User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Pada tangggal 25 Maret 2004 sampai 28 Maret 2004 saya mengikuti ret-ret mengatasi kelemahan di rumah retret Lembah Karmel Cikanyere. Keinginan mengikuti ret-ret ini didorong oleh kesadaran akan kelemahan yang saya miliki yang sangat mengganggu hidup saya. Kesadaran ini muncul berawal dari suatu kejadian pada tahun 2002 ketika saya berlibur di Bali bersama seluruh keluarga, orang tua dan saudara saudara saya. Dalam hati saya ada sesuatu hal yang tidak saya sukai terhadap mama saya dan saya dengan kasarnya membentak mama saya. Pada saat itu, saya merasa kaget karena sebetulnya hati kecil saya tidak menyukai akan sikap saya tersebut. Sesudah kejadian itu saya merasa sedih dan tersiksa serta tidak tahu harus memulai dari mana untuk meminta maaf. Ketika mama saya hendak kembali ke Makasar saya memberanikan diri untuk meminta maaf dan mama saya menerima permintaan maaf saya itu dan dia merasa bahagia karena saya merasa bersalah dan mau meminta maaf dan dia mengatakan bahwa dia tetap menerima saya apa adanya. Walaupun dia mengatakan itu kepada saya, hati saya tetap tidak tenang. Rasa bersalah dan berdosa selalu ada dalam diri saya.

Sekembalinya dari Bali saya berusaha mengatasi kelemahan saya dengan mengikuti berbagai persekutuan doa. Dalam persekutuan doa saya berusaha memuji, menyembah Tuhan dan memohon supaya Tuhan mengampuni saya, merubah saya, membentuk saya agar saya berkenan kepada-Nya. Dorongan untuk mengatasi kelemahan saya ini semakin hari semakin besar. Pada suatu hari saya mendapat informasi tentang adanya ret-ret mengatasi kelemahan di Lembah Karmel maka saya memutuskan untuk mengikuti ret-ret mengatasi kelemahan tersebut. Dalam ret-ret ini saya mengenal kelemahan saya yang jumlahnya kurang lebih delapan belas(18) antAra lain kesombongan, marah, tersinggung, gosip, dan lain-lain. Saya sendiri juga kaget ketika saya menemukan kelemahan itu karena ternyata dalam diri saya terdapat banyak kelemahan. Saya mengikuti ret-ret dengan sungguh-sungguh. Setiap doa dan perayaan ekaristi saya selalu mengeluarkan air mata yang kadang-kadang tidak saya pahami penyebabnya. Hati saya terenyuh dengan lagu-lagu yang dinyanyikan, dengan firman yang disampaikan dan doa-doa yang dipanjatkan. Tempat retret yang tenang jauh dari keramaian membuat suasana doanya semakin terasa.

Selama ret-ret saya memperhatikan jadwal dengan baik dan mengikuti setiap acara dengan sungguh-sungguh. Saya selalu hadir sebelum acara dimulai dan saya selalu memanfaatkan waktu itu untuk berdoa sehingga waktu doa saya cukup banyak. Ketika berada dirumah saya sulit sekali untuk bangun lebih awal tetapi di tempat ret-ret saya dapat bangun jam empat pagi.

Pada hari terakir saya mengikuti ekaristi yang kemudian dilanjutkan dengan pentahtaan sakramen maha kudus dan doa penyembuhan. Pada saat doa penyembuhan, hati saya terasa tenang, damai dan beban-beban dosa saya terangkat. Pikiran saya menjadi positif dan cara pandang saya terhadap orang lain mulai menjadi baru. Ketika ada sabda pengetahuan yang mengatakan bahwa ada beberapa orang di sini yang dijamah Tuhan dan mesakan kedamaian dalam hatinya, saya langsung berdiri dan mengatakan bahwa ternya Tuhan sungguh peduli dengan hidup saya dan mengampuni saya serta menguatkan saya untuk mengatasi kelemahan saya. Berangkat dari situ saya mulai membangun tekat untuk berubah.

Sekembalinya dari Lembah Karmel, saya mengalami banyak perubahan dalam hidup saya. Saya tidak terlalu begitu tertarik lagi dengan berbagai acara televisi. Saya nonton sesekali saja. Kebiasaan saya untuk makan dari satu rumah makan ke rumah makan yang lain mulai hilang. Rasanya makan di rumah dengan menu yang ada terasa cukup. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, saya juga tidak asal ngomong saja dan rasanya enggan untuk bicara hal-hal yang tidak baik.

Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa dengan rahmat-Nya saya mulai perlahan-lahan mengatasi kelemahan saya dan saya yakin bahwa kelemahan-kelemahan saya yang lain pun yang jumlahnya delapan belas itu, perlahan-lahan akan dapat diatasi. Saya akirnya menyadari bahwa ternyata benar apa yang dikatakan dalam ret-ret bahwa kekudusan itu dapat diraih oleh siapa saja yang terbuka kepada Tuhan. Saya mengambil tekat agar dengan rahmat Tuhan, kekudusan itu saya raih.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting