Print
Hits: 7335

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

 

Di kening saya terdapat bercak coklat yang tanpa saya sadari dalam kurun waktu 7 tahun terakhir telah melebar. Tanpa mempunyai firasat apa-apa saya memutuskan untuk ke dokter bedah plastik agar diambil atau dioperasi. Operasi dilakukan pada tanggal 27 November 2007. Dokter bedah menyarankan untuk memeriksakan hasil operasi tersebut ke laboratorium. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa bercak tersebut adalah Malignent Melanoma, atau kanker kulit ganas. Dokter bedah mengatakan bahwa karena hasil pemeriksaan positif Malignent Melanoma, maka saya harus dioperasi kembali untuk memotong area yang lebih besar agar dapat benar-benar dibersihkan, takutnya ada penyebaran.

Saya memutuskan untuk pergi ke Singapura untuk memeriksa ulang dan mendapat opini kedua. Ternyata hasil pemeriksaan dokter di Singapura juga menyatakan hal yang sama, bahkan dari pemeriksaan MRI ditemukan titik yang mengkhawatirkan di otak saya. Dokter di Singapura juga menyarankan untuk operasi ulang. Saya tanyakan apakah boleh menunda operasi selama 2 minggu karena luka operasi yang pertama belum betul-betul pulih dan supaya saya menyesuaikan dulu dengan shock yang saya alami ini.  Kembali dari Singapura teman-teman menyarankan untuk minum obat alternatif yang menurut mereka bisa menyembuhkan sakit kanker, maka saya mencobanya juga.

Tuhan Yesus dan bunda Maria mempunyai tempat khusus dalam hidup saya. Saya rajin berdoa rosario dan novena. Selama kejadian ini saya berdoa kepada Tuhan secara lebih mendalam. Teman-teman juga membantu menguatkan saya supaya jangan putus asa. Anehnya, saya mempunyai keyakinan akan disembuhkan.

Pada tanggal 13 Januari 2008, saya mengikuti Misa dan Adorasi penyembuhan di Cikanyere. Dalam Adorasi itu, Rm. Yohanes mulai mengucapkan nubuat dan sabda pengetahuan. Dikatakan oleh Rm. Yohanes, bahwa ada dua ibu yang sakit kanker rahim, telah dijamah oleh Tuhan, mereka dipersilahkan berdiri. Waktu itu perasaan saya ikut gembira untuk ibu-ibu yang dijamah Tuhan.

Kemudian saya mengarahkan mata saya ke Sakramen Mahakudus dan saya berkata, “Ya, Tuhan Yesus, saya tahu dan saya yakin engkau melihat saya sekarang ini, di sini. Dua ribu tahun lalu Engkau menyembuhkan banyak orang dan saya percaya sekarang pun Engkau dapat menyembuhkan saya. Tuhan Yesus, bersabdalah dan saya akan sembuh.” Begitu saya selesai mengucapkan doa permohonan, Rm. Yohanes berkata, “Ada seorang ibu yang baru mengetahui bahwa ia mempunyai sakit kanker di kepala dan otaknya. Tuhan Yesus telah menjamahnya, dia telah sembuh. Siapa dia? Silahkan berdiri.” Saya ragu, apakah saya tidak salah dengar? Akan tetapi, saya langsung berdiri karena saya yakin Tuhan Yesus langsung menjawab doa saya. Saya tak henti-hentinya menangis, sebab suatu mujizat telah terjadi pada saya.

Saya percaya dengan mujizat ini Tuhan Yesus mendengarkan dan mengasihi saya. Di antara sekian banyak umat yang hadir Ia melihat dan mendengar permintaan saya. Betapa saya merasa diberkati sekali, dan saya yakin karena Ia adalah Kasih. Saya selalu ingat kata-kata Yesus, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Mat 7:7). Selesai Misa dan Adorasi, saya katakan kepada setiap teman yang saya jumpai, “Saya sembuh! Puji Tuhan!” Sejak saat itu saya makan tanpa pantang apapun sampai waktunya check up ke Singapura.

Kami agak terlambat waktu kembali ke Singapura, tetapi karena yakin atas kesembuhan saya, maka kami tenang-tenang saja. Sesuai petunjuk dokter, saya melakukan tes darah, dan MRI lagi. Keesokan harinya waktu saya hendak mengambil hasil MRI, ternyata radiologis meminta saya untuk difoto lagi dengan CT Scan, tanpa dikenakan biaya. Katanya, mereka takut telah membuat kesalahan. Kemudian tibalah saatnya bertemu dokter untuk mendapat hasil akhir. Ternyata hasilnya: saya dinyatakan bersih dari kanker. Anak dan saya berpelukan di ruang praktek dokter di Singapura.

Saya teringat ketika pertama kali mendengar kabar ada kanker di tubuh saya, reaksi saya “Ya, Tuhan, kenapa?”, dan saya berpikir ... “tinggal waktu”. Saya tetap ceria karena saya suka membantu orang demi Tuhan, bukan untuk saya sendiri. Saya merasa bahagia dengan memikirkan bagaimana dapat menyenangkan Tuhan. Ini membuat saya tidak takut pada apa yang akan terjadi. Sebelum pergi ke Singapura saya katakan pada anak saya, “Tuhan Yesus siap menderita untuk kita di kayu salib. Nanti kalau mama ke dokter dan hasilnya kanker telah menyebar, mama akan persembahkan penyakit ini kepada Tuhan Yesus. Mama tidak takut. Mama tidak akan mengatakan lagi, ‘Kenapa saya?’ Yesus tetap teguh sampai akhir maka mama akan mengatakan, ‘Thy Will be done.’” Saya percaya pada kekuatan doa dan mujizat-mujizat-Nya. Mujizat akan terjadi jika kita tidak mengeluh atau mengatakan, “Ya, Tuhan, kenapa saya harus menderita?”

Sekarang saya mengerti untuk menerima semua itu dengan bersyukur, seperti suatu hadiah yang menyenangkan. Berdoa dan bersyukur melenyapkan ketakutan. Terus-menerus saya berbisik, “Saya percaya kepada Tuhan, terjadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga.” Bila kita menyerahkan diri dan percaya kepada-Nya, maka Tuhan akan membantu kita dan kita akan kuat. Dengan menerima penyakit dalam iman dan ketabahan-kalau merasa sakit, kita serahkan kepada Tuhan–maka kita akan lebih tenang dan lega. Pasrah dan menerima kehendak-Nya, di situlah terletak misteri kemuliaan Tuhan.