Print
Hits: 5850

User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

MENGAPA KARUNIA MUJIZAT ITU KURANG MENDAPAT PERHATIAN?

Karunia mujizat dalam pembaharuan karismatik kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat terlihat di dalam persekutuan-persekutuan doa. Umumnya kita beranggapan mujizat merupakan hal yang luar biasa dan hanya dilakukan oleh para kudus sehingga kita tidak berani untuk mencobanya. Anggapan ini tidak benar. Sesungguhnya mujizat tidak mustahil untuk dilakukan siapa saja asalkan kita terbuka dan percaya terhadap kuasa Allah. 

Dalam Perjanjian Baru tidak kita temui satu ayat pun yang mendukung pendapat bahwa penyembuhan terjadi hanya untuk menunjukkan bahwa orang yang melakukannya adalah orang kudus. Sebaliknya, Yesus menganggap wajar kalau hal-hal yang luar biasa akan dikerjakan oleh orang-orang biasa, “Tanda-tanda ini akan menyertai semua orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku; ……. mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk. 16:17-18) 


KARUNIA MUJIZAT DALAM PEMBAHARUAN KARISMATIK

Karya pewartaan dan mujizat yang pernah hidup subur pada zaman Gereja awali kini hidup kembali. Roh Kudus dan kuasa Allah sungguh-sungguh dicurahkan secara melimpah pada zaman sekarang ini bersamaan pula dengan merajalelanya kuasa dosa di tengah-tengah dunia. Suatu fakta bahwa Allah mencurahkan kuasa Roh Kudus-Nya melalui Gerakan Pembaharuan Hidup dalam Roh atau Pembaharuan Karismatik. Walaupun masih ada pro dan kontra dengan munculnya Gerakan Pembaharuan ini, alangkah bijaksananya apabila kita melihat buah-buah yang dihasilkan melalui pembaharuan ini, agar kita dapat mengenali apakah Gerakan Pembaharuan ini benar-benar dikehendaki Allah dan dibangkitkan oleh kuasa Roh Kudus-Nya atau tidak?

Pembaharuan Karismatik seringkali diidentikkan dengan penyembuhan. Sepertinya penekanannya terletak pada mujizat penyembuhan. Sebenarnya, penilaian tersebut kurang tepat, tetapi tidak seluruhnya salah jika orang beranggapan demikian. Pembaharuan Hidup dalam Roh pertama-tama adalah untuk mewartakan Yesus yang hidup, yang menyelamatkan, yang mengasihi dan peduli dengan orang yang menderita baik karena dosa, kuasa setan, dan lain-lain. Mujizat penyembuhan tidak dapat dilepaskan dari pewartaan dan kesaksian bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup dan menyertai kita sampai akhir zaman melalui karya Roh Kudus-Nya (bdk. Mat 28:20). Kita dapat melihat dalam Injil bahwa Yesus yang turun ke dunia mewartakan Kerajaan Allah dan kabar gembira keselamatan kepada manusia tidak hanya dengan pengajaran-pengajaran yang mengagumkan tetapi juga menyertakan karya-karya mujizat di dalam pewartaan-Nya itu. Hal itu ditunjukkan oleh Injil Matius, setelah Yesus selesai berkotbah di atas bukit (bab 5-7) lalu dilanjutkan pada bab 8 yang mengisahkan bahwa setelah Yesus turun dari bukit, Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Yesus tidak hanya berkuasa dalam pengajaran tetapi juga dapat bertindak dengan kuasa dan mengadakan mujizat.

Di dalam Kitab Suci salahsatu contoh mujizat dapat dilihat pada peristiwa Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus sehingga membuat orang menjadi percaya. Mujizat dapat dikatakan sebagai pernyataan kuasa Allah pada suatu saat/kesempatan tertentu digunakan secara istimewa sehingga dengan melihat peristiwa/kejadian itu orang dapat mengetahui secara pasti suatu campur tangan Allah. Ketika itu banyak orang tahu Lazarus sudah 4 hari berbaring dalam kubur, sehingga pastilah sudah berbau. Akan tetapi, Yesus membangkitkannya. Pada saat itu terbukalah mata orang-orang yang melihat peristiwa itu dan mereka pun menjadi percaya. Suatu hal yang mustahil menurut pandangan manusia menjadi mungkin bagi Allah. Dari peristiwa ini kita ketahui apa pun yang Yesus kerjakan ditujukan untuk menyatakan kemuliaan Allah. Itulah yang dikehendaki Yesus.

Contoh yang lain dapat dilihat pada Kisah Para Rasul. Ketika sedang berjalan di Bait Allah, Petrus berjumpa dengan seorang yang lumpuh. Petrus berkata:”Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: ‘Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu berjalanlah!” (Kis. 3:6) Berkat iman Petrus, orang lumpuh ini dapat berjalan serta memuji Allah dan orang yang berada dalam Bait Allah menjadi takjub atas peristiwa ini.

Dewasa ini mujizat penyembuhan selalu menarik perhatian banyak orang, seperti halnya terlihat di dalam Gerakan Pembaharuan Karismatik ini, misalnya dalam Misa Penyembuhan, KRK (Kebangunan Rohani Katolik), dan pelayanan doa selalu padat dihadiri oleh umat. Mujizat penyembuhan adalah tanda kuasa Roh Kudus secara nyata dalam kehidupan kita. Terutama dalam mujizat penyembuhan yang terjadi dewasa ini merupakan tanda keterlibatan Allah dengan manusia yang menderita. Sebetulnya hal ini tidak mengherankan, sebab dahulu ketika Yesus berkeliling mewartakan Kerajaan Allah dan melakukan banyak mujizat banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Namun yang terpenting bagi Yesus bukan soal mujizat penyembuhannya, tetapi Kerajaan Allah diwartakan dan orang menerima kabar gembira tersebut. Oleh sebab itulah, Yesus sangat menyesalkan kesembilan orang kusta yang telah disembuhkan-Nya, tetapi tidak bersyukur dan memuliakan Allah. Dari sepuluh yang disembuhkan, hanya satu orang saja yang kembali untuk bersyukur dan memuliakan Allah. (bdk. Luk.17:11-19) Jadi mujizat-mujizat yang terjadi hanya akan mempunyai arti bila tidak dilepaskan dari pewartaan akan Kerajaan Allah. 

Umumnya belakangan ini yang paling menarik perhatian umat adalah mujizat penyembuhan dari suatu penyakit yang serius seketika itu juga, atau perubahan fisik yang tidak bisa diterangkan. Misalnya yang lumpuh berjalan, yang bungkuk tegak kembali, yang bisu berbicara, dan sebagainya. Namun, sebetulnya mujizat tidak terbatas soal penyembuhan saja tetapi bisa dalam lingkup yang lebih luas. Misalnya pertobatan yang tiba-tiba dari musuh Gereja. Dalam Perjanjian Baru, dapat kita lihat kisah pertobatan Paulus yang akhirnya menjadi pengikut Kristus. Kedatangan orang-orang tertentu secara tiba-tiba yang jelas karena pengaruh Allah atau menyingkirnya orang-orang tertentu sehingga persoalan bisa dipecahkan dan kesempatan tertentu bisa diciptakan, juga bisa dikategorikan sebagai mujizat. Contohnya: cerita dari seorang bapak yang memiliki pabrik kertas dan berniat menyumbangkan besi untuk pembangunan salah satu gedung di pertapaan kami. Ia memperkirakan bahwa tagihan besi yang disumbangkan itu akan dapat dibayar pada akhir bulan karena diperkirakan pesanan kertas yang dikelolanya akan banyak. Akan tetapi, seminggu sebelum tagihan besi tersebut datang, pesanan kertas yang cukup besar dari suatu perusahaan batal sehingga ia menjadi bingung untuk membayar pesanan besi itu. Ia berdoa dan menyerahkan segalanya pada Tuhan, akhirnya mujizat terjadi, seseorang yang tidak dikenalnya memesan kertas dalam jumlah besar dan langsung dibayar saat itu juga. Pesanan besi itu dapat dibayar dan sisanya dapat untuk membayar gaji pegawai. Suatu perubahan pikiran/pandangan, maupun perubahan hati seseorang dalam waktu yang singkat juga dapat dianggap sebagai suatu mujizat. Contohnya: seseorang yang anti dengan karismatik mengalami perubahan dalam pikiran dan pandangannya setelah mendapatkan pencurahan Roh Kudus sehingga ia tidak membenci karismatik tetapi semakin terbuka terhadap karya Roh Kudus.

Perlu kita ketahui pula, mujizat seringkali tidak terjadi karena adanya ketidakpercayaan terhadap doa ataupun orang yang saat itu diminta untuk mendoakan. Yesus sendiri memberi contohnya ketika Ia berada di kampung-Nya Nazareth; Yesus ditolak, dan tidak banyak mujizat yang dikerjakan akibat ketidakpercayaan penduduk di sana terhadap Yesus. (Bdk. Mat 13:58)
Kita patut bersyukur bahwa kita boleh mengalami kuasa Allah yang sungguh-sungguh nyata pada zaman ini. Ada pun mujizat-mujizat itu terjadi atas kehendak Allah semata-mata bukan atas kehendak manusia. Kita tidak bisa menghentikan atau membatasi karya Roh Kudus dan mengklaim bahwa orang-orang yang memohon mujizat penyembuhan adalah orang yang tidak beriman dan hanya mencari tanda. Jika kenyataannya bahwa memang terjadi mujizat berkat karya Roh Kudus, bukankah hal itu kehendak Allah sendiri. Atau dapat dikatakan bahwa mujizat-mujizat itu terjadi karena Allah mengetahui kebutuhan manusia saat ini, manusia sungguh membutuhkannya dan Allah menjawab kebutuhan serta kehausan manusia tersebut. Mujizat menjadi suatu tanda bagi manusia bahwa Allah tidak melupakan umat-Nya, tanda kerahiman dan kebaikan Allah. Kuasa Roh Kudus yang melakukan karya-karya mujizat penyembuhan pada zaman ini telah membawa banyak orang untuk tidak menaruh kepercayaan kepada yang sia-sia dan usaha orang untuk mencari bantuan pada kuasa kegelapan pun semakin berkurang. Melalui penyembuhan ini pula Tuhan membawa banyak orang untuk bertobat dan kembali kepada Allah serta membangkitkan iman mereka menjadi lebih hidup.

Jadi mujizat yang terjadi adalah tanda karya Roh Kudus yang menyertai pemberitaan Kerajaan Allah. Seperti yang dialami oleh para murid dalam Mrk.16:20 “Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” Dan Tuhan telah memperlengkapi kita seperti Dia mengutus para murid-Nya “Tanda-tanda ini akan menyertai semua orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku; ……. mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Mrk. 16:17-18)
Jadi tidak dituntut bahwa seseorang harus lebih dahulu menjadi kudus untuk melakukan karya penyembuhan/mujizat; asalkan ia sungguh-sungguh percaya akan kuasa Allah pasti dapat melakukannya. Yang terpenting adalah mengetahui dan percaya bahwa Allah benar-benar campur tangan secara mengagumkan sehingga bila suatu saat Tuhan mendorong kita untuk berdoa bagi suatu mujizat kita dengan lebih rela dan berani mengikuti dorongan-Nya. Tujuan semuanya, tidak lain supaya orang mengetahui bahwa Tuhan benar-benar hidup dan benar ada dan mereka boleh percaya dan bertobat. Dengan demikian lebih banyak hati manusia yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan penyelamatnya. Semoga kita semua semakin terbuka atas karya Roh Kudus dan peka akan bimbingan-Nya, terutama dalam mengerti kebutuhan umat pada zaman ini.