Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Article Index

Ada suatu kisah tentang seekor ikan kecil yang mendengar seorang guru yang sedang mengajar murid-murid mengenai pentingnya air dalam hidup. Maka ikan kecil ini mulai merenungkan, “Jika air begitu penting, maka aku harus segera menemukannya, jika tidak aku akan segera mati.” Maka, dia mulai bertanya-tanya tentang air kepada ikan lainnya yang ada di sungai itu, tetapi tidak seekor pun mengetahui tentang hal itu. Akhirnya, seekor ikan tua yang bijaksana mengatakan kepada ikan kecil itu bahwa dia telah dikelilingi air selama hidupnya, dan hidupnya sangat tergantung dari air. Maka ikan tua itu menyarankan, “Nikmatilah dan bersyukurlah atas air yang ada, serta milikilah untuk melanjutkan kehidupanmu.”

Seperti ikan kecil itu, wanita Samaria pada sumur Yakub, sedikit sekali mengenal tentang, “Air yang berkelimpahan” yang mampu membebaskan, memberikan, dan menopang hidup. Ketidaktahuannya bukanlah tentang masalah air biasa, tetapi tentang “Air Hidup” yang ditawarkan Yesus. Dia menyebutnya suatu karunia Allah (lih. Yoh. 4:10), yang digambarkan tidak hanya memuaskan, tetapi juga sangat penting untuk memenuhi tujuan hidup setiap orang, “Barangsiapa minum air yang Kuberikan tidak akan haus lagi. Sungguh, air yang Kuberikan akan menjadi mata air di dalam dirinya sampai pada hidup yang kekal (Yoh. 4:14).

Yesus sendiri menawarkan karunia ini: Barangsiapa haus, baiklah ia datang Kepada-Ku dan minum” (Yoh. 7:37). Sedangkan mereka yang tidak haus akan air ini dapat pula menerimanya (misalnya, bayi-bayi yang dibaptis), mereka yang “Haus akan kebenaran” (bdk. Mat. 5:6) akan mencarinya dengan tujuan untuk menemukan Yesus.

Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “Air hidup” itu? Itulah, “Rahmat” tempat Allah hidup di tengah-tengah kita, yang memampukan kita untuk bekerja sama dengan kodrat ilahi. Rahmat adalah suatu cerminan dari keberadaan Allah yang Mahabesar, yang mampu memberikan hidup dan menopang kita.

S. Thomas Aquinas yang dikenal sebagai “Dokter rahmat” mengajarkan bahwa rahmat adalah cinta Allah yang paling hakiki, yang digaungkan kembali kepada-Nya dari orang yang telah menerima rahmat itu melalui pikiran, kata-kata, dan tingkah lakunya. Dengan dilimpahkannya sebagai rahmat, cinta Allah memberikan kepada jiwa suatu pernyataan dari kekudusan dan hidup Allah sendiri. Hal ini membuat jiwa begitu bersukacita bagi Allah. Seperti anak-anak mempunyai kemiripan dengan orang tuanya, begitu pula anak-anak Allah akan mempunyai kemiripan dengan Allah ketika mereka dipenuhi oleh rahmat. Jadi rahmat yang kita terima merupakan rahmat terbesar dari Bapa yang hadir dalam diri Yesus, yang dilimpahkan kepada kita oleh Roh Kudus.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting