Print
Category: Karismatik
Hits: 6836

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

 

Dalam Pentakosta kristiani pertama, Roh Kudus turun atas para rasul dengan kuasa yang memenuhi mereka dengan karunia-karuniaNya; dan para rasul “mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya” (Kis 2:4). Lalu mereka melakukan keajaiban-keajaiban, mengajar dengan keyakinan, dan mempertobatkan sekitar 3000 jiwa (lh. Kis 2:41). Namun kuasa Allah yang bekerja melalui orang-orang ini nampaknya belum bisa diterima, karena dianggap tidak sejalan dengan tradisi agama yang ada. “Dan semuanya tercengang-cengang dan termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: Apakah arti semuanya ini? Tetapi orang lain menyindir: Mereka sedang mabuk oleh anggur manis!” (Kis 2:12-13).

Sepanjang tahun 1998 yang lalu, saya telah mempelajari sejarah Pentakosta yang terjadi di antara Umat Allah dan Perjanjian Baru. Secara berturut-turut di mulai dan bulan Januari dan berlanjut dalam bulan Juni, saya membahas tanda-tanda dan arti Pentakosta dengan menarik kesimpulan dan peristiwa-peristiwa Pentakosta pertama bagi bangsa Israel, yang terdapat dalam kitab Bilangan; dan tanda-tanda bahasa roh yang digambarkan oleh Nabi Yesaya; dan kata-kata Santo Paulus kepada umat di Korintus; dan dari cerita Pentakosta kristiani pertama dalam Kisah Para Rasul. Saya menyampaikan hal itu semua supaya Anda dan saya pada akhirnya dapat mempelajari dengan lebih balk tanda-tanda dan zaman kita sendiri, suatu zaman yang menurut keyakinan saya membawa warna atau nuansa Pentakosta baru dalam Gereja.

Memang dalam setiap peristiwa Pentakosta selalu ada saja orang yang meragukannya. Karena selama ini fenomena Pentakosta selalu dijelaskan sebagai sesuatu yang luar biasa; yaitu dengan adanya bahasa roh, nubuat, penyembuhan, dan mujizat-mujizat. Hal itu membuat semua orang yang mempercayainya menjadi kelihatan aneh, seolah-olah mereka tengah “mabuk oleh anggur manis.

Begitu pula dengan Pentakosta yang terjadi di zaman kita ini, tidak berbeda dengan di atas! Dewasa ini kita kerap mendengar kritikan-knitikan dan umat yang baik-baik dan saleh, yang mengatakan bahwa kejadian-kejadian yang bernada pentakostal atau yang “tidak berwajahkan Katolik” dan yang menimbulkan keraguan hebat tersebut, bukankah merupakan suatu gejala yang menjurus kepada Protestantisme?

Sekali lagi saya tetap mempertahankan pendapat, bahwa Pentakosta itu pertama-tama Katolik dan benar-benar Katolik, meskipun saya akui bahwa peristiwa Pentakosta pertama kali terjadi di luar institusi Gereja Katolik. Saya bahkan berpikir lebih jauh dan itu: “Saya berpegang teguh pada keyakinan bahwa keadaan yang kontradiktif seperti ini adalah suatu petunjuk bahwa Pentakosta baru memang terjadi.

Tetapi pertama-tama sejarahlah yang menentukan! Abad ke-19 adalah masa menurunnya kepercayaan yang melanda dunia. Timbulnya modernisasi dan kritik-kritik terhadap Injil telah mengaburkan sosok pribadi Yesus dan menjadikan kebenaran iman semakin menjauh dan orang beriman. Sekularisasi telah menggantikan budaya tradisi kristiani dan institusi-institusi barat. Dikabarkan bahwa Paus Leo XIII telah mendapatkan penglihatan bahwa pengaruh setan ternyata ada di balik semua itu dan bahwa pergolakan besar akan menimpa Gereja dan dunia dalam abad ke-20 ini.

