User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Seorang ibu datang membawa puteranya. Anaknya ini sering melihat yang aneh-aneh. Apa yang tidak kelihatan mata biasa bisa dilihatnya. Awalnya anak tersebut ketakutan, tetapi lama-kelamaan ia menjadi biasa. Namun, perilakunya menjadi aneh. Apalagi ketika ia mulai kelihatan bercakap-cakap dengan makhluk yang tidak kelihatan.

Seorang bapak telah memelajari tenaga dalam hampir sepanjang hidupnya. Ketika mengikuti Adorasi kepada Sakramen Mahakudus, ia mencoba untuk mengadu tenaga dalamnya dengan kuasa yang mengalir dari Hosti Kudus. Ternyata, kuasa yang dia lawan itu begitu luar biasa, tak terbatas, sehingga ia terpental sampai terguling-guling oleh kuasa yang tidak kelihatan.

Seorang pastor dimintai untuk mendoakan seorang ibu yang sudah tua sekali. Ibu ini sudah hidup menderita lama dengan sakitnya yang mengerikan. Ternyata ia pernah pasang susuk. Setelah Pastor tersebut mendoakan pelepasan susuk. Besoknya ibu ini langsung meninggal.

Kalau saya teruskan, tidak akan ada habis-habisnya contoh kasus seperti di atas. Bagi orang timur, termasuk orang Indonesia, kiranya tidak terlalu sulit diterima adanya realitas yang tidak kelihatan, realitas paranormal (di samping/luar normal). Bahkan, majalah-majalah Indonesia yang terkemuka, seperti “Intisari”, kerap memuat artikel-artikel yang menunjukkan adanya realitas ini. Di dunia barat, yang katanya maju, pun ditemukan perhatian besar yang baru terhadap fenomena-fenomena paranormal. Buku-buku fantasi mengenai sihir dan makhluk-makhluk gaib laris-manis, terutama di kalangan kaum muda. Lepas dari segala definisi dan istilah, gejala-gejala aneh-tapi-nyata ini selalu diminati dari masa ke masa.

Mengapa Paranormal Diminati?

Perdukunan, sihir, dan praktik ilmu gaib tidak pernah kekurangan peminat. Meskipun dihujat, dianiaya, dikejar-kejar, bahkan dibunuh, para pelakunya tidak pernah jera. Ketika muncul, mereka tampil dengan kuat. Praktik-praktik perdukunan bahkan sudah bisa ditelusuri sejak adanya sejarah yang tercatat. Lagipula, ia tidak pernah hilang dari catatan sejarah. Di era teknologi dan ilmu pengetahuan yang canggih seperti sekarang pun, masih banyak orang yang mencari ‘orang pintar’, minta ‘wangsit’, dan melakukan ‘laku-tapa’ untuk memperoleh ilmu-ilmu kesaktian. Tidak kalah banyaknya, orang yang percaya pada ramalan. Entah itu lewat ramalan bintang, hitungan I-Ching, ciamsi, rajah garis tangan, dan lain-lain. Dalam kasus lain, saya selalu berhasil dibuat heran oleh orang-orang yang yakin sekali dengan perhitungan fengshui sehingga pot bunga tertentu tidak boleh digeser barang semilimeter pun!

Pertanyaannya sekarang ialah, mengapa orang mau percaya akan hal-hal tersebut?

1.Memang nyata ada

Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengikuti Hari Studi yang diadakan Sekolah Tinggi saya di Malang. Temanya: “Alam Gaib, Budaya, dan Iman” (Makalah-makalah para narasumber dibukukan bersama dengan beberapa artikel lain tentang hal yang sama dalam: ATMOKO, Dwijo dan Donatus Sermada, Alam Gaib, Budaya, dan Iman, Malang: STFT Widya Sasana dan Dioma, 2002). Para pakar dari beberapa bidang ilmu diundang sebagai narasumber. Selain itu, ada pula beberapa praktisi paranormal yang diberi kesempatan untuk memberikan kesaksian mereka. Setelah diskusi selama tiga hari, tidak ada kesimpulan tunggal untuk fenomena ini. Kalaupun ada yang bisa dijadikan kesimpulan bersama, itu adalah bahwa fenomena ini sungguh nyata. Para dosen kami, dari kalangan filsafat pun mengakui adanya daya-daya supranatural yang belum dapat dijelaskan secara rasional. Para psikolog pun sependapat bahwa ada daya-daya tidak terlihat dan tidak terjelaskan secara memuaskan dalam tataran ilmiah. Singkatnya, fenomena paranormal itu memang ada. Meskipun harus segera ditambahkan bahwa tidak semua gejala aneh bisa disebut paranormal. Takhyul, isu, sugesti, penipuan dengan ilusi, dan semua hal lain yang tidak punya dasar pembuktian riil (dalam arti: ada saksi dan bukti) tidak bisa dikategorikan paranormal.

Memang sulit sekali disangkal adanya hal-hal misterius dalam alam semesta ini. Misalnya, bagaimana menjelaskan adanya barang-barang yang bergerak sendiri? Atau, fenomena Uri Geller, ketika sendok yang dipegang oleh orang lain bisa dibengkokkan tanpa sentuhan langsung. Demikian juga kemampuan-kemampuan ESP (Extra Sensory Perception) lainnya, seperti dowsing (mencari air atau materi lainnya dalam tanah), clairvoiyance (mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi di tempat yang jauh atau yang akan terjadi), telepati, dan lain-lain. Gejala-gejala yang disebutkan terakhir bahkan sudah diteliti dan dibuktikan ada oleh ilmu pengetahuan. Selain itu, banyak sekali penyembuhan-penyembuhan mukjizat yang tercatat, bahkan sampai abad ke-21 ini. Misalnya, penyembuhan-penyembuhan yang dimuat dalam buku Miracles Do Happen karya Sr. Briege Mc Kenna.

Yang menjadi masalah bukanlah kemampuan-kemampuan ESP ataupun penyembuhan-penyembuhan mukjizat yang menghantar kepada pertobatan dan iman. Kemampuan-kemampuan ESP merupakan kemampuan-kemampuan natural yang netral. Biasanya kemampuan-kemampuan ini juga sangat terbatas. Fenomena penyembuhan mukjizat yang otentik, yang membawa orang kepada iman dan pertobatan, jelas baik. Yang menjadi soal adalah gejala-gejala paranormal yang membawa orang kepada kebencian, kebingungan, ketakutan, kekacauan, dan segala akibat negatif lainnya. Fenomena-fenomena seperti santet, guna-guna, pelet, jimat-jimat, ramalan, dan segala bentuk sihir membawa orang bukan kepada Tuhan, melainkan kepada penyembahan berhala. Hal-hal seperti ini pun ternyata memang ada, meskipun tetap tidak bisa dijelaskan secara memuaskan.

2.Mau Percaya Hanya kalau Diuntungkan

Sering terdengar kejadian orang tidak pergi lagi ke gereja karena lebih percaya pada dukun tertentu. Mereka kehilangan kepercayaan karena dengan mata kepala sendiri mereka menyaksikan kesaktian dukun yang bersangkutan. Misalnya, seorang bapak yang tidak sembuh-sembuh ketika didoakan di gereja, sembuh karena ‘pengobatan’ seorang dukun. Atau, seorang ibu yang lebih suka pergi ke dukun untuk mengobati anaknya yang diduga kerasukan setan. Memang, dalam beberapa kasus, kami akui bahwa kesembuhan tidak terjadi, meskipun sudah didoakan berkali-kali. Demikian juga, dalam hal pengusiran setan. Ada yang bisa langsung beres, tetapi ada pula yang membutuhkan proses cukup panjang, biasanya jika disertai dengan gejala depresi dan luka batin berat. Masalahnya, banyak orang zaman ini yang mau semuanya serba instan dan langsung jadi. Apa pun dilakukan untuk itu. Ketika mendengar ada dukun sakti di sana atau di sini, mereka segera pergi tanpa memikirkan segala konsekuensinya.

Penyembuhan dari Tuhan bersifat gratis. Akan tetapi, penyembuhan dengan menggunakan kuasa lain selalu meminta imbalan dan mempunyai efek samping. Kenyataannya, orang-orang yang pergi ke dukun tidak akan pernah mengalami damai sejati dalam hidup mereka. Kemudahan-kemudahan, perlindungan, kesehatan, dan harta yang mereka peroleh dengan pergi ke orang pintar selalu berarti pengorbanan di bidang lain. Satu masalah selesai akan membuahkan masalah baru yang lebih parah lagi. Hanya berkat dari Tuhan yang membawa buah-buah Roh yang sejati: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22-23).

Misalnya, ada seorang bapak yang memelihara jin untuk melindungi dirinya sendiri dan keluarganya. Bukannya mendapatkan rasa aman yang ia dambakan. Justru seumur hidupnya ia merasa gelisah dan ketakutan karena serangan-serangan dari alam gaib selalu ia rasakan di mana pun ia berada. Ia selalu harus membentengi diri. Satu jin tidak cukup, perlu jin-jin tambahan. Perlu ilmu-ilmu tambahan. Dan akhirnya, ia tidak pernah tenang dalam hidupnya. Padahal, menurut dia, ia telah menjual jiwanya untuk kesaktian-kesaktian itu. Ia tahu pasti bahwa kalau diteruskan ia tidak akan selamat, tetapi ia tidak berdaya melepaskan semuanya itu. Sebaliknya, orang-orang yang hidup dalam Tuhan, berpasrah pada Tuhan, dan seperti janji Tuhan bahwa tidak ada sehelai pun dari rambutnya yang akan hilang tanpa seizin Tuhan (bdk. Luk 21:28; Kis 27:34).

Suatu ketika ada sekelompok awam yang mengadakan pelayanan di Kalimantan. Karena kesaksian mereka yang penuh kuasa Roh Kudus, banyak peserta yang akhirnya tersentuh dan bertobat. Sebagai ungkapan pertobatan mereka, jimat-jimat mereka diserahkan semua dan dikumpulkan di dalam satu karung besar. Seorang anggota tim pelayanan tadi melihat jimat-jimat dalam jumlah besar itu tiba-tiba terdorong untuk membuktikan bahwa kuasa jimat-jimat itu tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Lalu, apa yang ia lakukan? Ia menginjak-injak karung berisi jimat-jimat itu di depan semua peserta. Dalam hati para peserta yang terkaget-kaget muncul komentar, “Ah, orang ini pasti kena apa-apa nanti.” Namun, ternyata tidak ada apa pun yang terjadi. Kuasa Tuhan tentu lebih besar!

Ironis bahwa praktik perdukunan justru umumnya berkedok agama. Padahal, agama-agama besar seperti Kristen dan Islam (Bdk. ”Memberantas Perdukunan” dalam www.unri.ac.id dan “Hukum Sihir, Perdukunan, dan Zina” dalam www.islamport.com). justru menentang praktik ini. Orang-orang sering merasa aman kalau pergi ke seorang dukun yang mengaku sebagai orang suci agama tertentu. Ada juga dukun yang bahkan mengakui dan menerima klien dari semua agama, sementara ia sendiri tidak jelas beragama apa. Untuk ini, kita perlu untuk berhati-hati. Jangan sampai karena coba-coba, kita justru kehilangan pegangan.

Saat sedang mengalami masa-masa paling sakit dalam hidupnya, justru semakin banyak tawaran pengobatan-pengobatan alternatif yang tidak jelas kepada kakak perempuan saya. Beberapa kali ia berkonsultasi kepada saya, apakah dia perlu mencoba pergi ke orang-orang pintar yang disebutkan. Saya mencoba untuk menyelidiki dan tanya-tanya tentang metode pengobatan mereka. Kalau memang cara mereka itu sesuai dengan ajaran Kitab Suci dan Gereja, saya akan mengatakan silakan. Sebaliknya, kalau saya ragu-ragu atau pasti bahwa praktik mereka lebih mengarah kepada perdukunan dan menggunakan kuasa-kuasa yang tidak jelas, saya akan mengatakan jangan. Dalam keadaan kesakitan hebat, menentukan untuk pergi atau tidak merupakan perkara yang tidak kecil. Godaan untuk mencari kesembuhan, bagaimana pun caranya, sangat besar. Saya paham akan itu. Kakak perempuan saya terlebih lagi paham akan itu. Namun, saya berusaha menjelaskan kepada dia bahwa tidak ada gunanya sama sekali kalau dia sembuh fisik, tetapi kehilangan jiwa sebagai gantinya. Syukurlah kakak saya mau diyakinkan. Akhirnya, memang ia harus kehilangan nyawanya. Namun, karena imannya kepada Kristus, ia meninggal seperti malaikat. Saya yakin ia sudah bahagia sekarang.

Pandangan Gereja terhadap Fenomena-fenomena Paranormal

Secara singkat saya akan berikan beberapa prinsip Gereja berkenaan dengan paranormal.

1.Kitab Suci

Dalam Ul 18:9-14 kita membaca tentang hal-hal yang merupakan kekejian di mata Tuhan, yakni: manusia sebagai kurban bakaran, petenung, peramal, penelaah (semacam peramal juga, Inggris: augur), penyihir, pemantera, orang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal (medium), dan yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati (Necromancer). Para pengikut-Nya dilarang untuk mengikuti kebiasaan-kebiasaan bangsa lain yang tidak mengenal-Nya tersebut. Namun, pada masa-masa kritis atau situasi gawat, para pengikut-Nya bisa meminta petunjuk kepada-Nya entah lewat nabi (mis. 1Sam 9:9; 1Raj 14:5) ataupun lewat para imam di tempat-tempat suci atau lokasi ziarah. Dalam Perjanjian Lama (PL), khususnya Kej 12-50 Tuhan juga digambarkan sering berkontak dengan umat-Nya lewat penglihatan dan mimpi. Ada pula penafsir-penafsir mimpi seperti Yusuf dan Daniel.

Mungkin contoh yang paling kuat tentang praktik perdukunan dalam PL dijumpai dalam 1Sam 28. Memang ada kisah tentang Bileam, tetapi sengaja tidak saya sebutkan di sini karena kerumitan dalam penafsirannya (lihat ATMOKO, Dwijo dan Donatus Sermada, Alam Gaib, Budaya, dan Iman, Malang: STFT Widya Sasana dan Dioma, 2002, hlm. 132-134). 1 Sam 28 menceritakan tentang Saul yang memanggil arwah Samuel lewat perantaraan seorang perempuan pemanggil arwah. Menarik, pada ayat 28 diterangkan motif Saul pergi ke perempuan penenung itu, yaitu bahwa sebelumnya ia telah berusaha bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab dia. Karena merasa terjepit, ia akhirnya pergi kepada orang yang sebenarnya tidak boleh ia kunjungi.

Dalam Perjanjian Baru (PB) hanya ada beberapa ayat yang menyinggung soal sihir dan perdukunan. Secara umum, ayat-ayat tersebut menentang sihir dan perdukunan, seperti diwakili Gal 5:20. Sihir disetarakan dengan perbuatan daging lainnya seperti penyembahan berhala, kemabukan, iri hati, pesta pora, percabulan, dan sebagainya. Para tukang sihir, bersama dengan orang-orang yang tidak percaya dan para pendosa lainnya, akan dicampakkan ke dalam lautan api dan belerang, kematian yang kedua (Why 21:8). Di dalam Kisah Para Rasul, beberapa kali disebutkan praktik sihir atau perdukunan yang berlawanan dengan pelayanan para rasul (lih. Kis 8:9-25; 13:6-12; 16:16-18; 19:13-16.18-19). Namun, dalam semua kisah tersebut para rasul selalu tampil sebagai pemenang dalam nama dan kuasa Yesus!

2.Katekismus Gereja Katolik

Menguraikan perintah pertama dalam Sepuluh Perintah Allah (“Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku”), Katekismus Gereja Katolik (KGK) art. 2115-2117 menolak praktik-praktik berikut:

·Segala macam ramalan,

odengan memergunakan setan dan roh jahat,

odengan memanggil arwah,

odan dengan tindakan-tindakan “membuka tabir” seperti: horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pertanda (primbon?) dan orakel, paranormal dan menanyai medium.

·Semua praktik magi dan sihir,

odengan mana orang ingin memeroleh kekuatan gaib ataupun sekedar kesembuhan dari penyakit.

oTerutama praktik-praktik yang ditujukan untuk mencelakakan orang lain.

oTermasuk di dalam praktik ini juga ialah: spiritisme (memanggil roh) dan penggunaan jimat.

