User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Seringkali dalam kehidupan iman kita, ditemui orang-orang tertentu yang mengalami penampakan-penampakan ‘Bunda Maria’ atau menerima wahyu-wahyu yang isinya mengenai suatu ‘kebenaran ilahi’. Tidak jarang jumlahnya banyak sekali dan belum tentu penampakan-penampakan dan wahyu-wahyu itu benar atau otentik. Karena bila langsung mengatakan semua itu berasal dari Tuhan atau otentik (terbukti kebenarannya) kita mungkin bisa keliru dan salah mengerti. Padahal untuk mengerti dan memahami suatu wahyu atau penampakan itu otentik dan benar, dibutuhkan suatu pengujian atau discernment (proses mencari dan mengenali kehendak Allah untuk hal-hal seperti itu) selain itu harus mengikuti ajaran Kitab Suci yang benar dan harus sesuai dengan ajaran iman Gereja Katolik/Magisterium Gereja Katolik serta buah-buahnya bagi orang yang menerimanya serta dampaknya bagi umat universal.


Seringkali dalam kehidupan iman kita, ditemui orang-orang tertentu yang mengalami penampakan-penampakan ‘Bunda Maria’ atau menerima wahyu-wahyu yang isinya mengenai suatu ‘kebenaran ilahi’. Tidak jarang jumlahnya banyak sekali dan belum tentu penampakan-penampakan dan wahyu-wahyu itu benar atau otentik. Karena bila langsung mengatakan semua itu berasal dari Tuhan atau otentik (terbukti kebenarannya) kita mungkin bisa keliru dan salah mengerti. Padahal untuk mengerti dan memahami suatu wahyu atau penampakan itu otentik dan benar, dibutuhkan suatu pengujian atau discernment (proses mencari dan mengenali kehendak Allah untuk hal-hal seperti itu) selain itu harus mengikuti ajaran Kitab Suci yang benar dan harus sesuai dengan ajaran iman Gereja Katolik/Magisterium Gereja Katolik serta buah-buahnya bagi orang yang menerimanya serta dampaknya bagi umat universal. Kita harus mengenali dari mana sumber penampakan atau wahyu tersebut, apakah berasal dari Allah, dari diri sendiri atau berasal dari roh jahat! Dalam proses discernment ini kita dapat mengenali penampakan dan wahyu itu benar atau tidak, otentik atau tidak. Untuk mengerti hal-hal yang berhubungan dengan penampakan dan wahyu, di bawah ini akan dibahas secara jelas mengenai kriteria-kriteria dan sarana untuk mengujinya, serta mengambil kesimpulan apakah wahyu dan penampakan itu berasal dari Tuhan atau bukan, semuanya itu otentik atau tidak. Mari kita bahas hal ini satu per satu.

 

1. Wahyu Pribadi

Berhubungan dengan wahyu pribadi kita bedakan dengan wahyu yang sesungguhnya yang mengungkapkan misteri dan rahasia-rahasia Allah dan karya-karya-Nya. Wahyu dalam arti yang luas yaitu memberikan pengertian rahasia-rahasia adikodrati yang sudah dimengerti oleh iman. Wahyu-wahyu yang berhubungan dengan penampakan Bunda Maria merupakan wahyu pribadi yang bersifat publik. Wahyu yang bersifat pribadi tentang Allah dimana orang diberi wahyu tentang Allah mengenai karya-karya-Nya, misalnya sering terjadi orang diberi pernyataan tentang kapan ia akan mati, tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di dunia pada masa yang akan datang atau peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan suatu bangsa, suatu tempat atau pribadi-pribadi. Mengenai wahyu-wahyu ini, walaupun Allah dapat memberikannya secara otentik kepada orang-orang tertentu tetapi wahyu-wahyu ini seringkali menyesatkan dan menipu dalam arti sesungguhnya orang mudah tertipu oleh wahyu-wahyu ini.

Dalam hal ini iblis mudah sekali campur tangan sebagai contoh dalam negara kita terjadi banyak sekali wahyu-wahyu seperti ini dan masyarakat sering mengatakan “ada penampakan ini atau ada wahyu seperti itu” ternyata setelah diselidiki wahyu-wahyu tersebut seringkali salah dan keliru dan kerapkali kita yang mendengarnya menjadi tertipu pada akhirnya. Di samping itu, wahyu-wahyu seperti itu nilainya sangat kecil sekali dalam kehidupan rohani, tentu saja pada orang-orang tertentu Allah dapat menyatakan ‘suatu kebenaran’ tetapi tetap saja nilainya itu kecil sekali karena hanya mengetahui peristiwa yang akan datang, sebenarnya wahyu-wahyu itu datang dari dirinya sendiri (bersifat semu). Wahyu-wahyu seperti ini tidak menambah kesucian seseorang walaupun ada orang yang mendapatkannya kemudian menyatakannya kepada orang lain dan orang itu bertobat tetapi seringkali wahyu-wahyu ini kurang otentik.

2. Wahyu Dalam Arti yang Luas

Sebenarnya tidak ada wahyu baru namun orang-orang tertentu mendapatkan penerangan secara lebih khusus dan istimewa mengenai misteri Allah. Orang-orang tertentu diberikan pengertian yang lebih mendalam tentang Allah Tritunggal, tentang inkarnasi, tentang rahasia Kerahiman Allah sebagaimana St. Theresia Lisieux yang mengerti Cintakasih Allah yang Maharahim. Wahyu seperti ini memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai misteri Allah dan berhubung dengan misteri Allah sendiri, sentuhan-sentuhan Tuhan yang sangat mendalam yang merupakan rahmat besar bagi hidup seseorang.

Seperti kita ketahui dalam hal manusia dengan segala usahanya tidak dapat berbuat apa-apa, karena itu kita tidak perlu mengharapkannya. St. Theresia berkali-kali mengatakan “Kalau orang mengharapkan hal-hal seperti itu, tanda pasti bahwa dia tidak akan memperolehnya. Tuhan tidak akan memberikan wahyu-wahyu kepada jiwa-jiwa yang lekat pada perkara-perkara duniawi dan sombong yang mengharapkan untuk mendapat wahyu-wahyu seperti itu”. Karena semua itu merupakan kesombongan dan bersifat melampaui segala pengertian manusia. Dengan segala usahanya ia tidak akan mendapatkannya, seperti yang ia harapkan. Sikap yang paling tepat untuk hal ini yaitu dengan rendah hati mempersiapkan diri, hidup dalam kerendahan hati. Tidak usaha memikirkannya dan bila Tuhan memandang perlu mungkin suatu saat akan diberikan-Nya.


3. Penampakan Maria Dewasa Ini

Situasi zaman sekarang dan sangat aktual saat ini adalah tentang Penampakan Bunda Maria yang hingga sekarang ini begitu banyaknya. Seorang Teolog Kontemporer yang ahli tentang Maria, reputasinya berkaliber Internasional yakni Renee Laurenten. Dalam sebuah bukunya ia menulis mengenai “Perbanyakan Penampakan Bunda Maria”, ternyata dari penyelidikan-penyelidikan dalam abad ini tidak hanya segelintir Penampakan Maria melainkan cukup banyak terjadi Penampakan Bunda Maria, tercatat lebih dari 100 Penampakan-penampakan Bunda Maria.

Di antaranya ada yang betul-betul otentik tetapi juga ada beberapa penampakan yang palsu dan penampakan yang palsu itu sudah jelas bukan berasal dari Tuhan. Beberapa Penampakan Maria yang terkenal ialah Penampakan Maria di Lourdes dan Fatima. Keduanya sudah secara resmi diakui otentitasnya oleh Gereja. Penampakan Maria yang lain dijumpai di Akita, Jepang dimana Bunda Maria menampakkan dirinya kepada seorang suster. Di Naju, Korea ditemukan patung Bunda Maria menangis dengan mengeluarkan air mata darah dan menampakkan diri kepada seorang perempuan bernama Julia Kim. Penampakan Bunda Maria yang lebih besar dampaknya secara internasional yaitu Penampakan Maria di Medjugorje di mana Bunda Maria menampakkan diri kepada beberapa orang anak.

Jika kita lihat Penampakan Maria yang terkenal ini dan cukup besar dampaknya, penampakan-penampakan ini berbeda dengan wahyu pribadi yang seringkali menipu bahkan menyesatkan. Penampakan-penampakan ini mempunyai misi, suatu misi untuk umat sendiri artinya penampakan ini tidak dimaksudkan bagi mereka yang memperolehnya (visiuner yaitu orang-orang tertentu yang mendapatkan penampakan Bunda Maria) tetapi dimaksudkan agar para visiuner menyebarluaskan demi kepentingan umat.

Penampakan-penampakan yang lainnya kecuali penampakan di Lourdes, Fatima, Medjugorje ternyata banyak sekali dan seringkali dipertanyakan keotentikannya. Maka, penting sekali untuk mengerti bagaimana caranya menilai penampakan-penampakan itu seperti yang pernah terjadi pada seorang bapak di kota Surabaya, dan penampakan yang dialami seorang ibu di sebuah kota kecil di Jawa Barat serta di tempat-tempat lain. Penampakan-penampakan yang dialami oleh kedua orang itu disebut wahyu pribadi dalam arti tidak menambah khasanah wahyu yang diberikan Tuhan Yesus kepada para rasul dan berakhir dengan para rasul. Karena sebagaimana kita ketahui dalam kitab suci, sesudah itu tidak ada lagi wahyu baru lagi. Wahyu-wahyu yang lain harus selalu diuji dengan mengikuti ajaran kitab suci kemudian dilihat isi wahyu itu apakah sama atau tidak dengan demikian akan terbukti keotentikan wahyu itu atau tidak!

 


4. Kriteria Keotentikan Suatu Wahyu

Kita lihat beberapa kriteria berhubungan dengan wahyu-wahyu seperti itu. Bagaimana untuk mengerti apakah wahyu itu benar atau tidak, dan mengerti keotentikannya atau kebenarannya:

 

4.1. Wahyu Harus Sesuai Dengan Wahyu Umum

Wahyu harus sesuai dengan wahyu umum, sesuai dengan ajaran Kitab Suci dan ajaran Gereja Katolik. Misalnya ada wahyu yang mengajarkan Yesus itu sebenarnya bukan manusia tetapi Dia itu hanya Allah saja, kalau demikian wahyu ini sesat dan salah karena tidak sesuai dengan wahyu umum bahwa Yesus itu sungguh-sungguh Allah dan manusia, dua pribadi Allah dan manusia dipersatukan dalam satu kodrat Ilahi, 100% Allah dan 100% manusia. Wahyu-wahyu tersebut harus sesuai dengan tradisi suci, ajaran Kitab Suci dan Magisterium Gereja Katolik. Tidak hanya sesuai dengan wahyu umum begitu saja dan tidak boleh bertentangan dengan dengan Iman Gereja Katolik sehingga kalau dikatakan tidak perlu lagi beribadah kepada Bapa karena semuanya sudah dikembalikan kepada Bunda Maria melalui penampakan-penampakannya, ini merupakan ajaran yang sesat. Oleh karena itu harus sesuai dengan wahyu umum dalam tradisi Gereja, Kitab Suci dan Ajaran Magisterium Gereja Katolik. Devosi yang benar kepada Maria ialah seperti yang dikatakan St. Bernardus “Per Mariam ad Jesum” artinya “Melalui Maria kita sampai kepada Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus”, kita tidak bisa menggantikan peran Allah sebagai Pencipta dengan ciptaan namun devosi kita kepada Maria tidak dihalangi oleh Allah. Kita sebagai orang Katolik menghormati Maria bukan menyembahnya karena Maria masterpiece Allah, makhluk ciptaan Allah yang paling indah. Seluhur apapun Bunda Maria, ia tetaplah ciptaan sehingga kita menghormati sebagaimana Allah menghendaki kita menghormati dia untuk sampai kepada pengenalan Allah yang sejati. Dalam Litani Para Kudus dinyatakan “Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus” kita menjawab “Kasihanilah kami” tetapi ketika dinyatakan “Santa Perawan Maria” kita menjawab “doakanlah kami”, di sinilah letak perbedaannya “Melalui Maria kita sampai kepada Allah”.

4.2. Buah-buah dari Penampakan atau Wahyu

Setelah isi wahyu atau penampakan sesuai dengan wahyu umum, kitab suci dan ajaran Iman Gereja Katolik (Magisterium Gereja), sekarang kita lihat buah-buahnya bagi orang yang bersangkutan dan buah-buahnya bagi umat universal.

4.2.1. Buah-buah dari Penampakan atau Wahyu

Kalau kita mengamati kehidupan orang-orang yang menerima wahyu-wahyu, kalau memang datang dari Allah pasti akan membawa perubahan-perubahan moral dalam diri orang itu, antara lain buah-buahnya yang otentik ialah kerendahan hati, iman yang berkembang dan cintakasih kepada Allah dan sesama dan buah-buah rohani yang tetap. Namun yang terpenting adalah sikap dari orang-orang yang menerimanya. Kalau kita melihat beberapa contoh perbandingan, baik dari Penampakan di Lourdes, Fatima maupun di Medjugorje, lebih-lebih yang menonjol Penampakan Bunda Maria di Lourdes dan Medjugorje. Pada saat para visiuner mendapatkan penampakan, mereka umumnya masuk dalam ekstase artinya tidak sadar dengan keadaan sekelilingnya sehingga tidak langsung mengatakan ‘Lihat, Bunda Maria datang’ seperti penampakan yang terjadi di Surabaya dan penampakan palsu yang terjadi di tempat-tempat lain. Para visiuner terserap dan diserap oleh Kehadiran Penampakan itu sehingga menjadi tidak sadar terhadap keadaan sekelilingnya. Pada waktu St. Bernadette secara tidak sengaja membawa lilin dan api lilin mengenai tangannya dan tangannya tidak terbakar ketika ia mengalami Penampakan Bunda Maria dan ini merupakan suatu mukjizat.

Di Medjugorje keadaan zaman pada saat penampakan sudah modern tidak seperti pada waktu penampakan Bunda Maria kepada St. Bernadette di Lourdes. Pada saat penampakan di Medjugorje sudah diadakan pemeriksaan oleh tim penyelidik dan ketika penampakan berlangsung mata para visiuner disorot dengan lampu yang sangat kuat cahayanya dan mata mereka ternyata tidak berkedip sedikitpun. Dalam keadaan biasa (di luar penampakan) mata yang disorot dengan lampu yang kuat cahanyanya reaksi mata pasti tidak akan tahan dan akan menutup matanya atau berkedip, tetapi ketika sedang terjadi penampakan mereka tidak mengalami apapun kendati disorot lampu yang sangat kuat sekali. Seperti halnya Penampakan di Lourdes, Fatima dan Medjugorje kalau para visiuner sedang mengalami penampakan mereka lupa akan keadaan sekitarnya. St. Bernadette dan para visiuner sebelum mengalami penampakan masih berdoa rosario, begitu penampakan terjadi mereka berhenti berdoa dan pernah terjadi ketika mereka masih berdoa rosario, Bunda Maria ikut berdoa bersama mereka tetapi umumnya para visiuner ini mengalami keterserapan dan lupa akan dunia sekitarnya walaupun mereka itu berdialog dengan Bunda Maria.

Dan yang terpenting bagi orang yang menerimanya adalah buah-buahnya supaya mereka sadar bahwa mereka mendapatkan penampakan semata-mata karena rahmat Allah. Satu hal yang menyolok baik dari penampakan di Lourdes, Fatima dan Medjugorje yakni para visiuner tidak berusaha membuktikan bahwa penampakan yang mereka terima ini benar. Bahkan sebaliknya, mereka umumnya seperti yang dijumpai para visiuner dalam penampakan Lourdes dan Fatima mereka tidak mau menyatakannya kepada orang lain, tetapi orang lain yang mengatakannya sehingga akhirnya penampakan itu tersebar. Para visiuner di Fatima sebenarnya sudah berjanji untuk merahasiakannya, tetapi salah satu di antara para visiuner yang bernama Yasinta mengatakannya secara tidak sengaja, mungkin juga ini penyelenggaraan Ilahi supaya penampakan ini dikenal orang banyak dan akhirnya penampakan ini tersebar luas hingga sekarang dan umat melihatnya secara jelas.

Selain itu para visiuner dalam penampakan di Lourdes, Fatima maupun di Medjugorje mengalami penderitaan-penderitaan akibat penampakan-penampakan itu. Pihak-pihak tertentu tidak bisa menerima begitu saja penampakan-penampakan itu. St. Bernadette ketika mendapatkan penampakan Bunda Maria di Lourdes diancam dan mengalami bermacam-macam pencobaan, tetapi dengan penuh keyakinan ia mengakui bahwa ia mendapatkan penampakan dari Bunda Maria. Anak-anak dari Fatima yang mendapatkan penampakan dari Bunda Maria juga mengalami penderitaan dan pencobaan seperti yang dialami St. Bernadette. Mereka diancam akan digoreng hidup-hidup dan dimasukkan ke dalam wajan yang besar dengan air yang mendidih, dan dipaksa untuk mengatakan, “Kalau kalian tidak mengakui kebohonganmu bahwa kalian tidak pernah melihat penampakan itu kalian akan di goreng dalam air yang mendidih dalam wajan yang sangat besar itu”. Kemudian anak-anak itu dipisah dan diinterogasi satu per satu bahkan mereka ditakut-takuti tetapi mereka begitu setia pada penampakan itu dan menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa penampakan itu benar dan tidak mengada-ada. Satu hal yang perlu diketahui, sejak penampakan itu kehidupan para visiuner berubah secara mendalam, hidup moral mereka berubah dengan ditandai kehidupan imannya semakin bertumbuh makin mendalam dan tak tergoyahkan, sekalipun para visiuner ini baik pada penampakan Lourdes, Fatima dan Medjugorje mengalami penindasan, penderitaan dan pencobaan-pencobaan.

4.2.2. Dampaknya Pada Umat Universal

Baik dari penampakan di Lourdes, Fatima, dan Medjugorje inti pesannya kepada umat sesuai dengan ajaran Kitab Suci dam iman Gereja Katolik. Umat dibawa kepada pertobatan sehingga baik di Lourdes, Fatima maupun Medjugorje penampakan-penampakan ini membawa pertobatan yang besar. Begitu banyak orang bertobat walaupun ada juga orang-orang yang datang sebagai turis, tetapi pada umumnya mereka mendapatkan ‘sesuatu’ yang baik dan tersentuh. Penampakan di Fatima masih lebih murni sifatnya, artinya semangat devosi kepada Bunda Maria dan pertobatan yang radikal kepada Allah lebih besar daripada penampakan di Lourdes. Mungkin disebabkan karena di Lourdes sudah terjadi lebih lama namun banyak juga terjadi penyembuhan dan pertobatan khususnya penyembuhan batin. Di Lourdes tempatnya terbagi dua yaitu bagian penampakan (sanctuary) dan bagian yang diluar tempat penampakan yang dipenuhi dengan toko-toko yang menjual benda-benda rohani atau cinderamata. Di Fatima ada juga toko-toko yang menjual benda-benda rohani tetapi jumlah tidak banyak, namun tempat dan suasana di Fatima lebih banyak menghantar umat kepada semangat devosi dan pertobatan yang besar. Ketika ulang tahun penampakan di Fatima dirayakan mampu menyedot umat sampai 1 juta orang yang berkumpul di suatu lapangan yang besar sehingga kentara sekali dampaknya yang besar bagi umat.

Di samping penampakan Bunda Maria di ketiga tempat yaitu Lourdes, Fatima, dan Medjugorje terdapat kategori yang sama yaitu Wahyu kepada St. Margareta Maria Alacoque yaitu devosi kepada Hati Kudus Yesus. Kemudian St. Faustina Kowalska yang mendapatkan wahyu tentang Kerahiman Allah. Di Parelemonial, tempat St. Margareta Maria Alacoque mendapatkan wahyu tentang Hati Kudus Yesus juga menjadi tempat peziarahan yang banyak dikunjungi umat dewasa ini, jika dibandingkan dengan Lourdes yang menjadi tempat ziarah yang besar, Parelemonial hanya merupakan tempat yang kecil tetapi nilainya kurang lebih sama.

4.3. Bagaimana Sikap Kita Terhadap Wahyu-wahyu ini?

Sikap kita terhadap wahyu-wahyu seperti ini yakni penampakan Bunda Maria di Lourdes, Fatima dan Medjugorje serta pesan yang diterima oleh St. Margareta Maria Alacoque dan St. Faustina Kowalska ini ialah:

Wahyu pribadi itu tidak mengikat setiap orang Katolik, karena itu Gereja Katolik secara resmi tidak pernah memerintahkan orang Katolik untuk percaya dan menerima wahyu itu sehingga apabila seseorang tertarik untuk mengikuti devosi di Lourdes, Fatima dan Medjugorje tidak apa-apa dan tidak berdosa melawan iman. Dari pihak lain adalah baik jika kita melihat pesan-pesan Bunda Maria pada penampakan-penampakan ini yang merupakan pesan urgensi pertobatan. Pertobatan yang diwartakan Bunda Maria itu tentu saja merupakan yang hakiki baik setiap orang Kristen. Sebenarnya dan ‘seolah-olah’ Bunda Maria hanya mengulang berita atau himbauan Injil “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (lih. Mrk. 1:15), sedangkan pesan-pesan yang lain isinya bersifat sekunder. Dari pihak lain Bunda Maria menganjurkan devosi tertentu yakni berdoa rosario, boleh saja devosi tersebut dilakukan tetapi secara strike iman sifatnya tidak mengikat sehingga kalau orang tidak berdoa rosario tetapi lebih senang mendaraskan Doa Yesus itu juga tidak apa-apa karena tidak mengikat.

Dalam Gereja Katolik selain Doa Rosario dikenal juga Doa Yesus yang berasal dari tradisi Gereja Timur yang menghantar umat kepada Allah dengan penyeruan berulang-ulang nama Yesus atau nama Allah dalam iman, harapan dan kasih. Umumnya rumusan Doa Yesus seperti ini, “Tuhan Yesus Kristus Putera Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”, “Tuhan Yesus Kristus, kasihanilah aku”, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” atau hanya mengulang-ulang nama Yesus. Namun bagi banyak orang dengan berdoa rosario membantu mereka karena Doa Rosario merupakan devosi umum dalam Gereja Katolik dan terlebih-lebih untuk orang-orang yang sederhana, doa ini merupakan suatu cara yang sederhana yang dapat membantu banyak orang sehingga setiap orang dapat melakukannya. Dalam penampakan di Fatima isi pesannya adalah pertobatan, di Medjugorje isi pesannya juga pertobatan bahkan dianjurkan untuk berpuasa dan berpantang. Di Medjugorje diajarkan berpuasa dan berpantang yang sebenarnya merupakan ajaran Gereja Katolik yang sudah menjadi bagian yang lama dari tradisi Gereja. Bunda Maria melalui para visiuner menekankan kembali nilai-nilai itu, semuanya itu berupa anjuran bukan ‘perintah yang harus dilaksanakan’ tetapi alangkah baiknya jika kita menghayatinya dan anjuran berpuasa dan berpantang merupakan ajaran Gereja Katolik yang sudah menjadi tradisi sedemikian lamanya. Jadi apa yang dinyatakan Bunda Maria selalu serasi dan sesuai dengan iman Gereja Katolik dan perintah-perintah Gereja.

Dari penjelasan di atas, dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang beredar di kalangan umat tentang penampakan Bunda Maria di Surabaya terhadap seorang bapak dan seorang ibu di Cimahi menjadi suatu pertanyaan besar. Jika kita mencoba menganalisanya berdasarkan penampakan-penampakan yang sudah diakui Gereja secara otentik, penampakan kedua orang itu belum tentu benar apalagi adanya hal-hal yang negatif berkenaan dengan penampakan tersebut. Jika kita pelajari berdasarkan peristiwa-peristiwa, kaset-kaset dan majalah-majalah yang memuat penampakan kedua orang itu, hasil dan kesimpulannya ialah penampakan itu tidak otentik, walaupun tidak bisa dikatakan kedua orang yang mendapat penampakan itu sengaja menipu dan akhirnya mereka ini tertipu atau diperalat orang lain.


5. Penutup

Dalam hal ini kita harus berani dengan tegas jika penampakan itu tidak benar. Tidak semua penampakan atau wahyu itu otentik khususnya dalam penampakan kepada seorang bapak di Surabaya dan seorang ibu di Cimahi ini. Sebaliknya, kita harus bangga jika ada orang tertentu khususnya orang Indonesia yang mendapatkan penampakan Bunda Maria. Akan tetapi, dalam hal ini kita harus menguji dengan sungguh-sungguh supaya kita tidak salah menilai dan menjadi malu jika ternyata penampakan itu tidak otentik. Sekali lagi kita harus melihat wahyu-wahyu atau penampakan-penampakan yang terjadi dewasa ini otentik atau tidak. Semuanya itu harus sesuai dengan wahyu umum yang terdapat dari tradisi Gereja, ajaran Kitab Suci yang benar dan ajaran iman Gereja Katolik (Magisterium Gereja Katolik). Selain itu, wahyu-wahyu dan penampakan-penampakan itu harus diuji buah-buahnya terhadap umat universal, khususnya pribadi yang mendapatkannya. Apakah orang tersebut semakin bertumbuh dalam iman yang mendalam dan kerendahan hati yang sejati atau berlawanan dari buah-buah rohani itu. Kalau ternyata buah orang-orang yang mendapatkannya ternyata berlawanan dari kriteria-kriteria yang disebutkan di atas, penampakan atau wahyu yang diterimanya itu belum tentu otentik atau bisa jadi menjadi tidak otentik sama sekali. Dalam hal ini sikap kita adalah jangan gegabah, tetapi senantiasa berhati-hati, serta jangan mudah memberikan pernilaian atau komentar atas wahyu dan penampakan tetapi dengan rendah hati mengikuti ajaran Tradisi, Kitab Suci dan Magisterium Gereja Katolik yang sudah teruji bertahun-tahun lamanya melawan serangan-serangan yang merongrong iman kita dan ternyata Gereja Katolik tetap bertahan memperjuangkan kemurnian imannya hingga saat ini tak tergoyahkan sedikitpun. Inilah yang patut kita syukuri bahwa Allah senantiasa menyertai Gereja-Nya sampai kepada akhir jaman. Amin.

(Sumber: Kaset Pengajaran Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE ditulis kembali oleh Serafim Maria, CSE)

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting