Print
Hits: 5418
Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 
 

Hari ini saya berhenti sejenak untuk merenungkan ungkapan lain yang oleh Konsili Vatikan Kedua digunakan untuk menunjukkan kodrat Gereja: tubuh; Konsili mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus (bdk. Lumen Gentium no.7)

Saya ingin memulai renungan ini dengan sebuah teks dari Kisah Para Rasul yang sudah kita kenal baik: Pertobatan Saulus, yang kemudian dikenal sebagai Paulus, salah satu penginjil yang terbesar (bdk. Kis 9:4-5). Saulus adalah penganiaya orang Kristen, tetapi ketika dia berada dalam perjalanan menuju kota Damaskus, sebuah cahaya tiba-tiba menyelubunginya, ia jatuh ke tanah dan mendengar suara berbicara kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya aku?” Saulus bertanya: “ Siapakah engkau, Tuhan?”, dan suara itu menjawab: “Akulah Yesus yang engkau aniaya” (ay. 3-5). Pengalaman Santo Paulus berbicara kepada kita mengenai betapa dalamnya persatuan antara kita orang-orang Kristen dengan Kristus.Saat Yesus naik ke surga Ia tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu, tetapi melalui karunia Roh Kudus, persatuan kita dengan-Nya bahkan menjadi lebih mendalam lagi.Konsili Vatikan II mengatakan bahwa “melalui pemberian Roh-Nya, Kristus secara mistik menjadikan sebagai tubuh-Nya, para saudara yang dipanggil-Nya dari segala bangsa” (Lumen Gentium n. 7)

Gambaran mengenai tubuh ini menolong kita memahami ikatan yang mendalam antara Gereja-Kristus, yang oleh Santo Paulus dikembangkan secara khusus dalam Surat Pertama kepada Jemaat Korintus (bdk. Bab 12). Pertama-tama, tubuh mengingkatkan kita akan realitas yang hidup. Gereja bukanlah suatu asosiasi kesejahteraan, politik atau budaya tetapi suatu tubuh yang hidup, yang berjalan dan bertindak dalam sejarah.Dan tubuh ini memiliki kepala, Yesus, yang membimbing, memberi makan, dan mendukungnya. Inilah hal yang ingin saya tekankan: jika seseorang memisahkan kepala dari tubuhnya, maka seluruh pribadi tidak dapat bertahan. Gereja juga demikian: kita harus tetap berada dalam persekutuan yang mendalam dengan Yesus. Tetapi tidak hanya itu: sama seperti halnya dalam suatu tubuh darah harus mengalir di dalam tubuh supaya tubuh bisa hidup, maka kita harus mengizinkan Yesus untuk bekerja dalam kita, membiarkan Sabda-Nya membimbing kita, kehadiran-Nya dalam Ekaristi menguatkan kita, menghidupkan kita, cinta-Nya menguatkan cinta kita kepada sesama kita. Dan hal ini harus berlangsung selamanya! Selama-lamanya! Maka saudara-saudari terkasih, hendaklah kita tetap bersatu dengan Yesus, marilah kita percaya kepada-Nya, marilah kita mengarahkan hidup kita menurut Injil-Nya, hendaklah kita dikuatkan dari doa harian, dengan mendengarkan Sabda Allah, dengan ambil bagian dalam Sakramen-sakramen.

Dan sekarang saya akan membahas aspek kedua dari Gereja sebagai Tubuh Kristus. Santo Paulus berkata bahwa sama seperti halnya bagian-bagian tubuh manusia, walaupun bermacam-macam dan banyak, membentuk satu tubuh, begitu juga kita telah dibaptis dalam satu Roh menjadi satu tubuh (bdk. 1Kor 12: 12-13). Konsekuensinya adalah dalam Gereja ada begitu banyak peranan dan fungsi yang berbeda; tidak ada keseragaman yang kaku, tetapi kelimpahan karunia-karunia yang diberikan oleh Roh Kudus. Namun, ada juga persekutuan dan kesatuan: setiap orang berhubungan satu sama lain dan bersama-sama membentuk satu tubuh yang hidup, yang terikat secara mendalam kepada Kristus. Marilah kita ingat hal ini baik-baik: menjadi bagian dari Gereja berarti dipersatukan dengan Kristus dan dari Kristus kita menerima kehidupan ilahi yang menjadikan kita hidup sebagai orang-orang Kristen; hal ini berarti tetap berada dalam persatuan dengan Paus dan para Uskup yang merupakan sarana kesatuan dan persekutuan; dan hal ini juga berarti belajar mengatasi subjektivisme dan perpecahan, untuk memahami satu sama lain dengan lebih baik, untuk menyelaraskan berbagai perbedaan dan kekayaan dalam setiap pribadi; dengan kata lain lebih mencintai Allah dan orang-orang yang ada di sekitar kita, dalam keluarga, dalam paroki, dan dalam asosiasi-asosiasi. Supaya dapat bertahan hidup, tubuh dan bagian-bagiannya, harus bersatu! Konflik membantu kita untuk bertumbuh, tetapi konflik juga dapat memecahkan kita. Marilah kita tidak menempuh jalan perpecahan atau pertikaian diantara kita! Marilah kita semua bersatu, bersatu dalam perbedaan kita, tetapi selalu bersatu: Inilah jalan Yesus. Kesatuan lebih kuat daripada konflik.Kesatuan adalah rahmat yang harus kita minta dari Tuhan agar Ia membebaskan kita dari godaan perpecahan, dari pertikaian diantara kita, dari keegoisan, dari gosip. Betapa jahatnya gosip itu, betapa jahatnya! Jangan pernah bergosip tentang orang lain, jangan pernah! Begitu banyak kerusakan yang diderita Gereja dari perpecahan antar umat Kristen, dari pandangan-pandangan yang bias, dan dari kepentingan-kepentingan sempit. Ada perpecahan diantara kita, namun juga ada perpecahan diantara komunitas-komunitas: orang-orang Kristen Injili, Kristen Ortodoks, Kristen Katolik, mengapa kita terpecah? Kita harus berusaha membawa kesatuan. Saya ingin memberitahu kalian sesuatu: hari ini, sebelum saya pergi dari rumah, saya menghabiskan waktu sekitar 40 menit atau setengah jam, dengan seorang pendetadan kami berdoa bersama serta mencari kesatuan. Karena itu kita harus berdoa bersama sebagai orang Katolik, dan juga dengan orang Kristen lainnya, kita berdoa kepada Tuhan agar Ia memberi kita rahmat kesatuan, kesatuan diantara kita. Tapi bagaimana mungkin kita memiliki kesatuan antar umat Kristen jika kita tidak mampu melakukannya diantara kita sendiri sebagai orang Katolik?Atau dalam keluarga kita? Ada begitu banyak keluarga yang bertikai dan terpecah belah! Carilah kesatuan, kesatuan yang membangun Gereja.Kesatuan datang dari Yesus Kristus.Ia mengutus Roh Kudus untuk membawa kesatuan.

Saudara-saudari terkasih, marilah kita memohon kepada Allah: supaya Ia menolong kita menjadi anggota Tubuh Gereja, yang selalu dipersatukan secara lebih mendalam dengan Kristus; semoga Ia menolong kita, agar kita tidak membuat Tubuh Gereja menderita karena konflik, perpecahan, dan keegoisan kita. Semoga Allah menolong kita untuk menjadi anggota-anggota tubuh yang hidup, yang terikat satu sama lain oleh suatu kekuatan yang unik, yaitu cinta, yang telah dicurahkan Roh Kudus ke dalam hati kita (bdk. Rom 5:5)