Di dalam praktik-praktik di atas, menurut KGK, terselubung kehendak untuk berkuasa atas waktu, sejarah, dan akhirnya atas manusia. Hal ini bertentangan dengan kepercayaan kepada penyelenggaraan ilahi dalam sikap takwa penuh kasih.

Sikap terhadap Gejala Paranormal

Setelah melihat adanya realitas paranormal, kita dapat membuat beberapa kesimpulan. Pertama, gejala-gejala paranormal itu ada yang berasal dari Tuhan dan ada pula yang berasal dari roh jahat. Yang berasal dari Tuhan bisa dibedakan menjadi: (1) kekuatan-kekuatan paranormal bawaan pada manusia dan (2) karunia-karunia adikodrati untuk pelayanan. Kekuatan-kekuatan paranormal bawaan bersifat netral. Pada beberapa orang kekuatan ini tampak dengan jelas, tetapi pada umumnya kekuatan ini tidak besar. Karunia-karunia kodrati, seperti karunia-karunia dalam 1Kor 12, digunakan untuk mengembangkan Kerajaan Allah. Adapun, kekuatan paranormal yang termasuk dalam kategori perdukunan dan sihir bertentangan dengan Kitab Suci dan ajaran Gereja. Karena itu, ia harus ditolak.

Beberapa tindakan praktis yang perlu diambil:

1.  Carilah penjelasan rasional terlebih dahulu.

Meskipun tampak aneh, sebenarnya beberapa fenomena yang dulu dianggap paranormal sekarang sudah dipandang normal. Misalnya: sugesti (pribadi maupun massal), otosugesti dan hipnotis. Sulap bahkan lebih tepat disebut penipuan berkelas daripada suatu peristiwa ajaib. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula kemungkinan gangguan jiwa pada seseorang, yang mengakibatkan halusinasi ataupun keterpecahan pribadi (MPD=Multiple Personality Disorder).

2.  Kalau ragu-ragu, jangan melibatkan diri.

Kalau merasa ragu atas kredibilitas seseorang, apa pun slogan dan gelar yang diusungnya, jangan pernah melibatkan diri. Di dalam peristiwa dan kejadian apa pun, meskipun tampaknya meyakinkan, jangan begitu saja percaya.

3.  Mencoba-coba itu sangat berbahaya.

Ada seorang ibu yang suatu ketika mencoba-coba mengikuti upacara pemanggilan arwah. Sebenarnya ia hanya ingin tahu. Akan tetapi, dalam upacara itu ia malah kerasukan setan dan sangat menderita karenanya. Upacara-upacara seperti itu dapat dianggap sebagai undangan kepada roh jahat untuk masuk ke dalam diri manusia. Sangat jarang roh jahat menolak tawaran sebagus ini.

4.  Jangan bertindak dengan alasan terjepit.

Ini yang sulit. Orang zaman sekarang kerap kehilangan penalarannya yang logis saat sedang terjepit situasi.

5.  Ujilah segala sesuatu, kenali pohon dari buah-buahnya.

Yang paling penting ialah kewaspadaan dan kebijaksanaan dalam menilai. Kalau ada berita tentang hal-hal yang ajaib, jangan terburu-buru percaya. Tunggulah beberapa waktu. Lebih baik lagi kalau Anda menanyakan atau mendiskusikannya terlebih dahulu dengan orang-orang yang Anda anggap bijaksana.

6.  Bagi yang memiliki bakat paranormal alamiah: boleh saja digunakan atau dikembangkan, tetapi tetap waspada jangan sampai jatuh dalam kesombongan atau mencelakai orang lain. Paling baik konsultasikan bakat tersebut kepada pihak Gereja.

7.  Tentang jimat atau arca berhala: kalau anda memilikinya, sebaiknya segera dibuang. Tentu sebelum membuangnya Anda perlu bertobat terlebih dahulu dan kemudian mematahkan ikatan dengan barang-barang tersebut dengan doa. Kalau Anda merasa ragu-ragu untuk melakukannya, bawalah jimat itu kepada para imam, frater, atau suster yang berpengalaman. Agar dengan doa bersama, kuasa jimat itu dipatahkan.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting