User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

3.  Teologi Perayaan Natal

Secara singkat dapat dikatakan bahwa Perayaan Natal mau menggarisbawahi Misteri Kedatangan Tuhan Yesus, Putra Allah dalam rupa daging manusia yang secara konkret dilahirkan oleh Santa Perawan Maria di Betlehem. Sungguh mau ditekankan di sini data historis misteri inkarnasi, sehingga peristiwa-peristiwa historis yang mengelilingi kelahiran Sang Penebus pun berperanan penting.

Gereja mengajak kita sekalian untuk memandang misteri penyelamatan kita tidak melulu dalam awan interpretasi yang surgawi, justru karena kehadiran Yesus secara manusiawi. Memang objek perayaan tidak terbatas pada nilai historisnya saja sebab di dalamnya penting pula kita melihat keseluruhan gagasan yang mengitari peristiwa itu. Tetapi tetap tak dapat disangkal kenyataan bahwa data historis itu adalah bukti dasar yang sungguh nyata yang mau diwartakan oleh Gereja.

 

a.  Natal sebagai Misteri Keselamatan

Paus Leo Agung menyadari bahwa misteri Natal mempunyai dasar teologis yang sungguh mendalam sehingga menggolongkannya ke dalam tingkat “solemnitas”. Ia selalu berbicara tentang misteri kelahiran Yesus (“Sacramentum nativitatis Christi”) untuk menunjukkan nilai yang menyelamatkan dari peristiwa kelahiran itu, dan sekaligus menghayatinya tidak sekedar sebagai fakta masa lampau tetapi yang terus menerus menjadi baru bagi yang hidup sekarang ini. “Sang Sabda telah menjadi daging…” (Yoh 1:14).

Kalau Natal adalah Misteri (Sakramen) Keselamatan maka harus dilihat pula sebagai titik awal Misteri Paskah di mana “daging” yang hadir di tengah kita akan menjadi kurban sembelihan bagi Allah untuk menghapus dosa dunia.

Santo Leo Agung sebagai Paus di masa konsili di Kalsedon berjasa besar bagi pendasaran teologis misteri Inkarnasi yang diungkapkannya sebagai “pernyataan diri Tuhan dalam rupa daging” dan hal ini menjadi argumen dasar melawan penafsiran-penafsiran keliru berbagai aliran: gnostisisme, arianisme, docetisme, manikeisme, dan monofisitisme.

 

b. Natal sebagai Persilangan yang Menakjubkan Antara Kodrat Ilahi

     dan Kodrat Manusiawi

Singkatnya dapat dikatakan: Allah menjadi manusia supaya manusia menjadi Allah. Inisiatif pertama datang dari Allah lewat misteri Inkarnasi Kristus: Sang Sabda telah mengambil apa yang menjadi milik kita supaya memberikan kepada kita apa yang menjadi milik-Nya.

Tindakan berikutnya merupakan ungkapan partisipasi kita selama hidup ini pada kodrat ilahi Sang Sabda: Penyelamat dunia yang baru ini lahir telah memberikan kita warisan sebagai anak-anak Allah (bdk. rumusan doa Ekaristi hari Natal).

 

 

c. Natal Berkaitan dengan Misteri Paskah

“Putra Allah telah memilih bagi diri-Nya tubuh manusiawi supaya mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban yang sungguh-sungguh dan bersifat pribadi kepada Allah Bapa” (Ibr 10: 5-10).

Baik di dalam misteri Natal maupun misteri Paskah kita melihat bahwa dasarnya satu dan sama, yakni perayaan penebus kita. Tetapi Natal lebih sebagai perayaan kelahiran karya penebusan, dan Paskah merupakan perayaan kekuatan penebusan.

Liturgi Natal mengungkapkan secara jelas ikatan misteri Paskah di dalam:

Bacaan kedua Ekaristi Malam, Tit 2: 14

Bacaan kedua Ekaristi Siang, Ibr 1: 1-6

Prefasi Natal

 

Dalam keseluruhan pandangan teologis perayaan Natal kita melihat bahwa Natal sekaligus merupakan awal mula kehidupan Gereja. “Kelahiran Kristus adalah pokok pangkal kelahiran baru segenap umat Kristiani: kelahiran Kepala, adalah awal kelahiran semua anggota Tubuh Mistik”, demikian ungkapan Santo Leo Agung.

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting