Print
Hits: 16286

User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

1.  Pendahuluan

Ketika Paus Yohanes XXIII mengundang Konsili Vatikan II untuk bersidang, beliau juga sekaligus mengajak seluruh umat Katolik untuk berdoa, supaya Roh Kudus membarui Gereja. "Perbarui ya Tuhan, dalam masa kami ini, keajaiban-keajaiban-Mu seperti suatu Pentakosta Baru". Tuhan mendengarkan doa itu sehingga sesudah Konsili Vatikan II, di samping gejala-gejala yang memprihatinkan, kita jumpai banyak tanda-tanda yang membawa pengharapan, yakni timbulnya kelompok-kelompok pembaruan yang membawa kesegaran baru untuk kehidupan Gereja. Di antara kelompok-kelompok tersebut yang terpenting dan yang punya jangkauan universal ialah apa yang disebut Pembaruan Hidup dalam Roh, yang telah mengubah hidup puluhan juta orang bahkan ratusan juta orang beriman. Di beberapa negara bersama dengan pembaruan tersebut muncul pula komunitas-komunitas kristiani baru, baik religius maupun awam yang menunjukkan vitalitas yang amat besar. Semua kelompok tadi secara eksplisit mengakui peranan Roh Kudus yang mengubah segalanya itu.  Dalam konteks itulah Paus Paulus VI berkata kepada para Kardinal, bahwa suatu musim semi telah mulai tampak dalam Gereja, karena pada masa pontifikatnya krisis Gereja begitu terasa kedahsyatannya.

Paus Paulus VI pulalah yang mengatakan bahwa dalam Imbauan Apostolik tentang evangelisasi, yaitu Evangelii Nuntiandi, teknik-teknik evangelisasi memang amat perlu, namun teknik-teknik yang paling canggih sekalipun tidak ada gunanya tanpa kuasa Roh Kudus. Demikian pula Beato Paus Yohanes Paulus II dalam pelbagai kesempatan menekankan pentingnya dan mutlaknya peranan Roh Kudus dalam kehidupan Gereja dan orang beriman. Dalam Surat Apostoliknya untuk menyambut kedatangan milenium ketiga, yakni Tertio Millenio Adveniente, sebagai persiapan untuk merayakan Hari Ulang Tahun Tuhan Yesus yang ke 2000, Paus mengajak kita mempersiapkan diri merenungkan dan menghayati misteri Allah Tritunggal Mahakudus secara khusus. Tahun 1997 dibaktikan untuk Yesus Kristus, tahun 1998 adalah tahun Roh Kudus dan tahun 1999 adalah tahun Allah Bapa, sedangkan tahun 2000 adalah perayaan yubileum itu sendiri.

Dalam tahun 1997 Roh Kudus juga menggerakkan Paus untuk menggelarkan Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus menjadi Pujangga Gereja, sebagai Doktor Cinta Kasih, pada tanggal 19 Oktober 1997 yang lalu. Padahal Roh Kudus adalah Sang Cinta Kasih Ilahi itu sendiri. Karenanya pesan Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus amat aktual sekali bagi kita, karena penghayatan imannya dengan jelas menunjukkan karya Roh Kudus yang istimewa sekali.


2.  Roh Kudus: Jiwa dan Penggerak Gereja

Sebelum meninggalkan para murid Tuhan Yesus telah menjanjikan Roh Kudus. Ia tidak meninggalkan para murid sebagai yatim piatu, tetapi Ia akan mengutus Roh Kudus sendiri kepada mereka (bdk. Yoh 14:15-17). Kemudian setelah kebangkitan-Nya Ia juga menegaskan kembali janji-Nya itu kepada para murid dan Dia menghimbau agar supaya mereka tidak meninggalkan Yerusalem, melainkan menantikan janji Bapa. "Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis 1:5.8). Pencurahan Roh Kudus ke atas para murid menjadikan mereka mampu menjadi saksi-saksi Kristus sampai ke ujung bumi.

Pada hari Pentakosta Roh Kudus dicurahkan ke atas para murid dan mereka menjadi manusia-manusia baru. Perubahan yang terjadi dalam diri mereka memang sangat menyolok. Sesudah kebangkitan mereka masih sering berkumpul di tempat tertutup karena mereka takut kepada orang Yahudi, namun sesudah Pentakosta mereka tampil dengan berani. Bahkan ketika diancam supaya mereka tidak lagi mewartakan nama Yesus, mereka bahkan minta keberanian untuk tetap memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus (bdk. Kis 4:27-31). Kehadiran Roh Kudus memberikan efektifitas kepada pelayanan para rasul, sehingga ketika Petrus berkhotbah, setelah dipenuhi Roh Kudus, 3000 orang bertobat. Setelah itu para rasul memberikan kesaksian dengan berani, sehingga Injil dengan cepat tersebar ke mana-mana.

Kemudian Roh Kudus memimpin perkembangan Gereja. Ia memberikan kuasa dan keyakinan kepada para murid Yesus. Stefanus dipenuhi Roh Kudus dan dengan berani memberitakan Injil, yang disertai dengan tanda-tanda dan mukjizat (bdk. Kis 6:8). Orang-orang berbantah dengan Stefanus, tetapi mereka tidak dapat melawan hikmatnya dan Roh Kudus yang mendorongnya berbicara (bdk. Kis 6:9-10). Roh Kudus juga memimpin para murid Yesus dan mereka itu menjadi begitu peka terhadap bimbingan-Nya. Mereka bergaul begitu mesra dengan Dia, sehingga Dialah yang memimpin kehidupan dan karya mereka secara begitu nyata. Ia membimbing Filipus untuk mendekati kereta sida-sida dari Etiopia (lh. Kis 8:29). Ia menyuruh Petrus untuk ikut dengan orang suruhan Kornelius serta memberitakan Injil kepada Kornelius dan keluarganya (lih. Kis 10:19-20). Roh Kudus juga mengutus Paulus dan Barnabas secara eksplisit (lih. Kis 13:2.4). Dia juga mencegah Paulus dan Barnabas pergi ke Bitinia (lih. Kis 16:6-7). 


3.  Roh Kudus: Jiwa Dan Pembimbing Orang Kristen

Orang-orang kristen pertama menyadari secara mendalam bahwa mereka itu tergantung seluruhnya dari Roh Kudus. Dengan tegas Paulus menyatakan bahwa tidak seorang pun dapat berkata Yesus adalah Tuhan, kalau tidak dalam Roh Kudus (lih. 1Kor 12:3). Kita tidak tahu, bagaimana harus berdoa, namun Roh Kudus datang menolong kelemahan kita dengan berdoa di dalam diri kita dengan keluhan-keluhan yang tak terperikan (bdk. Rm 8:26). Kita dimampukan untuk mengasihi Allah, karena cinta kasih telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus sendiri (bdk. Rm 5:5). Namun yang paling mendasar ialah Roh Kudus telah menjadikan kita anak-anak Allah secara nyata, sehingga dengan penuh keberanian dan keyakinan kita dapat berkata, "Abba, ya Bapa" (Rm 8:15-16). Karena kita adalah anak Allah, maka hidup kita pun dipimpin oleh-Nya. Tandanya bahwa kita adalah anak-anak Allah bahwa Dia sendiri memimpin kita (bdk. Rm 8:14). Karena itu pula Santo Paulus dapat menghimbau orang-orang di Galatia, supaya mereka membiarkan hidup mereka dibimbing oleh Roh Kudus (bdk. Gal 5:18.25).

Bila seorang dibimbing oleh Roh Kudus hidupnya akan menjadi lain. Dalam segala tindakannya ia bergantung pada Roh Kudus, sehingga ia tidak terikat oleh apa kata orang, melainkan dalam segalanya ia mengikuti bimbingan-Nya. Apa yang dikehendaki Allah, itulah yang dilakukannya dan ia mengetahui semuanya itu karena ilham Roh Kudus. Karena itu pula tindakan-tindakannya seringkali tidak terduga, karena seperti angin yang tidak dapat diketahui dari mana datangnya dan ke mana perginya, demikian pula orang yang dibimbing oleh Roh Kudus (lih. Yoh 3:8). Karena hidupnya dikuasai Roh Kudus, ia juga dapat melakukan hal-hal yang melampaui kekuatan manusia, bahkan dia mampu melakukan tanda dan mukjizat, bila Roh Kudus mendorongnya demikian.

Roh Kudus memberikan keyakinan kepadanya untuk melakukan hal-hal yang seringkali melampaui pengertian manusia. Bila orang lain seringkali terhambat oleh pertimbangan-pertimbangan yang terlalu manusiawi, orang-orang yang dibimbing Roh Kudus dapat mengambil tindakan-tindakan yang berani dengan tenang dan penuh keyakinan. Mereka yakin bahwa itulah kehendak Allah dan karenanya mereka juga mengharapkan pertolongan Allah. Mereka tidak bersandar pada kekuatan sendiri, melainkan pada Allah. Bila mereka telah yakin bahwa itulah kehendak Allah, mereka tidak dapat dibendung lagi. Tetapi aneh bin ajaib, nyatanya mereka mampu melakukan perkara-perkara besar yang bagi orang lain tampaknya mustahil. Itulah rahasia para kudus, itulah yang disebut ilmu para kudus. Hans Urs von Balthasar, seorang teolog besar zaman kita ini, ketika menulis tentang Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus memberikan kesaksian berikut ini tentang dia, “Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus telah menghayati lebih dahulu apa yang ditulisnya. Orang-orang mencintai para kudus karena pancaran hidupnya menarik mereka. Seluruh hidup Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus mengandung fenomena teologis yang mengandung ajaran yang hidup, subur dan sesuai dengan situasi zaman ini. Ajaran itu adalah karunia Roh Kudus".

Ilmu para kudus itu hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang rendah hati, tetapi tersembunyi bagi orang-orang yang sombong. "Aku bersyukur kepada-Mu ya Bapa, karena Engkau menyembunyikan segala perkara itu dari orang yang bijak dan pandai, dan menyatakannya kepada orang-orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu" (Luk 10:21). Bila orang lain melihat begitu banyak masalah, orang yang dibimbing oleh Roh Kudus melihat segalanya dari logika iman. Kalau itu kehendak Tuhan, pastilah Tuhan juga akan membantu dan mereka tahu bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Begitu pula bagi orang yang percaya tidak ada yang mustahil, karena orang yang beriman mengandalkan kekuatan dan kuasa Allah sendiri. Karena itu bagi mereka yang paling penting ialah untuk menjawab pertanyaan mendasar dalam hidupnya, Apakah itu kehendak Allah? Bila mereka telah yakin itu adalah kehendak Allah, dengan tenang dan penuh keyakinan mereka melangkah maju, walaupun tampaknya mustahil menurut ukuran manusia. Karena itulah orang-orang seperti itu seringkali sukar diduga, karena mereka mengikuti logika iman, sedangkan orang lain melihatnya dari segi pandangan manusiawi belaka.


4.  Aktualisasi Kisah Para Rasul

Pencurahan Roh Kudus yang menyeluruh pada zaman kita ini sesungguhnya merupakan suatu aktualisasi peristiwa Pentakosta. Apa yang dialami dewasa ini mirip sekali dengan apa yang diceriterakan dalam Kisah para Rasul. Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang terjadi dalam zaman para Rasul, sekarang mulai diaktualkan kembali. Juga dewasa ini kita lihat tanda-tanda dan kuasa yang mengagumkan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus melalui orang-orang pilihan-Nya. Dengan demikian terjadilah pembaruan besar-besaran dalam Gereja, walaupun saat ini baru pada tahap awalnya, namun sudah terasa sekali dampaknya.

Salah satu perwujudan pembaruan yang ditimbulkan Roh Kudus adalah apa yang disebut Pembaruan Hidup dalam Roh atau Pembaruan Karismatik. Untuk selanjutnya saya akan memakai istilah Pembaruan Hidup dalam Roh, bukan Pembaruan Karismatik, karena pada hemat saya lebih tepat secara teologis. Yang saya maksud bukan pertama-tama dari segi organisasinya, melainkan sebagai suatu realitas rohani yang mengalirkan suatu rahmat baru yang berlimpah-limpah. Karena itu pembaruan karismatik sebenarnya bukan suatu organisasi, melainkan mengalirnya rahmat baru. Pembaruan itu tidak dapat disamakan begitu saja dengan persekutuan doa karismatik. Bentuk-bentuk lahiriahnya bisa berbeda-beda dan terbatas serta terikat oleh lingkungan dan kebudayaan tertentu. Karena itu pembaruan karismatik tidak identik dengan persekutuan doa karismatik. Pembaruan Hidup dalam Roh jauh lebih luas daripada persekutuan doa saja, karena pembaruan itu dapat mencakup orang-orang yang tidak tergabung dalam persekutuan doa.

Pembaruan Hidup dalam Roh bukanlah suatu organisasi, melainkan mengalirnya rahmat baru. Pada hakikatnya Pembaruan Hidup dalam Roh adalah pembaruan cara berpikir dan cara kerja Gereja dan orang-orang kristen. Maksudnya ialah manusia bukanlah pelaksana hakiki tugas Gereja, melainkan Allah sendiri. Karya Gereja adalah karya Allah sendiri dan karena itu pelaksana utamanya ialah Allah sendiri. Perubahan sikap dari, “Tuhan aku akan melakukan ini itu untuk-Mu", berubah menjadi suatu sikap yang baru, "Roh Allah, pakailah aku seturut kehendak dan rencana-Mu." De facto perubahan sikap yang mendasar itu telah mengalirkan rahmat yang dahsyat sekali, karena kini Roh sudah tidak terhambat lagi oleh keterbatasan manusia. Karena itu Pembaruan Hidup dalam Roh merupakan suatu penyadaran yang mendalam, bahwa karya Allah hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri dan kita ini hanya melayani Allah sebagai alat-alat-Nya saja. Allah sendiri yang berkarya dalam diri kita dengan perantaraan karunia-karunia-Nya yang diberikan-Nya kepada kita. Dalam segala usaha kita fokusnya bukan lagi pada usaha kita, melainkan pada pelaksanaan kehendak dan rencana Allah sendiri. Banyak perencanaan-perencanaan pastoral yang tampaknya indah-indah menjadi gagal, karena orang hanya bersandar pada kemampuan dan kebijaksanaannya sendiri, bukan pada rencana Allah.


5.  Pembaruan Hidup Pribadi

Pencurahan Roh Kudus juga mengembalikan dimensi pokok dan hakiki dalam hidup kristiani, yaitu relasi pribadi dengan Allah dalam iman, harapan dan kasih. Akhir-akhir ini kita jumpai suatu bentuk bidaah yang boleh disebut dengan istilah "bidaah aksi". Banyak orang kristen, bahkan ada juga religius dan imam, yang mendasarkan hidupnya bukan lagi pada relasi pribadi yang mantap dengan Allah, melainkan mereka hanya menekankan pada karya-karya saja. Orang baru dipandang sebagai orang kristen, kalau dia berbuat amal, bila dia menolong orang miskin, kalau orang ikut aksi sosial macam-macam, kalau ia ikut aksi ini aksi itu. Kalau tidak ia tidak dianggap orang kristen yang baik. Tentu saja semuanya itu baik, tetapi kalau itu menggantikan tempat dan kedudukan Allah yang harus dicintai di atas segala sesuatu, semua itu menjadi berhala. Hukum pertama dan utama seperti yang diajarkan Tuhan Yesus tetap berlaku, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama" (Mat 22:37). Hukum yang terutama dan pertama tetaplah yang pertama dan terutama. Hukum yang kedua: "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" (Mat 22:39), tetaplah yang kedua. Tidak seorangpun boleh membalikkannya. Kalau tidak, ia berdosa besar terhadap Allah, karena dia meremehkan Allah.

Melalui pencurahan Roh Kudus hubungan dengan Allah dipulihkan pada tempatnya yang sesungguhnya. Karena kehadiran Roh Kudus yang berkarya di dalam dirinya, orang melihat dengan jelas, bahwa Allah, Pencipta dan Tuhan alam semesta serta segala sesuatu yang ada di dalamnya patut dicintai demi dirinya sendiri. Ia juga menyadari, bahwa sesungguhnya hidup kekal bukan lain daripada "Mengenal Allah dan Dia yang diutus-Nya, Yesus Kristus" (bdk. Yoh 17:3). Dalam bahasa Kitab Suci, mengenal berarti mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri. Karena itu hidup kekal itu sudah mulai sekarang ini dan akan disempurnakan dalam hidup yang akan datang.

Oleh terang Roh Kudus itu ia sadar, bahwa ia juga harus mengasihi sesamanya bukan saja seperti diri sendiri, melainkan seperti Yesus sendiri telah mengasihi dia (bdk. Yoh 15:9.12). Kasihnya kepada sesama menerima motivasi baru dan kekuatan baru. Karena ia mengasihi Yesus, ia juga berusaha mengungkapkan kasihnya itu kepada sesamanya, sesuai dengan sabda Tuhan sendiri, "Jikalau kamu mengasihi Aku, lakukanlah perintah-Ku... Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu" (Yoh 14:15; 15:12).

Karena hubungan pribadi dengan Allah ini, maka Kitab Suci, yakni Sabda Allah, yang menurut istilah para Bapa Gereja adalah surat cinta Allah kepada manusia, menerima maknanya yang baru, yang mendalam sekali. Doa pun menjadi lebih berarti, karena doa sesungguhnya bukan lain daripada persahabatan dengan Allah. Karena hubungan yang mantap itu, segala tahyul, kepercayaan sia-sia, jimat-jimat dan benda-benda keramat serta segala bentuk perdukunan menghilang, karena ia tahu dan yakin, bahwa Allah sendirilah yang melindungi dia.

Bila ia membiarkan dirinya dibimbing dan diproses Roh Kudus, semakin hari hidupnya akan menjadi semakin berkenan kepada Allah. Ia akan terus berkembang dalam iman, harapan dan kasih, dan dengan demikian menjadi semakin serupa dengan Kristus Yesus Tuhan. Hidupnya akan semakin memancarkan damai, sukacita dan kebahagiaan yang mendalam, sebab semakin hari Yesus akan semakin hidup di dalam dirinya.