User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Setiap kali seorang Katolik pergi ke Misa dan setiap kali seorang Protestan (dari denominasi-denominasi arus utama/mainline) pergi ke Kebaktian Minggu, mereka akan membuat pengakuan iman dengan kalimat yang sama namun dengan arti yang jauh berbeda. Kalimat itu berbunyi “Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus” (umumnya terjemahan yang digunakan saudara-saudara Protestan adalah Gereja yang kudus dan am, bagaimanapun kata “am” dan “Katolik” memiliki arti yang sama dan menunjuk kepada hal yang sama, dan beberapa terjemahan Protestan dalam bahasa Inggris tetap menggunakan “The Holy Catholic Church” atau “The Holy Universal Church”).

Lalu dimanakah perbedaannya? Perbedaannya adalah dalam mengartikan frase “Gereja Katolik yang kudus”. Gereja Katolik mengartikan Gereja yang dimaksud oleh Pengakuan Iman itu adalah dirinya sendiri, sementara para Protestan mengartikan bahwa Gereja Katolik berarti semua bentuk persekutuan Kristen yang didalamnya terdapat pemberitaan yang murni akan Firman Tuhan. Apa yang dimaksud dengan pemberitaan yang murni akan Firman Tuhan? Dewan Gereja-gereja se-Dunia merumuskannya sebagai pemberitaan yang murni tentang Yesus Kristus sebagai Allah dan Juruselamat (Pdt. Dr. R.Soedarso, Ikhtisar Dogmatika, hal. 225).

Sampai di sini kita mencoba terlebih dahulu memahami sudut pandang Protestantisme mengenai Gereja. Protestantisme sama seperti halnya Katolisisme mempercayai hanya ada Gereja, satu Tubuh Mistik Kristus, Gereja ini terdiri dari hanya mereka yang telah dibenarkan sementara mereka yang hanya Kristen ‘ikut-ikutan’ pada prinsipnya bukanlah bagian dari Gereja ini, dalam dunia ini Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik itu hadir dalam banyak bentuk denominasi gereja yang walaupun bentuk organisasi dan bahkan ajarannya dalam beberapa hal saling bertentangan namun masih memelihara pemberitaan yang murni akan Firman Tuhan.

Pada zaman Reformasi, Luther, Calvin dan Pengakuan Iman Westminster 1646 meyakini bahwa Gereja Roma bukanlah bagian dari Gereja yang Katolik, sebaliknya justru gerakan Reformasi itulah yang menghadirkan Gereja Katolik yang sejati yang telah dirusak oleh Gereja Roma dengan segala macam kesesatannya, atau setidaknya semua gereja-gereja yang mengakui sola scriptura, sola fide, dan sola gratia itulah Gereja Katolik. Menariknya Pengakuan Iman Westminster juga menyatakan bahwa gereja yang termurni sekalipun di dunia ini merupakan subyek dari bercampurnya kebenaran dan kesalahan sehingga tidak boleh ada denominasi gereja yang mengklaim dirinya tidak dapat sesat (Chapter XXV art. V) dan artikel selanjutnya menegaskan bahwa Paus di Roma adalah seorang Antikristus karena dia mengklaim dirinya sebagai kepala dari Gereja Katolik di dunia ini (art. VI).

Berbeda dengan Protestantisme, Gereja Katolik meyakini bahwa Gereja yang didirikan oleh Kristus, yang diakui dalam Credo sebagai Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik itu di dunia ini berada di dalam Gereja Katolik yang digembalakan oleh Pengganti Petrus dan para Uskup yang bersatu dengannya (cf. Lumen Gentium no.8). Dan yang tergabung sepenuhnya dalam Gereja ini adalah mereka yang memiliki Roh Kristus, menerima seluruh sarana penyelamatan yang diberikan kepada Gereja beserta seluruh organisasinya dan yang terikat oleh ikatan yang muncul dari pengakuan iman, sakramen, pemerintahan gerejani, dan persekutuan- digabungkan ke dalam struktur yang kelihatan dari Gereja Kristus, yang memerintahnya melalui Imam Agung dan para Uskup (KGK. 837). Gereja Katolik membedakan anggota-anggotanya menjadi anggota yang hidup dan mati, anggota yang hidup ialah mereka yang berada dalam keadaan rahmat dan anggota yang mati adalah mereka yang berada dalam keadaan berdosa berat. Anggota Gereja yang sampai akhir hidupnya tidak bertahan atau bertumbuh dalam cinta kasih tidak dapat diselamatkan, malahan akan diadili dengan lebih keras (Lumen Gentium 14) namun status mereka tetap berbeda dari yang bukan anggota Gereja.

Jadi jika kita bertanya kepada seorang Protestan, ‘Di antara banyak gereja, manakah gereja yang benar dan didirikan oleh Kristus sendiri?” Jawabannya adalah “Tidak ada. Tidak ada gereja yang terjamin seratus persen benar dalam pengajarannya. Semua gereja yang masih berjuang memelihara pemberitaan firman yang murni masih dapat dianggap sebagai bagian dari Gereja Kristus yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Tentunya tidak semua gereja sama saja, anda bisa melihat gereja yang satu pengajarannya lebih alkitabiah daripada yang lain (dan mungkin ia akan menambahkan) dan saya cukup yakin gereja kami lebih alkitabiah daripada yang lainnya”. Dan jika anda menanyakan pertanyaan yang sama kepada seorang Katolik dia akan menjawab, “Yesus hanya mendirikan satu Gereja di atas Kefas, dan inilah Gereja itu, Gereja Katolik.”

Nah, di antara dua pemahaman ini, mana yang benar? Karena saya seorang Katolik, sudah pasti saya akan menjawab pemahaman Katoliklah yang benar. Tetapi ini bukan tanpa alasan, sebaliknya alasannya sangat kuat. Alasannya adalah karena Pengakuan Iman Rasuli sendiri merupakan Pengakuan Iman yang berasal dari Gereja Roma. Jadi tentulah yang paling mengerti maknanya adalah Gereja yang menyusun Pengakuan Iman itu dan bukannya pihak-pihak lain. Pengakuan Iman Rasuli ini bermula dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada calon baptis pada saat menjelang pembaptisannya. Pengakuan ini walaupun isinya diakui benar (ortodoks) oleh Gereja Timur dan Barat namun secara praktis ia hanya digunakan di Gereja Barat (Latin) saja, sementara di Timur, Pengakuan Iman yang umum dipakai adalah Pengakuan Iman Nicaea-Konstantinopel.

Ketika kita ingin mencari tahu apakah arti “Gereja Katolik” bagi para bapa-bapa Gereja Latin kita akan menemukan bahwa definisi mereka tentang Gereja Katolik adalah sama dengan definisi yang digunakan oleh Gereja Roma sekarang ini. Sebagai tambahan para bapa Gereja itu memang orang Katolik dan bukannya Protestan, dan mereka pun bukan semacam proto-Protestantisme (yaitu bahwa para bapa gereja memiliki keyakinan yang hampir sama dengan yang dibawa oleh para Reformator berabad-abad kemudian). Di antara para bapa Gereja latin, salah satu yang paling berpengaruh adalah St.Agustinus. Saya memilih beliau karena para Reformator umumnya sering memandang beliau sebagai semacam proto-Protestan. St. Agustinus mengatakan begini:

“Aku belum berbicara mengenai kebijaksanaan yang hadir dalam Gereja Katolik. Tentu saja Anda tidak menerimanya. Banyak hal lain yang sudah sepantasnya menyebabkan saya bertahan dalam lindungannya. Pertama-tama rentetan para imam sejak Rasul Petrus yang oleh Tuhan setelah kebangkitanNya diserahi penggembalaan atas domba-dombaNya, seperti uskup sekarang ini. Kemudian nama Gereja Katolik itu sendiri, nama yang secara khusus dan dengan beralasan dimilikinya di tengah-tengah banyak aliran (bidaah). Meskipun semua aliran lain (aslinya bidaah) mau menamakan diri Katolik, namun apabila ada seorang asing menanyakan jalan ke Gereja Katolik, tak seorangpun akan mengantarkannya ke gereja atau rumahnya sendiri.” (Contra ep. Manichei Chapter 4, no. 5).

Tanpa perlu saya jelaskan lebih jauh, Anda pastinya sudah dapat melihat betapa Katoliknya pemaparan St. Agustinus ini, dan mengenai ‘nubuat’ beliau tentang nama Katolik, Anda juga pasti sudah melihat kebenarannya sekarang ini. Setiap kali orang berbicara tentang Gereja Katolik maka yang dimaksudkannya pastilah Gereja yang dipimpin Pengganti Petrus dan para Uskup, dan bukan gereja-gereja lainnya.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting