Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

Dalam peristiwa Natal, kita melihat suatu peristiwa yang mempunyai banyak arti atau makna. Pertama-tama, kita melihat secara jasmani yaitu kelahiran seorang bayi kecil yang bernama Yesus. Dalam banyak hal Yesus tidak berbeda dengan manusia-manusia lainnya, tetapi di lain pihak ada juga perbedaannya. Kelahiran-Nya telah diwartakan oleh para malaikat kepada sekelompok gembala.

Dalam Injil Yoh 1:1-18 kita melihat siapa diri Yesusyang sebenarnya. Kelahiran-Nya membawa sukacita yang besar bagi umat manusia. Kita akan merenungkan siapakah bayi ini dan siapakah Yesus ini. Dalam perikop Injil ini dikatakan: "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah"(Yoh 1:1). Oleh karena itu, sebenarnya bayi yang lahir ini adalah seseorang yang kita sebut “Firman Allah, atau Putera Allah". Misteri Allah yang terbesar yaitu misteri Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Oleh karena itu, yang sekarang menjadi manusia itu adalah Pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus yang biasanya kita sebut "Allah Putera". Ia adalah Putera Allah yangsudah ada sejak semula yaitu sebelum dunia dijadikan. Ia ada bersama Bapadan Roh Kudus. Karena itu kita mengatakan bahwa Ia itu kekal. Sebab dikatakan dalam Injil ini bahwa “segala sesuatu dijadikan oleh Dia" (Yoh 1:3). Putera Tunggal Bapa itulahyang menciptakan segala sesuatu: alam semesta beserta isinya, juga termasuk manusia. Jadi, Yesuslahyang menciptakan segala sesuatu dan mengatur alam semesta. Ia mengatur peredaran bintang-bintang dan segala tata surya yang ada bahkan sampai yang terkecil sekalipun.

Ketika saatnya telah tiba, seperti yang telah ditentukan oleh Allah, Sang Putera diutus ke dunia dan menjadi manusia yang lahir dari Perawan Maria. Putera yang menjadi manusia inilah yang kita sebut "Yesus Kristus” yang di dalam diriNyaterdapat dua kodrat: kepenuhan kodrat Allah dan kodrat manusia. Maka dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus seratus persen manusia dan seratus persen Allah.Yesus Kristus yang lahir ini adalah Putera Allah yang Mahatinggi yang menguasai segala sesuatu dan Ia menjadi manusia sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa, karena Ia sendiri tidak berdosa.

Sebelum dunia dijadikan, Putera Allah itu sudah ada.Ia mengambil bagian dalam seluruh kemuliaan Bapa.Sebagai manusia, Ia mengambil bagian dalam kemuliaan itu untuk kita manusia. Dengan percaya kepada-Nya, kita diberi-Nya bagian dari kemuliaan-Nya sendiri. Dikatakan dalam Yoh 1:12: "Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa, supaya menjadi anak-anak Allah”. Jadi dengan percaya kepada-Nya, kita dijadikan anak-anak Allah, artinya mengambil bagian dalam kemuliaan Putera, di dalam martabat-Nya sebagai anak Allah.

Yesus adalah kepala kita dan Ia membagikan segala sesuatu yang ada pada-Nya kepada kita, sehingga kita bisa mengambil bagian di dalam kepenuhan-Nya itu. Karena itu dikatakan juga "Dari kepenuhan-Nya, kita semua menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yoh. 1:16). Namun,sebenarnya kita tidak menerima seluruh kepenuhan Yesus Kristus. Seandainya kita menerima seluruh kepenuhan Yesus Kristus berarti kita menjadi Yesus. Jadi kita hanya mendapat sebagian. Tetapi sebagian inipun sudah luar biasa, karena kita telah menerima kehidupan kekal itu sendiri.Oleh karena Dia, kita dijadikan anak-anak Allah. Maka Santo Paulus mengatakan "bahwa Dia adalah yang sulung dari antara banyak saudara". Dalam arti ini, kita bisa dikatakan adik-adik Yesus, bukankah itu hebat? Kita menjadi adik-adik Yesus karena kitasebenarnya diberi martabat yang sama. Kita mengambil bagian dalam kodrat Allah seperti yang dikatakan oleh Santo Petrus dalam suratnya. Jadi mengambil bagian di dalam kepenuhan ke-Allah-an dan hidup Allah sendiri melalui manusia Yesus Kristus yang sekaligus adalah Putera Allah sendiri. Oleh karena itu, kita menyadari bahwa martabat kita sesungguhnya luar biasa.DalamYes 52:7 diceritakan betapa menyenangkan derap kaki pembawa berita yang mengabarkan kabar gembira itu. Kabar gembira Yesus Kristus ini lebih menggembirakan lagi. Karena Yesus, oleh iman akan Dia,kita dibebaskan dari segala macam ikatan dan benar-benardijadikan anak-anak Allah. Oleh karena itu, kita adalah anak-anak Allah yang Mahatinggi, bukan anak iblis.

Yesus Kristus begitu mengasihi kita. Ia yang Mahatinggi, yang memiliki segala sesuatu telah menjadi manusia yang lemah seperti kita. Sebagai manusia, Ia juga haus, lapar, perlu tidur. Namun, sebagai Allah, Ia tidak pernah tidur. Sebagai manusia Ia ketiduran di perahu dan sebagainya, seperti kita yang ketiduran waktu doa atau mendengarkan kotbah dan sebagainya.Yesus tahu kelemahan-kelemahan kita. Dalam surat kepada orang Ibrani dikatakan bahwa Yesus Kristus Putera Allah menjadi manusia yang mengalami juga kelemahan-kelemahan kita (bdk Ibr. 4:15). Ia mengalami segala penderitaan kita dan Ia menderita juga untuk kita. Sebagai Allah, Ia sebenarnya tidak perlu semuanya itu, Ia sudah memiliki segala-galanya, tetapi Ia begitu mengasihi Bapa dan Bapa begitu mengasihi kita, sehingga kita berharga dihadapan-Nya. Untuk kita semua Ia wafat disalib. Sungguh betapa mahal harga diri kita, maka jangan sampai kita menjual diri kepada setan. Kita ditebus dan dibeli dengan harga mahal sekali.

Yesus Kristus adalah Allahdan manusia. Ia benar-benar Putera Allah dan Ia menjadi manusia. Mengapakah Ia yang mahakuasa yang menciptakan segala sesuatu mau menjadi manusia yang tidak berdaya? Mengapa Ia yang adalah Allah yang Mahakuasa menjadi begitu tergantung pada manusia yaitu Bunda Maria? Ia perlu disusui, perlu diberi makan, perlu dibantu kalau buang air dan sebagainya. Ia sama seperti bayi-bayi lainnya yang tidak berdaya. Seluruhnya seolah-olah tergantung kepada manusia. Padahal Ia yang menciptakan Bunda Maria, kemudian Ia menjadi Puteranya sendiri artinya sebagai manusia Ia putera Bunda Maria. Ia mau menjadi manusia ialah "karena cinta-Nya yang begitu besar kepada manusia" (bdk. Yoh. 3:16). Kerinduan-Nya ialah supaya tidak seorangpun binasa, melainkan supaya karena percaya kepada-Nya semua orang diselamatkan.

Dalam surat kepada orang Ibrani dikatakan "bahwa dahulu kala, Allah berbicara dalam berbagai macam cara kepada nenek moyang kita” (bdk. Ibr. 1:1). Tetapi sekarang ini Ia berbicara melalui Putera-Nya, Yesus Kristus. Jadi Yesus Kristus mewartakan dan membawakan kepada kita pesan Bapa yang lengkap. Di dalam Yesus Kristus, kita menemukan segala sesuatu yaitu sabda yang menghidupkan, sabda yang memberikan sukacita, dan sabda yang memberikan kebebasan kepada kita. Dikatakan "siapa yang percaya kepada-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah” (Yoh. 1:1).Menjadi anak-anak Allah yang sungguh bukan hanya dalam nama, tetapi dalam kenyataan. Itu berarti juga akan mengalami sukacita, damai dan kebebasan anak-anak Allah.

Dewasa iniIa juga berbicara kepada kita. Namun, sebagai manusia Ia terbatas. Terbatas dalam arti lahiriah. Yesus hanya berada di satu tempat. Ia tidak sekaligus berada di sepuluh tempat. Kalau Ia ada di Yerusalem, Ia tidak ada di Nazaret atau ditempat lainnya. Maka pada waktu itu sebagai manusia Ia masih sangat terbatas. Tetapi kemudian, setelah Ia wafat, bangkit dan dimuliakan, Yesus manusia ini mengambil bagian dalam kemuliaan Allah yaitu kemuliaan-Nya sebagai Putera Allah. Karena itu setelah Ia bangkit dan naik ke surga, sekarang Ia hidup dengan mulia. Ia tidak terbatas lagi oleh hukum-hukum dunia ini. Misalnya sebagai contoh dalam kisah kebangkitan "Yesus tiba-tiba masuk dalam ruangan tertutup dan tiba-tiba lenyap lagi" (bdk. Yoh. 20:19-29). Hal ini dapat terjadi karena Yesus sudah mulia. Ia tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ia tidak terikat oleh hukum-hukum lagi. Maka siapapun yang percaya kepada-Nya,ia juga mengambil bagian dalam kemuliaan Allah. Yesus yang mulia hadir dimana-mana: Ia hadir di sini, di Roma, di Jakarta, dan juga di tempat lainnya.Karena Ia hadir dimana-mana, kita percaya akan kehadiran Tuhan dalam setiap doa dan perayaan Ekaristi. Secara jasmani Ia tidak kelihatan lagi, tapi secara iman kita tahu Ia hadir bahkan Ia hadir dalam hati dan lubuk jiwa kita yang terdalam.

Dalam Yes 52:7-10dikatakan bahwa di tengah-tengah kekelaman dan kelabu dari orang-orang Israel yang berada dalam pembuangan selalu ada timbul nada sukacita, nada pengharapan karena mereka tahu, semuanya itu akan berlalu. Namun, Allah tidak akan berlalu. Segala sesuatu akan berlalu, hanya Allah saja yang akan tetap ada dan tidak akan berlalu. Jadi ditengah-tengah penderitaan, penganiayaan, kesukaran dan kekelabuan hidup, disitulah ada nada sukacita dan nada pengharapan karena semua akan berlalu dan lenyap serta diganti dengan kemuliaan dan sukacita yang paling besar bagi orang yang bertahan dan percaya. Demikian juga bila kita sungguh-sungguh percaya akan Tuhan, walaupun dalam situasi yang sukar dan krisis, kita tetap mempunyai satu nada pengharapan. Bagi orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, istilah jalan buntu itu tidak ada. Jalan buntu itu hanya ada pada pikiran manusia yang tidak percaya kepada Tuhan. Tetapi bagi orang yang percaya kepada Tuhan dan berserah kepada-Nya selalu ada jalan keluar walaupun tidak seperti yang kita pikirkan. Kalau kita melihat kesukaran dalam iman maka kita akan sadar dan mengakui "terpujilah Tuhan",   karena Ia yang memegang tanganku dengan kuat.

Allah yang berbicara dalam diri kita melalui firman-Nya, Ia juga berbicara kepada kita di dalam hati sanubari kita masing-masing melalui Roh-Nya.Agar kita dapat mendengarkan suara Tuhan, hati kita harus tenang dan mendengarkan Dia. Seringkali ketika berdoa kepada Tuhan, kita banyak berbicara kepada Tuhan, tapi tidak sempat mendengarkan Dia. Maka supaya kita bisa mendengar Tuhan berbicara, kita juga harus mendengarkan Dia, jangan kita terus saja bicara. Lama-lama Tuhan bosan pada doa kita, karena Tuhan tidak diberi waktu atau kesempatan untuk bicara pada hati kita. Kita harus belajar mendengarkan Tuhan berbicara dalam keheningan dan kesunyian hati kita,lewat firman-Nya, lewat doa dan sebagainya. Maka suatu saat firman itu akan hidup dalam diri kita dan akan berbicara pada kita.

Akhirnya kita pun tahu bahwa sekarang inipun Yesus tetap hidup ditengah-tengah kita. Semakin kita mendengar suara-Nya, semakin iman kita diteguhkan dan semakin kita mampu melihat kehadiran-Nya di tengah-tengah segala peristiwa yang kita alami. Dan dengan demikian hidup kita walau bagaimanapun juga, akan selalu ditandai oleh pesan pokok dari Natal itu dan damai di bumi kepada orang-orang yang berkehendak baik atau yang berkenan kepada Bapa.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting