User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

2.  Gereja dan Dunia Membutuhkan Insan-insan Allah

Dalam situasi dunia yang demikian itu, sadar atau tidak, mau tidak mau, dunia membutuhkan insan-insan Allah, nabi-nabi Allah yang hidup, lebih daripada segala sesuatu yang lain. Karena kuasa destruktif itu demikian besarnya, dibutuhkan suatu kuasa yang lebih besar lagi untuk dapat menanggulanginya. Seperti dikatakan Santo Paulus, “Perjuangan kita tidak hanya melawan darah dan daging, me-lainkan melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, yaitu roh-roh jahat di udara” (Ef. 6:12). Hal itu pulalah yang pernah ditekankan oleh Paus Paulus VI dalam salah satu audiensi pada bulan Nopember tahun 1972:

“Salah satu dari kebutuhan terbesar dewasa ini ialah perlindungan terhadap kejahatan yang disebut Iblis . . . Persoalan tentang Iblis dan bagaimana dia bisa mempengaruhi baik individu maupun kelompok-kelompok, bahkan seluruh masyarakat, atau peristiwa-peristiwa, merupakan suatu bab penting dari ajaran Katolik yang dewasa ini kurang mendapat perhatian, walaupun sebenarnya harus dipelajari kembali.” (Deliver Us From Evil, l’Osservatore Roma-no, Nov 23, 1972)

Kuasa-kuasa itu lebih besar dan lebih kuat daripada manusia, karena itu untuk mengha-dapinya manusia membutuhkan tidak kurang dari kuasa Allah sendiri. Kuasa Allah itu secara istimewa disalurkan lewat insan-insan Allah.

Siapakah yang dimaksudkan dengan insan-insan Allah itu? Mereka itu ialah orang-orang Kristen, pria dan wanita, rohaniwan dan awam, yang secara pribadi sungguh-sungguh mengenal Allah yang hidup, yang mengalami kasih-Nya yang mengubah dan memperbarui hidup manusia. Mereka itu adalah orang-orang yang sungguh beriman dan telah mengalami, bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh telah bangkit dari antara orang mati dan kini benar-benar hidup, hadir dan berkarya di tengah-tengah umat-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang hidup dalam Roh dan dibimbing oleh Roh Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang sungguh hidup dari iman dan hidup bagi Allah melulu, karena bagi mereka Allah adalah segalanya. Dengan demikian mereka dapat berkata: “Apa yang telah kami dengar, apa yang telah kami lihat dengan mata kami, apa yang telah kami saksikan dan kami raba dengan tangan kami sendiri, itulah yang kami wartakan” (bdk. 1 Yoh. 1: 1).

Seperti yang dikatakan Paus Paulus VI, dunia dewasa ini lebih senang mendengarkan saksi-saksi daripada pengajar-pengajar. Mereka rasanya sudah bosan dengan segala kata-kata kosong, gagasan-gagasan yang muluk-muluk, tetapi yang tidak mampu mengubah hidup manusia. Oleh karena itu yang akan didengarkan dunia ialah mereka yang sungguh-sungguh dapat menghantarkan orang kepada Allah yang hidup, bukan mereka yang hanya mampu melontarkan gagasan-gagasan yang indah.

Orang-orang yang terluka hatinya tidak membutuhkan kata-kata yang indah-indah, melainkan kuasa cinta ilahi yang dapat membalut dan mengobati luka hatinya itu. Orang-orang yang putus asa tidak membutuhkan perkataan yang muluk-muluk, melainkan sentuhan kasih ilahi yang nyata, yang menghapus keputusasaan itu serta memberikan pengharapan. Orang yang merindukan Allah yang hidup, tidak bisa dipuaskan dengan konsep-konsep yang bagus-bagus, melainkan pengalaman akan kehadiran Allah yang nyata, yang membuktikan kepadanya, bahwa Allah sungguh-sungguh hidup. Orang yang mencari Allah tidak akan puas dengan adanya ide-ide yang bagus-bagus, sekalipun itu ide akan Allah, tetapi mereka ingin dapat menyentuh dan disentuh oleh-Nya. Siapakah yang dapat membawa orang-orang tersebut kepada pengalaman serupa itu? Mereka itulah insan-insan Allah yang telah bertemu sendiri dengan Allah yang hidup, yang menguasai hatinya. Karena mereka telah bertemu sendiri dengan Allah, mereka akan dapat berbicara dengan penuh keyakinan tentang Allah dan membawa orang kepada perjumpaan konkret dengan Allah.

Dunia dewasa ini yang sedang diliputi oleh kegelapan materi-alisme dan atheisme praktis serta sekularisme, yang terluka berat oleh dosa-dosa yang mengerikan, yang sudah tidak bisa membedakan lagi mana yang dosa dan mana yang baik, yang sedang mengalami kehabisan zat asam rohani yang murni sehingga hampir-hampir tidak bisa bernapas lagi, yang mengalami kehausan hebat akan Allah yang memberi arti bagi hidup mereka, tidak membutuhkan filsuf-filsuf yang pandai-pandai, tidak membutuhkan ahli-ahli Taurat. Karena nyatanya banyak filsuf yang atheistis, ada ahli Kitab Suci yang tidak beriman, ada teolog yang tidak ber-Tuhan dan ada moralis yang tidak bermoral.

Namun dunia dewasa ini sungguh-sungguh membutuhkan kehadiran insan-insan Allah, saksi-saksi Allah yang hidup, yang dapat menghantar mereka kepada Allah yang hidup, yang menjadi harapan mereka satu-satunya. Lebih daripada kebutuhan akan materi, yang memang dibutuhkan, dunia lebih membutuhkan pengalaman kasih ilahi yang menyembuhkan, yang memperbarui, yang menyelamatkan. Baik kaya maupun miskin, mereka semua membutuhkan pengalaman kasih Allah itu. Dan itulah yang dibawakan oleh para insan Allah, syukur-syukur kalau mereka itu juga sekaligus “teolog-teolog sejati”.

Bagaimanakah Gereja dapat menjawab kebutuhan umat manusia yang menjerit seperti itu? Bagaimanakah Gereja mampu menyediakan insan-insan Allah yang dibutuhkan dunia itu? Inilah sungguh-sungguh tantangan untuk Gereja di masa yang akan datang. Insan Allah hanya bisa dilahirkan oleh insan-insan Allah yang lain. Inilah justru yang menjadi tantangan Gereja dewasa ini. Mampukah Gereja melahirkan insan-insan Allah yang dibutuhkan itu?

Karena Gereja sebagai keseluruhan dijiwai Roh Kudus yang hidup dalam dirinya, jelaslah, bahwa Roh Kudus sendiri yang akan membangkitkan insan-insan Allah tersebut di dalam Gereja. Dalam kenyataannya, walaupun pada umumnya Gereja dapat diumpamakan sebagai raksasa yang masih tidur, namun di sana sini Roh Kudus sudah mulai membangkitkan saksi-saksi yang hidup. Ia pula yang mendorong orang untuk mengadakan pembaruan-pembaruan, antara lain lewat kehidupan paroki yang diperbaharui, sehingga ada paroki-paroki yang telah mati menjadi hidup kembali penuh gairah karena kuasa Roh Kudus tersebut. Demikian pula Roh menghidupkan kelompok-kelompok awam yang bersemangat apostolis, membangkitkan serikat-serikat awam di pelbagai negara, memperbarui serikat-serikat religius yang ada, membangkitkan serikat-serikat baru yang sungguh terbuka bagi karya-Nya dan yang sesuai dengan kebutuhan zaman ini. Seperti dikatakan Paus Paulus VI almarhum, saat ini Gereja sedang mengalami suatu musim semi yang baru. Di sana sini bunga-bunga yang indah sudah mulai tampak.

Putri Karmel dan CSE juga merasa dipanggil untuk menjadi bagian dari pembaruan Gereja universal ini, suatu pengharapan baru bagi seluruh Gereja. Mereka merupakan salah satu serikat baru yang dibangkitkan Roh Kudus untuk zaman ini dan untuk menanggapi kebutuhan zaman ini. Mereka bersumber pada spiritualitas Karmel awali dan mengintegrasikannya dengan rahmat pembaharuan yang dibangkitkan Roh dalam Gereja dewasa ini. Dengan demikian mereka dapat menggabungkan kekayaan yang lama dengan kekayaan yang baru. Dalam tubuh-Nya mereka sudah boleh mengalami buah-buah pertama dari pembaruan tersebut.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting