Print
Hits: 4218
Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Belas Kasih, Kemurahan Hati, Syukur

 Paus Fransiskus berdoa Angelus bersama dengan umat beriman di bawah langit yang suram dan gerimis pada awal Agustus di Lapangan Santo Petrus hari Minggu ini (3 Agustus 2014), Minggu Biasa kedelapan belas, di mana bacaan Injil mengenai penggandaan roti dan ikan dari Injil Matius (14:13-21). Bapa Suci memfokuskan pada keajaiban pemberian makan yang dilakukan Tuhan Yesus kepada lima ribu orang.

Paus Fransiskus memilih tiga hal penting dari kisah ini: belas kasih, berbagi, bersyukur—menunjuk pada Sakramen Ucapan Syukur yang besar, Ekaristi. Paus Fransiskus  mengatakan, “Kristus tidak terganggu oleh kerumunan orang banyak yang mengikuti-Nya (ke tempat yang dipisahkan oleh Danau Galilea, di mana Ia harus mengundurkan diri bersama dengan para murid), yang tidak akan—katakanlah—‘meninggalkan-Nya dalam damai’. Sebaliknya, Dia merasa berbelaskasihan sebab Dia tahu bahwa mereka tidak (hanya) mencari-Nya karena rasa ingin tahu saja, tetapi karena kebutuhan.” Paus Fransiskus melanjutkan bahwa banyak penyembuhan yang dikerjakan Kristus merupakan tanda belas kasih-Nya. “Yesus mengajarkan kita untuk menempatkan kebutuhan orang miskin terlebih dahulu daripada kebutuhan kita sendiri. Kebutuhan kita, bahkan jika itu baik, tidak akan pernah sebegitu mendesaknya seperti pada orang-orang miskin, yang lebih sedikit memiliki kebutuhan-kebutuhan hidup.”

Beralih ke soal berbagi, Paus Fransiskus membandingkan reaksi dari para murid ketika mereka dihadapkan pada orang banyak yang membutuhkan dengan reaksi Yesus sendiri. Para murid akan menyuruh orang banyak tersebut pergi kelaparan, sementara Kristus mengatakan kepada para murid untuk memberi makan orang banyak tersebut. “Dua reaksi berbeda yang mencerminkan dua pemikiran yang berlawanan: para murid berpikir menurut dunia—di mana semua orang harus mengurus dirinya sendiri; Yesus berpikir menurut pemikiran Allah, yaitu berbagi, dan kemudian orang banyak diberi makan dengan berlimpah” kata Paus Fransiskus. Bapa Suci melanjutkan, “Ini bukanlah trik sulap, tapi suatu ‘tanda’—suatu tanda yang mengajak kita untuk beriman kepada Allah, Bapa yang menyediakan segalanya, yang tidak akan membiarkan kita pergi tanpa ‘rezeki kita sehari-hari’, jika kita tahu bagaimana caranya untuk berbagi sebagai saudara dan saudari.”

Pesan ketiga dan terakhir adalah mengenai Ekaristi, seperti dapat dilihat pada pengucapan berkat oleh Yesus sebelum memecah roti dan membagikannya kepada orang banyak. Ini adalah tindakan sama yang akan dilakukan oleh Yesus pada Perjamuan Terakhir, ketika Ia akan menetapkan kenangan abadi akan pengurbanan-Nya yang menyelamatkan, suatu kenangan bukan hanya roti duniawi belaka, tetapi roti kehidupan kekal. Anugerah dari Kristus akan diri-Nya sendiri, sebagaimana Ia memberikan Diri-Nya sendiri kepada Bapa karena kasih kepada kita.

Paus Fransiskus mengakhiri dengan sebuah doa kepada Bunda Maria, Bunda Penyelenggaraan Ilahi, di mana ia akan menemani kita dalam peziarahan kita di dunia dan menolong kita saat kita berjuang untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang kita jumpai di sepanjang jalan kehidupan dalam semangat persaudaraan.

 

(Dari arsip Radio Vatikan)