User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

1. Dimensi Teologal-Kristologis

Dimensi ini menunjukkan bahwa sasaran subyek yang terkena akibat dosa kita adalah Allah sendiri yang hadir dalam Putera-Nya, Yesus Kristus. Orang Kristen yang sejati adalah orang yang memusatkan hidupnya hanya kepada Yesus atau menjadikan Yesus Kristus sebagai pusat hidupnya. Oleh karena itu segala perbuatan, pikiran dan kehendak kita haruslah sesuai dengan perbuatan, pikiran dan kehendak Kristus yang dapat kita ketahui secara jelas dalam Kitab Suci. Dengan berbuat dosa berarti manusia menolak Kristus, melakukan perlawanan terhadap Kristus dan tidak menghargai Allah dan hidup-Nya dalam Kristus. Walaupun Allah adalah Mahakudus dan tidak pernah dapat menjadi hina, tetapi manusia telah menghinanya karena perbuatan dosa itu. Siapakah kita ini sampai melakukan perbuatan seperti itu?

2. Dimensi Sosial-Ekiesial

Setiap perbuatan manusia memiliki dimensi sosial yang artinya dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sosialnya, demikian pula suatu perbuatan dosa. Misalnya satu dosa melanggar cinta kasih kepada sesama bisa menghambat perkembangan pribadi orang lain, suasana dalam lingkungan menjadi tidak enak dan sebagainya. Kita sudah mengetahui bahwa Yesus Kristus dan Roh-Nya hadir dalam diri setiap orang, khususnya orang Kristen. Sehingga kalau dosa adalah menolak Kristus berarti dia juga menolak semua orang yang lain. Dengan kata lain, dosa kepada Allah juga melukai sesama kita. Seperti dikatakan dalam pengakuan anak yang hilang dalam Luk. 15:18, “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku, dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa.” Jadi bila seseorang berbuat dosa, dia juga melukai Gereja. Ingatlah bahwa Gereja adalah kumpulan umat Allah, bukan bangunan gereja itu. Melukai Gereja berarti melukai demikian banyak sesama, baik yang sudah kita kenal maupun yang belum kita kenal, baik yang kita benci maupun yang kita kasihi. Kalau dia belum bertobat dan mengakukan dosanya, dia hadir dalam perayaan di gereja secara fisik saja, tidak dengan hati yang tulus (bdk. LG. 14). Tentunya kita dapat menduga, kalau begitu apakah kehadirannya dalam perayaan gerejani itu ada manfaatnya kalau dia belum bertobat dan mengaku dosa?

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting