Pengantar
Pada zaman sekarang, banyak orang Katolik yang sudah kehilangan semangat imannya untuk menghayati pesan Injili. Mereka cenderung hanya membaca dan mempelajari Kitab Suci, namun dalam kehidupan sehari-hari, mereka kurang menghayati dan kurang menerapkan Sabda Tuhan yang mereka baca dan pelajari itu. Bahkan, cukup banyak orang Katolik yang tidak tahu dan tidak peduli akan ajaran-ajaran Tuhan yang seharusnya menjadi pedoman di dalam hidup mereka. Ditambah lagi dengan zaman yang semakin berkembang di mana kejahatan terjadi di mana-mana, sehingga banyak orang yang tidak kuat imannya ikut terpengaruh dan melakukan kejahatan-kejahatan yang sebenarnya bertentangan dengan hukum Tuhan. Sebagai akibatnya, banyak orang Katolik yang hidupnya berantakan dan terasa begitu “Kering” karena mereka tidak tahu lagi tujuan hidupnya, yang seharusnya tidak lain ialah untuk bersatu dengan Allah, Sang Penciptanya serta melaksanakan segala perintah dan ketetapan-Nya. Sehubungan dengan hal ini, ada sebuah pertanyaan yang patut untuk direfleksikan: Apakah saya sudah benar-benar menghayati dan melaksanakan perintah Tuhan di dalam hidupku? Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya jika kita belajar dari seorang kudus besar dalam Gereja Katolik yang bernama Santo Nikolas dari Mira. Di dalam kisah hidupnya, kita akan melihat bahwa Tuhan banyak mengadakan mukjizat-mukjizat melalui Santo Nikolas dari Mira ini sebagai tanda bahwa Tuhan berkenan akan cara hidupnya yang suci. Dengan demikian, melalui teladan hidupnya, kita dapat mengetahui ciri-ciri dari seorang yang sungguh-sungguh menghayati dan melaksanakan perintah Tuhan.
Awal kehidupan
Nikolas dilahirkan di Patara, Lisia, sebuah provinsi dari Asia kecil (sekarang: Turki) dari sebuah keluarga yang kaya raya. Sejak masa mudanya, Nikolas sudah mempunyai hati yang murni serta menyukai cara hidup bertapa dan melayani umat. Hal ini disebabkan karena ia dididik dan dibesarkan dengan baik oleh orang tua yang saleh dan beriman. Ketika Nikolas berumur 5 tahun, ia mulai mempelajari ajaran-ajaran Gereja, khususnya mengenai ilmu kekudusan. Hari demi hari, ajaran-ajaran Gereja ini benar-benar menerangi pikirannya dan mendorongnya untuk mencari agama yang tulus dan sejati. Namun sayangnya, tidak lama setelah Nikolas mulai mempelajari ajaran-ajaran Gereja, kedua orang tuanya meninggal dan mewariskan sejumlah besar harta warisan kepadanya. Tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya, Nikolas malah bertekad menggunakan seluruh harta warisannya untuk pekerjaan amal, terutama untuk menolong para fakir miskin. Setelah Nikolas beranjak dewasa, ia pun menjadi seorang imam. Sebagai seorang imam, Nikolas pernah berziarah ke Tanah Suci dan sekembalinya dari sana, ia dipilih menjadi uskup kota Mira, ibukota provinsi Lisia. Nikolas merupakan seorang uskup yang saleh, lugu, penuh semangat, dan gigih dalam membela orang-orang yang tertindas dan orang-orang miskin. Oleh karena itulah, ia disukai banyak orang. Selain itu, Nikolas juga menjadi terkenal oleh karena banyaknya mukjizat yang dilakukan Tuhan melalui perantaraannya. Ketenaran nama Uskup Nikolas ini pun melahirkan berbagai macam cerita sanjungan untuknya.
Keberanian Memperjuangkan dan Mempertahankan Kebenaran Iman
Sekitar abad ke 4, terjadilah penganiayaan secara besar-besaran terhadap orang-orang Kristen yang dilakukan oleh kekaisaran Romawi. Keuskupan Mira pun tanpa terkecuali menjadi salah satu korban dari penganiayaan ini. Sebagai seorang uskup di kota Mira, Nikolas tidak tinggal diam, ia pun dengan berani mewartakan kebenaran iman kepada Kaisar Dioklesianus yang pada waktu itu menjabat sebagai kaisar Romawi. Namun sebagai konsekuensi dari keberaniannya itu, Nikolas ditangkap, disiksa, dan dimasukkan ke dalam penjara bersama dengan banyak orang Kristen lainnya. Akan tetapi, ketika Kaisar Konstantine yang agung dan saleh menduduki tahta kekaisaran Romawi menggantikan Kaisar Dioklesianus, para tahanan, termasuk Nikolas, dibebaskan dari penjara. Sesudah peristiwa pembebasan itu, Nikolas pun kembali ke Myra.
Nikolas juga hadir di dalam Konsili Nisea pada tahun 325, yang secara khusus membahas mengenai penyesatan-penyesatan yang terjadi di dalam Gereja pada waktu itu. Di dalam konsili ini, Nikolas dengan berani menentang ajaran Arianisme dan menyatakannya sebagai ajaran sesat di depan para penganutnya yang juga hadir pada konsili ini. Namun sekali lagi, karena keberaniannya yang tidak tanggung-tanggung itu, para peserta konsili Nisea secara resmi memberikan larangan bagi Nikolas untuk menggunakan kewenangannya sebagai uskup Mira dan malahan memenjarakannya. Akan tetapi, menurut tradisi, ketika di penjara itulah Tuhan Yesus dan Bunda Maria menampakkan diri kepada Nikolas dan membebaskannya serta memberikan kembali jabatannya sebagai seorang uskup dengan cara yang luar biasa. Menurut catatan Santo Metodius, Nikolas menguatkan iman umatnya dan melindungi mereka dari pengaruh ajaran Arianisme. Ia juga menuliskan bahwa berkat adanya Uskup Nikolas, hanya keuskupan Mira yang tidak terpengaruh oleh ajaran sesat Arianisme ini. Sebagaimana Nikolas menentang ajaran Arianisme, ia juga menentang ajaran-ajaran kafir lainnya dan melakukan berbagai macam tindakan perlawanan yang keras terhadapnya, salah satunya yaitu ketika Nikolas menghancurkan kuil-kuil dewa Artemis. Oleh karena iman dan keberaniannya itulah, roh-roh jahat sering sekali mengganggunya, namun Tuhan selalu melindunginya dari roh-roh jahat tersebut.