Dalam masa Paus Leo, di tahun 1897, datanglah sepucuk surat dan seorang biarawati berkebangsaan Itali, yaitu Beata Elena Guerra, pendiri dan Oblat Roh Kudus. Dia mohon kepada Bapa Suci supaya menyambut datangnya abad berikutnya, yakni abad ke-20 dengan mendoakan VENI CREATOR SPIRITUS, “Datanglah Roh Pencipta” dan supaya Paus mengajak para Uskup di seluruh dunia untuk menyusun “novena kepada Roh Kudus” guna pembaruan Gereja. Paus memenuhi permintaannya, bahkan menerbitkan ensiklik Roh Kudus dalam tahun yang sama.

Kemudian sesuatu yang mencengangkan terjadi. Pentakostalisme muncul dan bangkit, tanpa diketahui dan mana datangnya dan mulai tersebar dengan cepat ke seluruh dunia. Tetapi Pentakosta ini terjadi semuanya di tempat yang “salah”. Di Kansas, seorang Pastor Methodis bernama Charles Parham memimpin suatu kelompok kecil untuk berdoa semalam suntuk mohon karunia bahasa roh dan ternyata mereka benar-benar mengalaminya pada waktu lewat tengah malam, pada tanggal 31 Desember 1900.

Karunia bahasa roh pertama kali diberitakan pada tahun 1906, sebagaimana dilaporkan oleh pers sekuler dalam suatu pertemuan pembaruan rohari yang bertempat di Azusa Street, Los Angeles, California. Dalam waktu singkat, gerakan Pentakosta tersebar melalui Amerika Serikat ke Amerika Selatan dan Amerika Tengah, Eropa, Rusia, Korea, dan India (Vinson Synan dan Regent University telah melacak seluruh fenomena dalam karya peristiwa penting, di dalam buku The Holiness Pentecostal Tradition oleh WM.B. Eerdmans).

Gereja Katolik melihat ini sebagai suatu fenomena Protestan karena hal tersebut terjadi di luar institusi Gereja Katolik. Tetapi aliran pokok (mainline) Protestantisme tidak mengakui Pentakostalisme sebagai miliknya, dan gerakan ini ternyata tumbuh juga secara menggemparkan di luar institusi Protestan. Walaupun demikian hal tersebut tetap tidak menampakkan wajah Katolik” dan tak seorang pun — menurut pendapat saya mengaitkan doa Paus Leo dengan bangkitnya pentakostalisme sampai pada masa akhir dan abad kita Ini. Namun doa Paus Leo tetap menggema dalam Gereja. Dalam tahun 1950, seorang pastor dan Spanyol, Beato Josemaria Escriva, pendiri Opus Dei, menulis: “Mohonlah bersamaku suatu Pentakosta baru yang sekali lagi akan membuat dunia menjadi terang!” Tetapi Paus Yohanes XXIII yang telah menjadikan doa Veni Creator Spiritus terkenal, karena beliaulah yang secara berulang-ulang telah berdoa untuk datangnya “Pentakosta Baru menjelang tahun-tahun persiapan sidang Konsili Vatikan II.”

Pada saat bangkitnya Konsili itulah, yakni pada tahun 1967, sekelompok mahasiswa dan fakultas Duquesne University of Pittsburgh berdoa dengan tekun untuk memohon pengalaman pentakostal dalam Gereja Katouk. Ternyata mereka benar-benar menerima karunia bahasa roh dan karunia nubuat. Dari Pittsburgh gerakan ini menyebar sampai ke ujung bumi — seperti yang terjadi di luar Gereja Katolik di tahun 1900. Hal yang mengesankan adalah bahwa dan tahun 1900 sampai 1967 tidak ada pentakostalisme dalam Gereja Katolik, tetapi dari tahun 1967 sampai sekarang Anda bisa menemukan gerakan ini di mana pun Anda mendapati katolikisme tidak terkecuali di Steubenville, Ohio, tempat saya mengajar.

Biar bagaimanapun juga, tetap ada pertanyaan berikut: Apakah fenomena ini, yang pertama kali muncul di kalangan Protestan, benar-benar diakui secara sah dalam Gereja Katolik? Mengapa pada akhimya fenomena ini dapat masuk Gereja Katolik dan mengapa baru terjadi Sekarang? Saya percaya bahwa jawabannya terletak pada penstiwa-peristiwa Pentakosta seperti yang tertera dalam Kitab Suci. Ingatkah Anda akan Santo Paulus dalam pembicaraannya mengenai bahasa roh menurut Ulangan 28, di mana teksnya meramalkan kutukan-kutukan yang akan datang bila Israel melanggar perjanjian? Kita menyimak bahwa terjadinya kutukan-kutukan bukan saja pada abad pertama setelah Yesus dijatuhi hukuman mati, tetapi juga terjadi pada abad ke-8 sebelum masehi dalam nubuat nabi Yesaya mengenai penyerbuan bangsa Asyria.
Harus kita perhatikan bahwa nubuat nabi Yesaya tidak ditujukan kepada Yerusalem —yaitu, tidak ditujukan kepada pusat liturgi perjanjian yang sah— tetapi lebih ditujukan kepada Efraim, di Utara. Mengapa pemberontak-pemberontak di kerajaan utara yang justru pertama-tama mendapat tanda-tanda luar biasa seperti nubuat dan bahasa roh?

Marilah kita lihat sejarah pemberontakan di utara. Pada tahun 930 SM, Salomo meninggal dan anaknya, Rehabeam, menggantikannya. Rehabeam melawan 10 pimpinan suku koalisi utara, sehingga mereka memberontak. Gelombang nubuat demi nubuat yang memuncak dengan nubuat Yesaya telah memberikan peringatan kepada mereka. Namun kerajaan utara mengatakan bahwa hal itu tak ada sangkut pautnya dengan kerajaan Daud. Dan dari tahun 930 SM sampai masa kehancuran utara, yaitu tahun 722 SM, kerajaan utara memisahkan diri dan kerajaan Daud dan juga memisahkan diri dan ibadat Kenisah Yerusalem.

Umat dan utara dalam banyak hal mirip Protestantisme. Mereka dapat menunjukkan praktek semena-mena tertentu dan pemerintah, mereka dapat menunjukkan kebobrokan moral dalam hirarki. Tetapi nabi yang dikirim Tuhan untuk menantang Yerobeam dan suku-suku Utara menunjukkan bahwa sebenarnya bukanlah karena ketidakmauan mereka dalam menyerahkan kekuatan politik kepada kerajaan Daud yang menjengkelkan Allah. Yang menyebabkan Allah menjadi jengkel atau marah adalah karena adanya penolakan mereka atas Kenisah Yerusalem dan penolakan mereka atas liturgi yang telah ditetapkan di sana oleh perjanjian ilahi. Pada titik inilah mereka telah melangkah terlalu jauh.

Namun demikian karisma nubuat pertama-tama datang dan utara —dalam nabi Elia, Elisa, Hosea, dan Amos— seperti halnya karunia berbahasa roh telah datang di zaman nabi Yesaya. Bisa dimengerti bila orang-orang Yahudi dan selatan berkata:

“Anak-anak ini bukan Israel sejati. Mereka bukan sebagaimana seharusnya orang Israel. Bahkan katakanlah, bila mereka ini benar orang-orang Israel, mereka memuja Allah dengan cara yang salah dan di tempat yang salah.” Fenomena pentakosta pada saat itu, seperti yang selalu demikian, tetap tidak pernah bisa diterima. Fenomena itu tetap menimbulkan suara sumbang bagi agama Yahudi yang penuh kepekaan itu.

Saya berpendapat bahwa Allah sedang melakukan penyaringan providensial. Namun seperti seorang dokter yang memastikan bahwa pasien yang paling menderita yang perlu penanganan segera, maka Tuhan juga akan memastikan bahwa umat-Nya yang terpayah sakit rohaninya sajalah yang pertama-tama menerima uluran tangan-Nya, agar mereka sembuh. Bila mereka mengabaikan tawaran-Nya, Tuhan pada saatnya mengalihkan kelimpahan-Nya ke Selatan. Marilah kita sekarang beralih ke masa kini dan marilah kita menyimak munculnya Pentakosta yang terjadi di luar Gereja.

Seperti apa yang telah dialami oleh bangsa Israel, demikian pulalah yang terjadi dalam Gereja. Saya mau menegaskan bahwa jangan hanya karena tanda-tanda aneh itu terjadi di kalangan Protestan maka itu berarti tidak sah dalam Gereja Katolik atau berlawanan dengan iman Katolik. Bila Anda menyimak melalui lensa perjanjian untuk melihat bagaimana Bapa menilai perilaku umat-Nya, Anda akan menyadari bahwa karunia nubuat dan bahasa roh adalah tanda-tanda yang Allah berikan kepada mereka yang berada di luar perjanjian, yakni mereka yang memberontak. Baru kemudian bila pemberontakan itu terjadi dalam anak-anak perjanjian maka Allah menerapkan obat-Nya juga dalam kalangan mereka. Kemudian dengan sombongnya mereka akan berkata: “Kita tidak tahu apapun tentang hal ini!” Tetapi pemikiran seperti itu tidak berlaku dalam hal Ini!  Pentakosta menuntut kerendahan hati. Hanya orang yang rendah hati saja yang dapat melihat dengan jelas tanda-tanda zaman.

Mengapa tanda-tanda Pentakosta ini terjadi dalam Gereja sekarang ini? Hal-hal buruk sedang melanda Gereja lebih daripada yang bisa diduga. Keadaan di dalam Gereja menjadi sama buruknya dengan keadaan di luar Gereja, dan hal ini dimungkinkan terutama karena kesombongan kita. Apa yang kita lihat sekarang dalam Gereja kita tidak lain daripada: penolakan atas doktrin Gereja, ketidaktaatan, dan meninggalkan agama untuk lalu mengikuti semua denominasi Prostestan yang telah memisahkan diri dari Gereja Katolik baik secara institusional maupun secara kesatuan doktrin. Hal buruk yang dialami Gereja Katolik ini juga dialami oleh Gereja Protestan, bahkan Gereja Protestan mengalami krisis yang lebih lama dan lebih dalam. Ada begitu banyak umat Katolik yang tidak menyadari bahwa “pembaruan” yang kita sebut-sebut sebagai “Protestantisme” itu tidak dikenal dalam lingkungan Gereja Protestan utama. (Pembaharuan yang dikatakan “Protestantisme itu sebenamya adalah Pentakostalisme dan fundamentalisme).

Lalu, apakah maksud dan Pentakosta baru itu? Seperti yang terjadi pada zaman nabi Yesaya, kita sebenarnya juga telah menerima “tanda bahasa yang aneh,” suatu tanda yang tidak menimbulkan kebanggaan. Arti apakah yang dapat diberikan pada “tanda” tersebut?

Dewasa ini kita melihat bahwa Gereja sedang mengalami pertumbuhan yang terpesat di daerah-daerah yang dikatakan sebagai wmlayah non-Katolik, yaitu Asia dan Afrika. Menurut pandangan saya, Roh Kudus sedang membawa pengadilan dramatis atas wilayah Barat yang sombong, keras kepala, dan mengendur. Pada saat yang sama, melalui karisma perjanjian yang menandai perintah-perintah Allah, Gereja sedang didorong ke luar untuk menggapai budaya-budaya yang belum terjamah sebelumnya, budaya-budaya yang terutama disebabkan oleh kepuasan diri dalam hal-hal rohani dan adanya etnosentrisme.

Saya berkeyakinan, inilah Pentakosta baru. Dalam bulan dan tahun-tahun mendatang ini, kita hanya perlu bertobat dan menilai tanda-tanda zaman. Allah sedang melakukan karya baru dan itulah yang memang menjadi kehendak-Nya sepanjang masa. Memang baru, sekarang inilah Allah melakukan itu semua melalui kerahiman-Nya, meski kita manusia berdosa. Pentakosta adalah sebuah lonceng yang membangunkan, seruan memilukan untuk menjadi rendah hati dan penuh pengharapan. Hanya yang rendah hati dapat melihat jelas tanda-tanda zaman dan berharap kepada-Nya dalam masa berat di masa mendatang. (Diterj. Maria Rahadi).