User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 
Aku percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya (Mzm. 52:10)

Tulisan ini bertujuan untuk menyadarkan kita akan kesempurnaan dan kelimpahruahan kasih Allah yang telah dicurahkan kepada kita. Allah adalah kunci untuk menjalani hidup yang penuh arti ini. Betapa Ia mencintai kita dan kita hidup dalam kuasa cinta-Nya. Allah membenarkan kita, membahagiakan kita, mengubah kita. Dialah jawaban yang terakhir, jawaban yang sangat menyeluruh, jawaban yang mengatasi segalanya, dan jawaban yang paling tuntas atas semua pertanyaan yang ada dalam hidup kita dan yang ada di sepanjang sejarah manusia. Kesadaran ini juga akan membuat kita mengerti akan diri kita sendiri. Caranya adalah dengan mengenal siapakah Allah itu dan dengan melihat diri kita sendiri sebagaimana Allah melihatnya. Siapakah aku di mata-Mu, Tuhanku? 

  • Engkau adalah anak-Ku,
  • Engkau adalah kekasih-Ku,
  • Engkau adalah sahabat-Ku,
  • Engkau adalah yang amat Kucintai,
  • Engkau yang Kuciptakan untuk kebahagiaan abadi,
  • Engkau yang Kuciptakan untuk kemuliaan kekal.

Akhirnya, Tuhan meminta kita untuk membiarkan diri kita dikasihi-Nya dan tinggal di dalam kasih-Nya itu. Janganlah menolak-Nya.

Allah – Kunci untuk Menjalani Hidup Kita yang Penuh Arti

     Dalam hidupnya yang singkat ini manusia ingin mengerti arti hidupnya. Hidup kita yang cepat berlalu ini seumur hidup mendesak kita untuk mengerti diri kita sendiri. Inilah kodrat kita sebagai manusia yang membedakan kita dengan binatang. Siapakah saya? Ke mana saya harus melangkah? Apa tujuan hidup saya? Bagaimana saya harus hidup? Mengapa saya ada di dunia ini? Apa yang sedang saya lakukan? Siapakah Allah itu bagi saya? Dan banyak pertanyaan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah pertanyaan yang terakhir, pertanyaan yang paling menyeluruh, dan pertanyaan yang mengatasi segalanya. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu timbul dalam hati kita ini sangat penting dan menuntut jawaban yang tuntas. Dari sinilah hidup kita dibangun. Cara kita hidup ditentukan oleh jawaban yang kita berikan terhadap pertanyaan ini.

Banyak sekali jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan itu. Namun, hanya iman yang dapat memberikan jawaban yang paling tuntas. Jawaban itu terletak pada Allah, Pencipta kita dan Pencipta alam semesta ini. Allah yang mengasihi kita sehabis-habisnya dengan seluruh diri-Nya. Kita adalah anak-Nya. Ia tidak rela kehilangan kita.

Kesadaran akan Allah yang mencintai kita membawa konsekuensi besar dalam hidup kita. Allah menduduki tempat tertinggi dalam hidup kita, Ia adalah segalanya. Kita rela melakukan segala sesuatu untuk mendapatkan Dia. Penemuan akan kasih Allah ini dengan indah dilukiskan dalam Mat. 13:44-46: ”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

Kasih Allah akan membebaskan manusia dari kegelapan, ketakutan, kepahitan, kecemasan, kebingungan, kehampaan, keputus-asaan, penyesalan, dll. Orang yang hidup di dalam Tuhan akan mengalami terang, kebahagiaan, sukacita, kegembiraan, kelepasan, kekuatan, hati penuh syukur, hidup yang berarti, puas akan dirinya, dsb. Hal ini bukan berarti ketiadaan salib (penderitaan atau sakit atau kesulitan), sama sekali tidak. Akan tetapi, orang akan merasakan kebahagiaan dalam menjalani hidupnya, kekuatan di tengah penderitaan, terang di tengah kegelapan, jalan keluar di tengah kesulitan, keteguhan dalam memanggul salibnya setiap hari, jatuh tapi bangkit kembali, bersyukur dalam hal yang baik maupun yang buruk, berani menerima dirinya apa adanya dengan segala kerapuhan dan kelemahannya, dsb. Sedangkan orang yang kaya atau sukses bisa saja mengalami kehampaan, kecemasan, ketakutan, atau kegelapan. Inilah kemanisan kemuliaan surgawi yang telah mulai dirasakan dalam hidup di dunia ini dan akan disempurnakan di surga. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh. 17:3).

Lautan Kasih Allah

1. Kasih Allah kepada kita itu besar (Ef. 2:4).

2. Kasih Allah kepada kita itu mengatasi langit (Mzm. 108:5).

3. Kasih Allah kepada kita itu hebat (Mzm. 117:2).

4. Kasih Allah kepada kita itu ajaib (Mzm. 17:7).

5. Kasih Allah kepada kita itu berlimpah-limpah (Bil. 14:18).

6. Kasih Allah kepada kita itu sabar (Mzm. 86:15).

7. Kasih Allah kepada kita itu murah hati (Luk. 6:36).

8. Kasih Allah kepada kita itu kekal (Yer. 31:3).

9. Kasih Allah kepada kita itu untuk selama-lamanya (1Taw. 16:34).

10. Kasih Allah kepada kita itu tak berkesudahan (Rat. 3:22).

11. Kasih Allah kepada kita itu tidak akan beranjak dari kita (Yes. 54:10).

12. Kasih Allah kepada kita itu menerangi kita (Mzm. 118:27).

13. Kasih Allah kepada kita itu menyegarkan jiwa kita (Mzm. 23:2).

14. Kasih Allah kepada kita itu menyembuhkan kita (Kel. 15:26).

15. Kasih Allah kepada kita itu sangat lebar dan panjang, tinggi dan dalam, melampaui segala pengetahuan (Ef. 3:18).

16. Kasih Allah kepada kita itu mengagumkan karena Ia telah menciptakan kita sebagai manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:26).

17. Kasih Allah kepada kita itu tak terkatakan karena kita mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yoh. 10:10).

18. Kasih Allah kepada kita itu agung karena Ia telah mengaruniakan hidup yang kekal dalam Anak-Nya kepada kita (1Yoh. 5:11).

19. Kasih Allah kepada kita itu bukan dongeng karena Ia tidak akan membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan kita. Pada waktu kita dicobai Ia akan memberikan kepada kita jalan ke luar, sehingga kita dapat menanggungnya (1Kor. 10:13).

20. Kasih Allah kepada kita itu setia karena Ia akan menguatkan hati kita dan memelihara kita terhadap yang jahat (2Tes. 3:3).

21. Kasih Allah kepada kita itu sangat terbukti sebagai penolong dalam kesesakan (Mzm. 46:2).

22. Kasih Allah kepada kita itu dapat diandalkan karena Ia menjadi benteng hidup kita (Mzm. 27:1), menjadi perisai yang kuat dan sandaran yang kokoh, naungan dan perlindungan kita (Sir. 34:16-17).

23. Kasih Allah kepada kita itu bukan isapan jempol karena Ia menyertai kita (Yes. 43:5), tidak meninggalkan kita (Yes. 41:17), dan tidak melupakan kita (Yes. 49:15-16).

24. Kasih Allah kepada kita itu tidak perlu diragukan karena memelihara hidup kita (1Ptr. 5:7) dan mencukupi seluruh kebutuhan hidup kita (Mat. 6:32).

25. Kasih Allah kepada kita itu indah karena Ia telah merancang bagi kita damai sejahtera dan hari depan yang penuh harapan (Yer. 29:11).

26. Kasih Allah kepada kita itu menguatkan karena Ia menolong kita, Ia memegang kita dengan tangan kanan-Nya yang membawa kemenangan (Yes. 41:10).

27. Kasih Allah kepada kita itu mempesonakan karena kita mulia dan berharga di mata-Nya (Yes. 43:4).

28. Kasih Allah kepada kita itu tak terselami karena Allah menyediakan bagi kita apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia (1Kor. 2:9).

29. Kasih Allah kepada kita itu tidak terbayangkan karena Yesus telah memberikan kepada kita kemuliaan, yang Bapa berikan kepada-Nya (Yoh. 17:22).

30. Kasih Allah kepada kita itu melampaui pemikiran karena Ia menjadikan diri kita bait-Nya dan Ia diam di dalam kita (1Kor. 3:16).

31. Kasih Allah kepada kita itu menyelamatkan karena Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih (Kol. 1:13).

32. Kasih Allah kepada kita itu melimpah-limpah karena Ia telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita, Ia telah membangkitkan kita dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di surga (Ef. 2:4-7).

33. Kasih Allah kepada kita itu meluap-luap sampai-sampai Ia tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua (Rm. 8:32).

34. Kasih Allah kepada kita itu begitu besar, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya kita yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16).

35. Kasih Allah kepada kita itu tulus seperti kasih seorang gembala yang baik (Mzm. 23) yang memberikan nyawa bagi domba-dombanya (Yoh. 10:11).

36. Kasih Allah kepada kita itu tak terhingga karena Ia memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabat-Nya (Yoh. 15:13-15).

37. Kasih Allah kepada kita itu penuh kerahiman karena Ia menghapus segala dosa kita seperti kabut diterbangkan angin (Yes. 44:22), tidak mengingat-ingat lagi (Yes. 43:25), dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yoh. 1:9).

38. Kasih Allah kepada kita itu mulia karena telah ditunjukkan ketika kita masih berdosa (Rm. 5:8).

39. Kasih Allah kepada kita itu tidak terukur karena Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka (Rm. 5:6).

40. Kasih Allah kepada kita itu dianugerahkan sehabis-habisnya, bahkan sampai Ia mati di kayu salib (Flp. 2:8).

41. Kasih Allah kepada kita itu sempurna sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah (1Yoh. 3:1).

42. Kasih Allah kepada kita itu tak terbatas karena Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya (Ef. 1:5).

43. Kasih Allah kepada kita itu luar biasa karena Ia menjadi Bapa kita (2Kor. 6:18).

44. Kasih Allah kepada kita itu seperti Bapa telah mengasihi Yesus (Yoh. 15:9).

45. Kasih Allah kepada kita itu mengatasi segala sesuatu karena kita lebih daripada orang-orang yang menang (Rm. 8:37).

46. Kasih Allah kepada kita itu lebih baik daripada hidup (Mzm. 63:4).

47. Kasih Allah kepada kita itu tidak akan dapat dipisahkan oleh siapapun (Rm. 8:39).

48. Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita (Rm. 5:5).

Karena Allah adalah kasih (1Yoh. 4:16).

Membiarkan Diri Kita Dibanjiri Kasihi-Nya

     Saat ini Tuhan berkata kepada kita: “Biarkanlah Aku mengasihimu. Terimalah kasih-Ku itu dan tinggallah di dalam-Nya. Aku berharap engkau tidak menolak Aku.”

Kesaksian Para Kudus: Mengasihi Allah dan Hidup Bagi Allah

Kita telah terpukau oleh Allah dan percaya kepada-Nya, tentu akan timbul dalam hati kita pertanyaan ini:

Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku? (Mzm. 116:12)

Yesus berkata: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Mrk. 12:29-31)

      Cinta hanya dapat dibalas dengan cinta. Itulah pesan Yesus yang dihayati dalam hidup para kudus, teladan kita. Rahasia para kudus ini adalah percaya akan kasih Allah, terbuka, dan membiarkan diri dipenuhi oleh kasih itu, dikuduskan oleh api cinta yang mengubah itu. Para kudus tidak menjadi suci karena usaha dan kekuatan mereka semata-mata. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama itu (apalagi yang melukai kita atau musuh) sangat-sangat sulit, bahkan mustahil. Para kudus dapat mengasihi karena Allah sendirilah yang menganugerahkan kemampuan ini. Mereka dapat memberi karena telah menerima. Jadi, sumbernya adalah Allah sendiri. Itulah sebabnya Rasul Yohanes berkata, “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1Yoh. 4:10). Mari kita lihat kesaksian hidup para kudus:

St. Theresia Lisieux:

- O Yesus, saya tahu Cinta hanya dapat dibalas dengan cinta, maka saya sudah menemukan alat untuk memuaskan hatiku dengan memberikan cinta kepada Cinta-Mu.

- Hanya cinta kasih dapat membuat kita berkenan kepada Tuhan.

- Karunia-karunia yang paling sempurna pun tidak berarti sedikit pun tanpa cinta, bahwa cinta kasihlah jalan yang paling luhur dan pasti menuju Tuhan.

- Wahai Sang Cinta, ciptakanlah dalam diriku segala cintakasih yang Kauingini: Datanglah kiranya Kau sendiri dan mencintalah di dalam diriku, seperti yang Kauingini dan sebanyak yang Kaukehendaki.

- Aku tidak mengenal cara lain untuk mencapai kesempurnaan selain cinta kasih. Mencintai! Untuk itulah hati kita diciptakan. Kadang-kadang kucari kata lain untuk mengungkapkan cinta kasih, tetapi di tanah pembuangan ini kata-kata tidak mampu menyatakan semua getaran jiwa. Maka tidak ada jalan lain kecuali tetap memakai satu kata ini: mencintai!

- Hanya satu hal yang perlu dikerjakan pada malam kehidupan ini, satu-satunya malam yang tidak kembali lagi, yaitu mencintai Yesus dengan seluruh kekuatan hati kita dan menyelamatkan bagi-Nya jiwa-jiwa supaya Ia dicintai. O, membuat agar Yesus dicintai!

- Saya merasa diriku dicintai dan aku juga berkata aku mencintai Engkau dan aku menyerahkan diriku kepada-Mu untuk selamanya.

St. Teresa Avila:

- Ya Allahku dan Tuhanku, aku selalu menerima daripada-Mu anugerah-anugerah cinta yang jauh melebihi apa saja yang dapat aku mohon atau rindukan. Maka apa yang masih dapat kumohon kepada-Mu? Ya Allahku, berikanlah kepadaku sesuatu yang dapat kuberikan kepada-Mu, agar aku dapat melunasi sedikit hutangku kepada-Mu. Ingatlah, bahwa aku ciptaan-Mu, agar aku dapat menyadari siapa Penciptaku dan dapat mencintainya. Jadikanlah cinta-Mu satu dengan cintaku kepada-Mu.

St. Paulus:

- Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih karunia Allah (Gal. 2:20-21).

- Bagiku hidup adalah Kristus (Flp. 1:21).

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting