User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index


Perayaan Yubileum Agung Tahun 2000 sudah di ambang pintu. Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II melalui surat Apostolik TERTIO MILENIO ADVENIENTE (Kedatangan Milenium Ketiga) menyerukan kepada para uskup, para rohaniwan dan kaum awam supaya mempersiapkan din menyambut Yubileum Agung Tahun 2000. Apa yang harus dipersiapkan? Pertama-tama adalah hati kita supaya benar-benar terarah dan terpusatkan pada misteri Kristus, Sang Juruselamat.

Tiga tahun terakhir menjelang datangnya tahun 2000 nanti, Bapa Suci mengajak Gereja universal untuk masuk dalam persiapan jangka dekat. Dalam persiapan ini Gereja diajak untuk merenungkan misteri Allah Tritunggal. Tahun 1997 adalah Tahun Yesus Kristus, 1998 adalah Tahun Roh Kudus dan 1999 adalah Tahun Allah Bapa.

Tahun Yesus Kristus telah berlalu, sementara waktu berjalan terus. Tahun 1998 ini kita sudah masuk dalam Tahun Roh Kudus. Terbersit pertanyaan, apakah misteri hidup dan Pribadi Yesus Kristus sudah rampung dan tuntas kita renungkan? Belum! Sebab misteri hidup dan Pribadi Yesus Kristus itu begitu dalam dan kaya sehingga tidak mungkin selesai didiskusikan, diseminarkan, diretretkan, direkoleksikan, didalami dan direnungkan dalam waktu satu tahun. Berarti permenungan tentang Yesus Kristus hams seiring dengan perjalanan hidup iman kita. Setiap hari kita harus berjalan bersama Yesus dalam kuasa Roh Kudus menuju Allah Bapa. Sehubungan dengan hal ini, dalam tulisan ini akan diuraikan dua hal penting yaitu:

 

PENGHARGAAN YANG BARU AKAN BAPTIS

 

Bapa Suci mengingatkan bahwa salah satu aspek penting dalam permenungan selama Tahun Yesus Kristus adalah “Penghargaan yang baru akan Baptis sebagai dasar hidup Kristiani” (TMA 41). Apa maksudnya? Apakah artinya dibaptis? Apakah Baptis itu perlu? Apa konsekuensinya apabila seseorang dibaptis? Bagaimana ia harus hidup Sebagai orang yang telah dibaptis? Berbagai pertanyaan bisa muncul bila kita merenungkan pernyataan Bapa Suci tersebut.

Berbicara tentang Pembaptisan, Pembaptisan merupakan sakramen pertama yang harus diterima sebelum seseorang menerima sakramen-sakramen lain dalam Gereja katolik. Fernbaptisan juga merupakan pintu masuk menuju hidup dalam dan bersama Kristus. Karena itu perlu sekali disadari kembali arti dan makna Baptis yang telah kita terima. Arti dan makna Baptis itu antara lain:


A. DIBEBASKAN DARI DOSA

 

Pembaptisan adalah sakramen pertama dan terpenting demi pengampunan dosa (Katekismus Gereja Katolik 97). Inilah pengakuan iman Cereja. Sebab itu dalam doa Aku Percaya sebagaimana dirumuskan oleh Konsili Nicea-Konstantinopel dikatakan demikian, “...Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa.” (Fuji Syukur No.2).

Dalam pembaptisan, kepada kita diberikan rahmat pengampunan yang berkelimpahan. Semua dosa kita diampuni, baik dosa asal maupun dosa-dosa pribadi. Kalau demikian, apakah Sakramen Tobat masih perlu lagi? Ada orang yang berpandangan bahwa oleh karena rahmat pengampunan semua dosa yang diterima dalam pembaptisan, lalu merasa tidak perlu lagi menerima Sakramen Tobat. Tentu ini adalah pandangan yang keliru. Oleh karena itu dalam buku Katekismus Romawi ditegaskan:

“Orang tidak dibebaskan dan semua kelemahan kodrat oleh rahmat Pembaptisan. Sebaliknya setiap orang harus berjuang melawan rangsangan hawa nafsu yang tanpa henti-hentinya mengajak kita untuk berbuat dosa.” Hal yang sama diungkapkan kembali dalam buku Katekismus Gereja Katolik yang baru No.1264, bahwa:

“Di dalam orang-orang yang dibaptis tetap ada beberapa akibat sementara dari dosa: penderitaan, penyakit, kematian, kelemahan yang berhubungan dengan kehidupan (seperti misalnya kelemahan tabiat), serta kecondongan kepada dosa, yang oleh tradisi dinamakan concupiscentia (keinginan tidak teratur) atau, secara kiasan, “dapur dosa’ (fomes peccati).”

Pembaptisan adalah sakramen pertama demi pengampunan dosa. Sebab itu Sakramen Tobat tetap diperlukan untuk dosa-dosa yang dilakukan setelah dibaptis.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting