User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Seringkali urutan rahmat ini berlipat ganda. Coba bayangkanlah sebentar bahwa Anda adalah seorang budak yang sedang dijual atau dilelang. Penawar tertinggi akan membeli anda dan kemudian memberitahukan bahwa anda bukan lagi seorang budak, tetapi menjadi seorang yang merdeka. Ini adalah suatu analogi dari rahmat keselamatan yang telah kita terima. Rahmat ini menyebabkan timbulnya rahmat-rahmat aktual yang lain, yang akhirnya membantu perkembangan rahmat pengudus. S. Paulus menggambarkan urutan ketiga langkah ini, “Rahmat Allah yang membawa keselamatan telah datang kepada semua orang. Dia mengajar kita untuk mengatakan ‘Tidak’ kepada kefasikan dan kesenangan-kesenangan duniawi, dan untuk hidup secara bijaksana, adil, dan beribadah kepada Tuhan” (bdk. Tit. 2:11-12).

Namun kemudian setelah dibebaskan dari perbudakan, Anda menjadi seorang penjahat yang sekarang sedang menunggu keputusan hukuman mati karena suatu kejahatan. Akan tetapi, secara tiba-tiba diberitahukan bahwa kejahatan anda diampuni. Anda tidak hanya diselamatkan dari kematian, tetapi juga telah diampuni segala kejahatannya. Situasi ini menggambarkan rahmat keselamatan yang diberikan oleh Tuhan, yang diikuti oleh rahmat pengampunan, yang kemudian diikuti oleh banyak lagi rahmat dan karunia ilahi. Paulus melukiskan urutan berganda ini, “Dalam Kristus kita beroleh penebusan dan pengampunan menurut kekayaan kasih dan rahmat-Nya, yang dilimpahkan kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian” (Ef. 1:7).

Seperti sumbangan yang diberikan kepada orang-orang terlantar, rahmat juga diberikan kepada kita oleh Allah secara cuma-cuma. Tidak ada cara untuk dapat memperolehnya, meskipun bila kita sangat menginginkannya. S. Paulus menegaskan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu sehingga jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef. 2:8-9). Akan tetapi terhadap rahmat yang diberikan, kita dapat menggunakannya, mengabaikannya, menolaknya bahkan menghilangkannya. Jika seseorang yang ceroboh menghilangkan uang yang diberikan kepadanya atau menghabiskan uang itu untuk minuman keras atau obat terlarang, maka si pemberi uang akan sangat kecewa. Begitu pula kita! Kita tidak boleh menyia-nyiakan segala rahmat dan karunia Allah yang sangat berharga, tetapi kita harus mengembangkannya. S. Paulus menegaskan dalam 2Kor 6:1, “Kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.”

S. Agustinus menunjukkan suatu bagian yang penting dalam menerima rahmat, “Allah memberi ketika Dia menemukan tangan-tangan yang terbuka.” Ketika tangan kita penuh dengan banyak barang, bagaimana mungkin kita dapat menerima hadiah lainnya? Jika kita dibebani oleh segala kesenangan-kesenangan duniawi, bagaimana kita dapat menerima rahmat yang berlimpah dari tangan Allah? S. Yakobus memperingatkan, “Setiap orang yang memilih persahabatan dengan dunia menjadi musuh Allah” (bdk. Yak. 4:4).

Hanya jika kita dapat melihat “Kekayaan kasih karunia Allah yang berlimpah-limpah,” maka dengan berbagai cara akan dicurahkan hujan rahmat kepada kita masing-masing. Seperti para pengembara kehausan di padang gurun yang menikmati air hujan yang turun dengan derasnya, kita akan berusaha keras untuk memperoleh setiap tetesan hujan rahmat dari hati Allah yang penuh cinta sehingga kita akan hidup dan berkembang dalam kasih karunia Allah. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menyenangkan hati Allah selain melimpahkan segala kasih karunia dan rahmat-Nya kepada kita, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu, malahan berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

 

(Sumber The Art of Loving God; by John H. Hampsch, CMF. Diterjemahkan oleh: Sr. Marie Alphonsa, P. Karm)

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting