Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

ADVEN: MENANTIKAN KEDATANGAN SANG PENEBUS DENGAN PENUH HARAPAN

Pengantar

Natal adalah suatu peristiwa yang dinanti-nantikan oleh umat kristiani di seluruh dunia. Setiap tanggal 25 Desember kita selalu merayakan Hari Raya Kelahiran Yesus Kristus, Sang Penebus dan Juruselamat dunia dengan meriah. Sukacita dan kegembiraan Natal bergema dan bergaung di mana-mana. Dunia sudah selayaknya bergembira karena Sang Raja Damai telah turun ke dunia untuk datang dan menyelamatkan seluruh umat manusia dari kuasa kegelapan. Sang Terang bersinar terang untuk menghalau kegelapan dunia. 

Seorang bayi mungil telah lahir di Betlehem dalam sebuah palungan sederhana sekitar 2000 tahun yang lalu. Bayi itu tak lain adalah Sang Sabda yang telah menjelma menjadi manusia, Sang Sabda yang memperbaharui dunia dengan kelahiran dan cinta-Nya. Namun, tak berakhir pada waktu itu saja, pada masa sekarang pun Sang Sabda rindu untuk memperbaharui hati kita dengan kelahiran-Nya secara baru. Untuk itu, tentu kita harus sungguh-sungguh memersiapkan hati agar layak menyambut kedatangan Sang Raja. Gereja sangat menyadari akan hal ini. Oleh karena itu, Gereja menyediakan suatu masa khusus untuk menyambut Hari Raya Natal.

Masa khusus itu dikenal dengan nama Masa Adven. Pada Masa Adven, berbeda dengan masa-masa biasa, nampak adanya lingkaran Adven dengan empat lilin dalam gereja. Bila kita memerhatikan, lingkaran Adven tersebut tidak mempunyai titik awal dan akhir. Hal ini sebenarnya hendak melambangkan keabadian Allah, tanpa awal dan akhir. Lingkaran ini hendaknya juga mengingatkan kita bahwa kita semua dipanggil untuk mengalami persatuan dengan Allah, Sang Sumber Cinta.

Adven sebagai Masa Persiapan Menyambut Kedatangan Sang Penebus

Permulaan tahun liturgi dalam Gereja Katolik dimulai pada hari Minggu Adven I. Kata adven berasal dari bahasa Latin, adventus yang berarti kedatangan. Oleh karena itu, Masa Adven adalah suatu masa persiapan rohani, di mana Gereja mengajak seluruh umat beriman untuk sungguh-sungguh memersiapkan diri menyambut kedatangan Kristus, Sang Raja Damai. Masa Adven berlangsung selama empat minggu, yang dimulai pada hari Minggu terdekat tanggal 30 November (Pesta Santo Andreas, Rasul), antara tanggal 27 November dan 3 Desember. Lama Masa Adven setiap tahun tidaklah sama, namun Adven pasti terdiri dari empat hari Minggu.

Apakah sebenarnya makna Adven bagi kita sebagai kaum beriman? Katekismus Gereja Katolik menekankan dua makna ganda dari Adven. “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua…” (Katekismus Gereja Katolik nomor 524) Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam masa Adven, kita sebagai warga Gereja memersiapkan diri untuk merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dunia (Hari Natal) dan mengarahkan hati agar dengan penuh harapan kita menantikan kedatangan Kristus yang kedua pada akhir jaman.

Allah begitu mengasihi dan mencintai manusia. Hal ini dapat kita lihat dalam kisah penciptaan, di mana manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah (bdk. Kej. 1:27). Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk menguasai seluruh alam ciptaan. Sayangnya, di kemudian hari manusia jatuh ke dalam tipu daya Iblis yang menyebabkan keterpisahan-Nya dengan Sang Pencipta. Namun, hal ini tidak membuat Allah membenci manusia. Allah tetap mengasihi dan mencintai manusia, sebab kasih dan cinta Allah kekal untuk selama-lamanya. Allah terus berupaya untuk menyelamatkan umat manusia dari kegelapan melalui para nabi yang diutus-Nya di tengah-tengah umat-Nya. Puncaknya, Allah mengutus Putera Tunggal-Nya ke dunia untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa dan maut. Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita, supaya melalui Sang Sabda kita beroleh keselamatan (bdk. Yoh. 1:14). Melalui rahim Santa Perawan Maria, Putera Allah lahir di dunia. Kelahiran Yesus adalah suatu peristiwa besar yang telah dijanjikan Allah kepada dunia sejak awal mula, jauh sebelum melalui para nabi-Nya. Katekismus Gereja Katolik nomor 522 mengatakan, “Kedatangan Putera Allah ke dunia adalah satu kejadian yang sekian dahsyat, sehingga Allah hendak memersiapkannya selama berabad-abad. Semua ritus dan kurban, bentuk dan lambang “perjanjian pertama” (Ibr. 9:15) diarahkan-Nya kepada Yesus. Ia memberitahukan kedatangan-Nya melalui mulut para nabi, yang susul-menyusul di Israel. Sementara itu ia menggerakkan dalam hati kaum kafir satu pengertian yang samar-samar mengenai kedatangan ini.” Gereja sungguh menyadari akan hal ini. Oleh karena itu, dalam Masa Adven kita tidak hanya mengenang suatu peristiwa di masa lampau, melainkan kita menyatukan diri dengan para nabi dan umat Allah dalam Perjanjian Lama yang dengan penuh harapan menantikan kedatangan Sang Mesias. Melalui  Masa Adven kita diingatkan akan penantian dan persiapan yang dilakukan para nabi, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, untuk menyongsong kedatangan Sang Juruselamat dengan penuh harapan.

Iman Gereja mengakui bahwa pada saatnya Yesus akan datang kembali ke dunia untuk kedua kalinya. Dalam wahyu-Nya kepada Yohanes (bdk. Why. 22:20), Yesus mengatakan bahwa Ia akan segera datang, "Ya, Aku datang segera!" Sebagai kaum beriman, kita juga diajak untuk menantikan kedatangan Yesus yang kedua kalinya ke dunia dengan iman, harapan, dan kasih. Bersama seluruh umat beriman, dalam Masa Adven ini kita juga menantikan kedatangan Yesus untuk kedua kalinya dengan suatu pengharapan yang besar. Secara definitif, tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan hal ini akan terjadi. Satu hal yang dapat kita lakukan adalah sungguh-sungguh memersiapkan hati dan senantiasa berjaga-jaga agar pada saatnya kita siap untuk menyambut kedatangan Yesus yang kedua kalinya ke dunia.

Persatuan dengan Allah sebagai Tujuan Hidup Kaum Beriman

Kita semua dipanggil untuk mengalami persatuan dengan Allah. Tujuan hidup kita sebagai kaum beriman tak lain adalah untuk bersatu dengan Allah, Sang Sumber Kasih. Untuk itu, Allah mengutus Putera Tunggal-Nya untuk mendamaikan kita dengan Allah dan dengan demikian menyelamatkan kita (bdk. Katekismus Gereja Katolik nomor 457). Allah telah mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita (1 Yoh. 4:10). Sabda telah menjadi manusia!

Dalam Masa Adven, dekorasi dalam gereja selalu dihiasi dengan lingkaran Adven atau yang disebut juga dengan korona Adven, yang di atasnya terdiri dari empat lilin yang berjarak sama satu dengan yang lain. Lingkaran Adven ini diuntai dengan daun-daun evergreen (pohon yang selalu berdaun hijau), seperti pinus atau cemara. Lingkaran adalah bentuk yang tidak memiliki awal dan akhir. Oleh karena itu, lingkaran Adven melambangkan keabadian Allah yang ada sejak awal mula dan untuk selama-lamanya.

Empat lilin pada lingkaran Adven melambangkan keempat minggu menjelang Natal, masa persiapan kita untuk menyambut kelahiran Sang Penebus, juga simbol seluruh waktu menjelang kedatangan Kristus kembali (parousia). Setiap minggu ditandai dengan penyalaan sebatang lilin. Pada Hari Minggu Adven pertama dinyalakan sebatang lilin, kemudian dinyalakan dua batang lilin pada Hari Minggu Adven Kedua, dan seterusnya. Penyalaan lilin ini juga melambangkan kedatangan Sang Penebus setahap demi setahap. Dengan semakin terangnya lingkaran Adven seiring bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan setiap minggu, kita diajak untuk lebih menyadari dan memersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus, Sang Terang yang semakin mendekat. Terang itu sendiri melambangkan Kristus, yang datang ke dunia untuk menghalau kuasa kegelapan dan memberikan kehidupan kekal kepada kita.

Lingkaran Adven yang diuntai dari daun-daun segar berwarna hijau melambangkan keabadian Kristus sendiri, bahwa Ia datang untuk memberi suatu kehidupan baru kepada manusia melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Warna hijau pada daun-daun evergreen yang diuntai pada lingkaran Adven juga melambangkan suatu kesetiaan dan pengharapan yang tidak pernah berakhir atau suatu pengharapan yang tidak kunjung putus di tengah segala situasi. Pinus atau cemara adalah daun yang dapat bertahan pada segala musim. Berbeda dengan daun dari pohon yang lain, daun cemara tidak rontok dan tetap hijau di segala musim, sekalipun di musim gugur dan musim dingin. Daun-daun yang selalu berwarna hijau ini juga melambangkan keabadian jiwa kita, dimana karena kasih-Nya yang sangat besar Sang Sabda telah menjadi manusia untuk memberikan kehidupan kekal kepada kita. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh. 17:3) Pada lingkaran Adven, walaupun tidak selalu, juga terlihat buah-buah berry yang berwarna merah. Buah-buah ini melambangkan darah Yesus yang tercurah untuk menebus dunia dari kuasa dosa dan maut melalui sengsara dan wafat-Nya di atas kayu salib. Hanya dengan pengurbanan Yesus dan melalui darah-Nya yang tercurah dari kayu salib kita memperoleh kehidupan yang kekal.  

Lingkaran Adven hendaknya bukan sekedar suatu dekorasi yang memperindah gereja pada Masa Adven. Hendaknya lingkaran Adven mengajak kita untuk merenungkan bagaimana sikap kita selama ini. Allah memanggil kita semua untuk dapat mengalami persatuan yang mesra dengan-Nya. Allah mengajak kita untuk ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan-Nya di dunia. Allah terlebih dahulu mengasihi kita. Bukti cinta-Nya yang terbesar adalah dengan mengutus Yesus Kristus, Putera Tunggal-Nya ke dunia agar kita semua beroleh keselamatan. Lingkaran Adven ini hendaknya juga mengingatkan kita akan tujuan hidup kita sebagai umat beriman, yaitu mengalami persatuan cintakasih yang mesra dengan Allah, Sang Sumber Cinta. Untuk itu, tentu kita harus memersiapkan diri sungguh-sungguh agar pada saatnya nanti kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam kehidupan kekal yang telah dijanjikan Allah.

Persiapan Menantikan Kedatangan Sang Penebus

Sabda telah menjadi daging. Peristiwa inkarnasi ini sungguh unik dan hanya terjadi satu kali (bdk. Katekismus Gereja Katolik nomor 464). Karena cinta-Nya yang sangat besar kepada manusia, Allah menjelma menjadi manusia. Yesus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Oleh karena itu, sebagai umat yang ditebus, kita harus sungguh-sungguh memersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Allah dan Raja kita. Persiapan diri harus dipandang sebagai tanggapan atas cinta Allah yang sangat murni kepada manusia. Gereja sungguh menyadari akan hal ini dan menyediakan suatu masa khusus untuk menyambut kedatangan Sang Raja Damai.

Persiapan apa yang harus kita lakukan pada masa-masa penantian menyongsong kedatangan Sang Raja? Persiapan utama yang perlu kita lakukan adalah membersihkan hati dari segala sesuatu yang selama ini kurang berkenan di hadapan Allah, agar pada saatnya nanti hati kita sungguh layak untuk menjadi palungan bagi Sang Raja. Selama Masa Adven, para imam menggunakan kasula berwarna ungu sebagai lambang pertobatan. Kita perlu mengambil waktu untuk merefleksikan sikap-sikap kita selama ini. Sikap yang negatif kita tinggalkan, sementara sikap yang sudah baik kita tingkatkan. Kita perlu sungguh-sungguh bertobat dan berbalik kepada Allah. Pertobatan adalah sikap yang paling baik untuk menyambut kedatangan Sang Raja. Pertobatan di sini berarti suatu tekad yang kuat untuk memperbarui diri, untuk diubah dan diperbarui dalam kuasa Roh Kudus. Pertobatan juga adalah tanggapan dan jawaban kita atas cinta Allah yang sungguh nyata dalam hidup kita. Tobat batin seorang Kristen dapat dinyatakan dalam cara yang sangat berbeda-beda. Kitab Suci dan para Bapa Gereja terutama menekankan tiga bentuk tobat, yaitu puasa, doa, dan memberi sedekah (lihat Katekismus Gereja Katolik nomor 1434).

Bermati raga, baik puasa ataupun pantang, adalah salah satu ungkapan tobat yang dapat kita praktikkan di Masa Adven. Persiapan lain yang hendaknya kita lakukan dalam Masa Adven adalah semakin mempererat dan memperdalam relasi kita dengan Allah, baik melalui doa maupun pembacaan sabda-Nya. Doa yang kita lakukan hendaknya sungguh-sungguh berasal dari kedalaman hati kita. Doa hendaknya bukan sekedar kata-kata kita saja, melainkan menjadi suatu kebutuhan bahwa kita tidak dapat bertahan di tengah kegelapan dunia tanpa memiliki relasi yang mendalam dengan Sang Terang.

                Dalam Masa Adven, ada baiknya juga kita meningkatkan amal kasih kepada sesama. Dalam suratnya, Rasul Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (bdk. Yak. 2:17). Jadi, tidak cukup jika kita hanya menyesali dosa kita dan ‘hanya’ sekedar berdoa tanpa berbuat apa-apa. Iman yang kita yakini harus juga disertai dengan perbuatan konkret. Banyak sesama di sekitar kita yang masih membutuhkan perhatian dan bantuan kita. Yesus sendiri dalam sabda-Nya mengingatkan kita bahwa Ia hadir dalam diri sesama kita, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40)

Penutup

             Masa Adven adalah suatu masa yang penuh rahmat, masa yang mengajak kita untuk menantikan kedatangan Sang Penebus dengan penuh harapan. Sang Penebus karena cinta-Nya yang besar mau mengambil rupa hamba dan menjadi sama dengan manusia agar kita semua beroleh keselamatan. Baiklah di masa Adven ini kita sungguh-sungguh membuka hati untuk menyambut kedatangan Sang Penebus yang akan bersinar terang menghalau kegelapan dunia. Baiklah kita sungguh-sungguh bertobat dan membersihkan hati kita dengan sukacita yang besar dan penuh pengharapan, agar pada saatnya nanti kita dapat mencapai persatuan cinta kasih yang mesra dengan Allah, Sang Sumber Cinta. 

Oleh: Sr. Maria Innocentia, P.Karm

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting