Print
Hits: 5676

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Kodrat Allah adalah kasih. Karena itu segala sesuatu yang dilakukan Allah keluar dari kasih dan dilakukan dengan kasih. Dalam kasih pula Ia telah menciptakan kita  dan mengundang kita untuk ambil bagian dalam hidup cintakasih-Nya. Kita diciptakan menurut gambar dan kesamaan-Nya (Kej 1:26), supaya kita dapat ambil bagian dalam hidup cintakasih itu.


Allah yang Hidup

Ketika telah tiba saatnya Allah memilih suatu bangsa untuk mempersiapkan kedatangan Putera-Nya ke dunia sebagai Penebus dan Penyelamat dunia, Ia telah memilih Abraham untuk menjadi bapak bangsa terpilih. Ketika untuk pertama kalinya Allah menyatakan diri kepada Abraham, Ia menyatakan diri sebagai Allah yang hidup, yang menguasai segala sesuatu. Karena itu pula dengan penuh kewibawaan Ia memanggil Abraham untuk meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke tempat yang akan ditunjukkan-Nya. Abraham pun taat tanpa membantah:

"Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya" (Kej. 12:1-4a).

Di situ Allah menyatakan diri sebagai Allah yang hidup, yang menguasai segala sesuatu, seperti yang dinyatakan-Nya dalam panggilan Abraham tersebut. Pertama-tama Ia akan menjadikan Abraham suatu bangsa yang besar dan membuat namanya masyhur, suatu pernyataan, bahwa Dialah yang berkuasa. Sebagai Allah yang hidup dan yang berkuasa atas segala sesuatu, Ia akan menjaga, supaya rencana-Nya terlaksana pada waktunya. Karena itu  Ia akan melindungi Abraham orang pilihan-Nya secara istimewa sedemikian rupa, sehingga Ia akan memberkati orang yang memberkati Abraham, yang waktu itu namanya masih Abram, serta mengutuk orang yang mengutuk dia. Namun Abraham dipilih Allah bukan demi diri sendiri, melainkan demi kepentingan seluruh umat manusia: "Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat". Abraham pun taat dengan segenap hati, bahkan kemudian ketika Allah mencobai dia dan meminta supaya ia mengurbankan anak tunggalnya, Abraham pun tetap taat kepada Allah, karena ia mencintai Allah di atas segalanya, bahkan di atas anaknya sendiri. Dengan ketaatannya Abraham telah menjadi pelaksana rencana keselamatan Allah bagi umat manusia.

Demikianlah sepanjang sejarah keselamatan, hingga hari ini, Allah terus-menerus memilih orang-orang yang akan dipakai untuk melaksanakan karya-Nya. Sebagaimana dahulu dengan Abraham, demikian pula kemudian hari Allah selalu membimbing dan melindungi orang pilihan-Nya sepanjang masa, supaya mereka dapat dipakai-Nya untuk mewujudkan rencana keselamatan-Nya. Karena Allah adalah Allah yang hidup, Dia juga ingin membuat orang-orang pilihan-Nya hidup semuanya.

Allah: Bapa Tuhan Kita Yesus Kristus dan Bapa Kita

Dalam Perjanjian Lama Allah memang menyatakan diri sebagai Bapa bagi bangsa Israel. Ia yang melahirkan bangsa Israel, Ia yang membesarkannya, Ia pula yang membimbingnya. Namun hubungan sebagai Bapa itu khususnya berlaku bagi bangsa Israel sebagai keseluruhan, sehingga pada umumnya Allah masih agak jauh bagi masing-masing individu atau pribadi, sehingga hubungan pribadi antara Allah dan masing-masing umat boleh dikata jarang.

Hal itu berubah dengan kedatangan Tuhan Yesus. Yesus telah datang ke dunia untuk mewahyukan kepada kita siapa Allah itu sesungguhnya. Allah yang hidup itu ternyata adalah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam hidup-Nya Yesus menyatakan adanya suatu hubungan pribadi yang amat mesra dengan Allah sebagai Bapa- Nya. Nama Bapa selalu ada dalam hati-Nya dan pada bibir-Nya. Seluruh hidup-Nya diarahkan kepada pelaksanaan kehendak Bapa. Selama hidup-Nya Ia tidak mencari sesuatu lain daripada memuliakan Bapa-Nya dengan melaksanakan kehendak dan rencana keselamatan-Nya. Ia hanya melakukan apa yang berkenan kepada Bapa. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku" (Yoh 4:34). Karena itu pula Bapa tidak pernah meninggalkan Dia dan menyertai Dia selalu. Pelaksanaan kehendak Bapa ini menjadi pedoman mutlak bagi-Nya, juga bila hal itu berarti harus direndahkan dan mengurbankan hidup-Nya sendiri, walaupun Ia adalah Anak Tunggal Allah. Ia telah rela taat secara mutlak, bahkan sampai wafat di kayu salib.

Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,

tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu

sebagai milik yang harus dipertahankan,

melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri,

dan mengambil rupa seorang hamba,

dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia,

Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,

bahkan sampai mati di salib" (Flp 2:5-8)

Oleh ketaatan-Nya Ia telah memperolehkan bagi kita Roh Kudus yang menjadikan kita anak-anak Allah. Oleh Roh itu kita pun dijadikan-Nya anak-anak Allah dan saudara-saudari-Nya, sehingga dalam Dia oleh kuasa Roh Kudus kita pun dapat berseru: "Ya Abba, ya Bapa." (Rom 8:15) Oleh Roh Kudus itu kita telah diberi bagian dalam hubungan-Nya yang mesra dengan Bapa. Karena itu kita telah menjadi anak dalam Sang Anak. Dia adalah saudara sulung kita.

Yesus adalah Anak Allah karena kodrat, setara dengan Bapa. Maka apa yang dimiliki Bapa, juga dimiliki-Nya. Karena itu Dia adalah mahakuasa, mahatahu, mahakudus seperti Bapa. Oleh Dia, karena penjelmaan-Nya menjadi manusia, kita telah dijadikan anak- anak angkat Allah. Martabat kita sebagai anak-anak angkat Allah sesungguhnya luar biasa, karena sebagai anak kita juga diberi bagian dalam kodrat-Nya. Fakta, bahwa kita dijadikan anak-anak Allah sungguh merupakan suatu karunia yang amat besar dan mengungkapkan kasih Allah yang luar biasa bagi kita, seperti diungkapkan Santo Yohanes: "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah." (1 Yoh 3:1)

Dalam Yesus kita boleh memasuki suatu hubungan pribadi dengan Allah sebagai seorang anak dengan Bapanya. Kita bahkan diperbolehkan menyebut Dia dengan sebutan "Abba, Bapa", suatu sebutan yang amat akrab, yang lazim dipakai seorang anak untuk menyebut ayahnya. Jadi kata Abba dapat diterjemahkan dengan papa, papi, daddy. Kalau sungguh direnungkan, hal itu luar biasa, bahwa kita manusia yang berdosa ini diperbolehkan menyapa Allah dengan sebutan mesra tersebut sebagai anak-Nya.

Allah adalah Kasih

Allah yang memanggil kita menjadi anak-anakNya itu adalah Allah yang Tritunggal, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Bapa mengenal diriNya sendiri secara sempurna, sehingga Ia melahirkan Sang Putera sebagai gambarNya yang sempurna. Bapa mengasihi Putera dan dalam kasih yang sempurna Ia memberikan diri seluruhnya dan secara sempurna kepada Putera, sehingga apa yang ada padaNya, diberikan semuanya kepada Putera. Sebaliknya Putera juga mengasihi Bapa dan  dalam kasih yang sempurna menyerahkan diriNya seutuhnya kepada Bapa. Dengan demikian terjadilah pemberian dan penyerahan diri timbal balik dalam kasih yang sempurna antara Bapa dan Putera. Dari situ muncullah Roh Kudus, yang merupakan perwujudan kasih sempurna antara Bapa dan Putera. Karena itu dalam Roh Kudus, Roh cintakasih yang sempurna, Bapa memberikan diri kepada Putera dan dalam Roh Kudus yang sama Puterapun menyerahkan diri kepada Bapa. Maka dalam Allah terjadilah suatu aliran cintakasih abadi yang mengalir dari Bapa kepada Putera dalam Roh Kudus dan dari Putera mengalir kembali kepada Bapa. Demikianlah seterusnya untuk selama-lamanya. Karena itu di dalam Allah hidup berarti hidup bersama dalam cintakasih yang sempurna. Karena itu jelaslah, bahwa Allah tidak dapat lain kecuali Allah Tritunggal yang hidup dalam persekutuan cintakasih yang sempurna.

"Allah adalah kasih" (1 Yoh 4:8.16). Kodrat Allah adalah kasih. Karena itu segala sesuatu yang dilakukan Allah keluar dari kasih dan dilakukan dengan kasih. Dalam kasih pula Ia telah menciptakan kita  dan mengundang kita untuk ambil bagian dalam hidup cintakasih-Nya. Kita diciptakan menurut gambar dan kesamaan-Nya (Kej 1:26), supaya kita dapat ambil bagian dalam hidup cintakasih itu.

Allah mengasihi kita. Namun cintakasih Allah berbeda dengan cinta manusia. Cinta manusia ditujukan kepada sesuatu yang baik yang sudah ada dalam diri orang lain. Kita mencintai karena orang itu baik hati, karena dia pandai, punya bakat musik, dll, pokoknya memiliki suatu sifat yang baik. Tetapi kasih Allah itu lain sekali. Kasih-Nya bersifat kreatif. Ia mengasihi kita bukan karena kita baik, bukan karena kita penuh kebajikan, tetapi Ia mengasihi kita, karena Allah adalah kasih. Karena dikasihi kita menjadi baik, asal kita mau menerima kasih itu. Karena dikasihi kita menjadi indah, menjadi berkebajikan. Seperti dikatakan Santo Yohanes Salib, "Allah memandang kita dan dengan satu pandangan Ia mencetak keindahan-Nya sendiri ke dalam diri kita". Dalam hal ini, bila kita berhati terbuka, jiwa kita bagaikan suatu film yang mampu merekam keindahan, kebaikan dan kemurahan Allah di dalam diri kita. Karenanya semakin kita membiarkan diri dikasihi Allah, semakin berkembanglah dalam diri kita segala kebaikan dan kebajikan.

Karena Allah mengasihi kita, maka segala sesuatu yang direncanakan-Nya bagi kita adalah indah semua. Apa yang dikehendaki- Nya adalah yang baik saja bagi kita. Tak mungkin Ia merencanakan sesuatu yang jahat untuk kita, "Aku ini tahu rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan penuh harapan" (Yer 29: 11). Karena "Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal" (Yer 31:3).

Kasih adalah atribut atau sifat Allah yang paling utama. Itulah sifat Allah yang utama yang diwahukan Tuhan Yesus kepada kita. Karena itu Santo Yohanes, di bawah ilham Roh Kudus, ketika merumuskan sifat Allah yang utama, mengatakan, bahwa "Allah adalah kasih" (1 Yoh 4:8.16). Di dalam Allah kita dapati persekutuan hidup yang sempurna dalam cintakasih yang sempurna pula sejak semula. Ke dalam aliran cintakasih abadi inilah kita semua dipanggil untuk ambil bagian, ketika kita dipanggil menjadi anak- anak Allah.