Uncategorised

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

Santo Andreas Korsini, Uskup dan Pengaku Iman

Andreas Korsini lahir pada tanggal 30 November 1302 di Florence, Italia, dari sebuah keluarga yang kaya raya. Ia ditabhiskan menjadi imam dalam ordo Karmelit pada tahun 1328. Pada tahun 1322, ia diangkat menjadi pemimpin sebuah biara Karmelit di Florence dan pada tahun 1349 ia ditabhiskan menjadi Uskup Fiesole. 
Pada masa mudanya ia suka hidup berfoya - foya dan melakukan perbuatan - perbuatan yang tidak terpuji, bahkan bersifat aib. Karena itu, sang ibu terus mendoakan dia sambil mengharapkan pertobatannya. Suatu ketika ia dinasehati ibunya agar berbalik dari jalan hidupnya yang sesat itu. Banyak hal dikatakan kepadanya, antara lain bahwa kelahirannya sangat didambakan dan bahwa ketika ia lahir, ia sudah dipersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria. 
Mendengar nasehat dan cerita ibunya, ia hanyut dalam rasa penyesalan yang mendalam. Hatinya yang keras membatu itu berhasil ditembusi oleh kekuatan rahmat Ilahi. Ia segera berlari menuju patung Bunda Maria dan berdoa dengan kusuk di depan patung itu. 
Sejak itu, ia bertobat dan meninggalkan dunia keaiban dan dosa yang sudah lama membelenggunya. Saat berahmat itu menjadi suatu titik balik bagi kehidupannya. Ia memutuskan untuk masuk biara SAnta Perawan Maria dari Gunung Karmel (Ordo Karmelit). 
Andreas terkenal karena kasih sayangnya dan perhatiannya kepada para miskin dan orang - orang berdosa. Ia berusaha sekuat tenaga untuk membawa kembali para pendosa ke jalan Tuhan. Atas bantuan rahmat Tuhan, Andreas berhasil dalam usahanya itu. Umatnya sangat mencintai dia karena semangatnya dan sifat kebapaannya yang penuh kasih sayang kepada mereka. Paus Urbanus V (1363-1370) mengirim Andreas ke Bologna, Italia untuk mendamaikan pemerintah dan rakyat yang bertikai. Ia meninggal dunia pada tanggal 6 Januari 1373. Pada tahun 1629, Andreas ditetapkan sebagai Orang Kudus oleh Sri Paus Urbanus VIII(1623-1644). 

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

Santo Basilius Agung, Uskup, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja

    Basilius Agung lahir pada tahun 329 di Kaesarea, ibukota Propinsi Kapadokia di Asia Kecil. Ia berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Kedua orangtuanya yaitu Basilius Tua dan Emmelia beserta neneknya Makrina Tua diakui dan dihormati Gereja sebagai orang Kudus. Demikia pula dengan Makrina Muda dan kedua adiknya: Gregorius dari Nyssa dan Petrus dari Sebaste. 
    Basilius dididik oleh ayahnya dan neneknya Makrina Tua. Pendidikan ini menumbuhkan iman yang kokoh dan murni dalam dirinya. Basilius kemudian melanjutkan pendidikannya di Konstantinopel dan Athena. Di Athena, ia menjalin persahabatan dengan Gregorius dari Nazianze, teman kelasnya. 
Setelah menamatkan pendidikannya dengan cermelang, ia kemudian kembali ke Kaesarea dan menjadi pengajar Retorika (ILmu Pidato). Dalam waktu singkat, namanya sudah dikenal luas. Ia bangga atas prestasi dan kemasyuran namanya dan senang dengan pujian orang. Oleh karena itu, lama kelamaan ia menjadi sombong dan cenderung mencari hormat duniawi. Namun atas pengaruh kakaknya Makrina Muda dan kedua adiknya, ia mulai tertarik pada corak hidup membiara. Ia lalu berhenti mengajar dan berangkat ke Mesir, Palestina, Syria dan Mesopotamia untuk mempelajari corak hidup membiara. Sekembalinya dari perjalanan itu, ia bersama Petrus Sebaste adiknya, membangun suatu biara pertapaan di Pontus. Di tempat itu, ia bertapa dan menjalani hidup yang keras bersama dengan beberapa rekannya. Aturan hidup membiara di Pontus mengikuti contoh dari Santo Pakomius dari Mesir. Kehidupan membiara yang dibangunnya merupakan bentuk kehidupan membiara yang pertama di ASia Kecil. Oleh karena itu, Basilius digelari sebagai Bapa Perintis hidup membiara di Gereja Timur. Di Gereja Barat pengaruh Basilius dikenal melalui Santo Benediktus, pendiri ordo Benediktin dan Abbas biara Monte Kasino. 
    Pada tahun 370, Basilius diangkat menjadi Uskup Kaesarea, menggantikan Uskup Eusebius. Ia dikenal sebagai seorang Uskup yang berwatak tegas dan bersemangat. Kepandaian, kesucian dan kerendahan hatinya menjadikan dia tokoh panutan bagi umatnya dan Uskup - uskup lain. 
Selain giat membela kebenaran ajaran Kristiani terhadap serangan kaum Arian, Basilius juga memperhatikan kepentingan umatnya, terutama mereka yang miskin dan melarat. Karya sosial yang dirintisnya amat luas dan modern. Kaum kaya yang tidak mau mempedulikan sesamanya yang miskin dan melarat, dikecamnya habis - habisan. Ia membangun sebuah rumah sakit (namanya: Basiliad) untuk menampung orang - orang sakit yang miskin. 
    Untuk membela dan mempertahankan ajaran iman Kristiani terhadap ajaran sesat Arianisme, Basilius menerbitkan banyak buku - buku liturgi dengan berbagai pembaharuan. Dari antara ribuan surat yang ditulisnya itu tersimpan 300 surat hingga kini. Dari surat - surat itu kita dapat mengetahui kepribadian Basilius sebagai seorang yang mahir, pandai dan beriman. Meskipun badannya amat kurus karena hidup tapa yang keras dan penyakit, namun semangat pelayannya tak pernah pudar. Ia pun tetap ramah dan rendah hati terhadap semua umatnya. 
    Basilius meninggal dunia pada tangga 1 januari 379. Ia digelari Kudus dan dihormati sebagai Pujangga Gereja.

 

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive

Ada suatu kisah tentang seekor ikan kecil yang mendengar seorang guru yang sedang mengajar murid-murid mengenai pentingnya air dalam hidup. Maka ikan kecil ini mulai merenungkan, “Jika air begitu penting, maka aku harus segera menemukannya, jika tidak aku akan segera mati.” Maka, dia mulai bertanya-tanya tentang air kepada ikan lainnya yang ada di sungai itu, tetapi tidak seekor pun mengetahui tentang hal itu. Akhirnya, seekor ikan tua yang bijaksana mengatakan kepada ikan kecil itu bahwa dia telah dikelilingi air selama hidupnya, dan hidupnya sangat tergantung dari air. Maka ikan tua itu menyarankan, “Nikmatilah dan bersyukurlah atas air yang ada, serta milikilah untuk melanjutkan kehidupanmu.”

Seperti ikan kecil itu, wanita Samaria pada sumur Yakub, sedikit sekali mengenal tentang, “Air yang berkelimpahan” yang mampu membebaskan, memberikan, dan menopang hidup. Ketidaktahuannya bukanlah tentang masalah air biasa, tetapi tentang “Air Hidup” yang ditawarkan Yesus. Dia menyebutnya suatu karunia Allah (lih. Yoh. 4:10), yang digambarkan tidak hanya memuaskan, tetapi juga sangat penting untuk memenuhi tujuan hidup setiap orang, “Barangsiapa minum air yang Kuberikan tidak akan haus lagi. Sungguh, air yang Kuberikan akan menjadi mata air di dalam dirinya sampai pada hidup yang kekal (Yoh. 4:14).

Yesus sendiri menawarkan karunia ini: Barangsiapa haus, baiklah ia datang Kepada-Ku dan minum” (Yoh. 7:37). Sedangkan mereka yang tidak haus akan air ini dapat pula menerimanya (misalnya, bayi-bayi yang dibaptis), mereka yang “Haus akan kebenaran” (bdk. Mat. 5:6) akan mencarinya dengan tujuan untuk menemukan Yesus.

Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “Air hidup” itu? Itulah, “Rahmat” tempat Allah hidup di tengah-tengah kita, yang memampukan kita untuk bekerja sama dengan kodrat ilahi. Rahmat adalah suatu cerminan dari keberadaan Allah yang Mahabesar, yang mampu memberikan hidup dan menopang kita.

S. Thomas Aquinas yang dikenal sebagai “Dokter rahmat” mengajarkan bahwa rahmat adalah cinta Allah yang paling hakiki, yang digaungkan kembali kepada-Nya dari orang yang telah menerima rahmat itu melalui pikiran, kata-kata, dan tingkah lakunya. Dengan dilimpahkannya sebagai rahmat, cinta Allah memberikan kepada jiwa suatu pernyataan dari kekudusan dan hidup Allah sendiri. Hal ini membuat jiwa begitu bersukacita bagi Allah. Seperti anak-anak mempunyai kemiripan dengan orang tuanya, begitu pula anak-anak Allah akan mempunyai kemiripan dengan Allah ketika mereka dipenuhi oleh rahmat. Jadi rahmat yang kita terima merupakan rahmat terbesar dari Bapa yang hadir dalam diri Yesus, yang dilimpahkan kepada kita oleh Roh Kudus.


Campur tangan ilahi dapat dikatakan sebagai urutan-urutan rahmat yang terjadi dalam diri kita. Misalnya, rahmat aktual membimbing kita kepada rahmat pengudus. Rahmat pengudus disebut juga rahmat habitual sebab rahmat ini menetap, menjadi kebiasaan, sehingga jiwa tidak terkena oleh dosa berat. Hal ini, berbeda dengan rahmat aktual. Rahmat aktual hanya sesaat saja mempengaruhi jiwa dengan mendorong akal budi untuk melihat atau memotivasi kehendak untuk melakukan kebaikan atau menghindar kejahatan.

Seringkali urutan rahmat ini berlipat ganda. Coba bayangkanlah sebentar bahwa Anda adalah seorang budak yang sedang dijual atau dilelang. Penawar tertinggi akan membeli anda dan kemudian memberitahukan bahwa anda bukan lagi seorang budak, tetapi menjadi seorang yang merdeka. Ini adalah suatu analogi dari rahmat keselamatan yang telah kita terima. Rahmat ini menyebabkan timbulnya rahmat-rahmat aktual yang lain, yang akhirnya membantu perkembangan rahmat pengudus. S. Paulus menggambarkan urutan ketiga langkah ini, “Rahmat Allah yang membawa keselamatan telah datang kepada semua orang. Dia mengajar kita untuk mengatakan ‘Tidak’ kepada kefasikan dan kesenangan-kesenangan duniawi, dan untuk hidup secara bijaksana, adil, dan beribadah kepada Tuhan” (bdk. Tit. 2:11-12).

Namun kemudian setelah dibebaskan dari perbudakan, Anda menjadi seorang penjahat yang sekarang sedang menunggu keputusan hukuman mati karena suatu kejahatan. Akan tetapi, secara tiba-tiba diberitahukan bahwa kejahatan anda diampuni. Anda tidak hanya diselamatkan dari kematian, tetapi juga telah diampuni segala kejahatannya. Situasi ini menggambarkan rahmat keselamatan yang diberikan oleh Tuhan, yang diikuti oleh rahmat pengampunan, yang kemudian diikuti oleh banyak lagi rahmat dan karunia ilahi. Paulus melukiskan urutan berganda ini, “Dalam Kristus kita beroleh penebusan dan pengampunan menurut kekayaan kasih dan rahmat-Nya, yang dilimpahkan kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian” (Ef. 1:7).

Seperti sumbangan yang diberikan kepada orang-orang terlantar, rahmat juga diberikan kepada kita oleh Allah secara cuma-cuma. Tidak ada cara untuk dapat memperolehnya, meskipun bila kita sangat menginginkannya. S. Paulus menegaskan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu sehingga jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef. 2:8-9). Akan tetapi terhadap rahmat yang diberikan, kita dapat menggunakannya, mengabaikannya, menolaknya bahkan menghilangkannya. Jika seseorang yang ceroboh menghilangkan uang yang diberikan kepadanya atau menghabiskan uang itu untuk minuman keras atau obat terlarang, maka si pemberi uang akan sangat kecewa. Begitu pula kita! Kita tidak boleh menyia-nyiakan segala rahmat dan karunia Allah yang sangat berharga, tetapi kita harus mengembangkannya. S. Paulus menegaskan dalam 2Kor 6:1, “Kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.”

S. Agustinus menunjukkan suatu bagian yang penting dalam menerima rahmat, “Allah memberi ketika Dia menemukan tangan-tangan yang terbuka.” Ketika tangan kita penuh dengan banyak barang, bagaimana mungkin kita dapat menerima hadiah lainnya? Jika kita dibebani oleh segala kesenangan-kesenangan duniawi, bagaimana kita dapat menerima rahmat yang berlimpah dari tangan Allah? S. Yakobus memperingatkan, “Setiap orang yang memilih persahabatan dengan dunia menjadi musuh Allah” (bdk. Yak. 4:4).

Hanya jika kita dapat melihat “Kekayaan kasih karunia Allah yang berlimpah-limpah,” maka dengan berbagai cara akan dicurahkan hujan rahmat kepada kita masing-masing. Seperti para pengembara kehausan di padang gurun yang menikmati air hujan yang turun dengan derasnya, kita akan berusaha keras untuk memperoleh setiap tetesan hujan rahmat dari hati Allah yang penuh cinta sehingga kita akan hidup dan berkembang dalam kasih karunia Allah. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menyenangkan hati Allah selain melimpahkan segala kasih karunia dan rahmat-Nya kepada kita, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu, malahan berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

 

(Sumber The Art of Loving God; by John H. Hampsch, CMF. Diterjemahkan oleh: Sr. Marie Alphonsa, P. Karm)

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting