-Nya yang melampaui segala pengertian, sehingga hidup kita juga semakin berkenan kepada-Nya dan dapat menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting