Print
Hits: 8739

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Dewasa ini banyak orang Katolik yang diserang “Kekatolikkan’nya oleh kalangan-kalangan Kristen lain tertentu. Sayangnya, banyak dan mereka yang tidak sanggup membela imannya, sekaligus menerangkan apa yang sebenarnya menjadi kepercayaan dan ajaran Gereja Katolik. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, akibat ketidaktahuan, mereka malahan terpengaruh dan kemudian meninggalkan Gereja Katolik dan berbalik menjadi salah satu anggota baru gerakan anti-Katolik yang militan dan fanatik.

Apakah ini sesuatu yang merugikan? Di satu pihak jelas merugikan karena Gereja kehilangan beberapa umatnya. Namun di pihak lain, ini juga merupakan pelajaran sekaligus shock yang membangunkan Gereja Katolik sendiri dan tidurnya yang panjang dan menyadarkannya akan bahaya-bahaya masa kini, suatu masa yang paling liar dalam sejarah umat manusia. Suatu masa dengan aliran-aliran penyesatan yang mencapai puncaknya seperti: Materialisme, rasionalisme, spiritualisme-spiritualisme timur tertentu, paham-paham New Age, dan, tentu saja, ‘kejutan’ dan saudaranya sendiri dari kalangan Kristen yang lain ini. Raksasa Gereja Katolik mulai bangun dan tidurnya yang panjang.

Kenalilah Iman Anda

Artikel ini ditujukan bagi anda yang termasuk anggota dan tubuh ‘Raksasa’ ini, anggota dan Gereja terbesar di seluruh dunia dengan anggota lebih dan satu milyar jiwa. Dengan iman dan tradisi yang kaya luar biasa serta struktur hierarkhi yang diakui sebagai yang paling luas dan mencakup seluruh dunia. Bagi anda yang mendapat serangan atau akan mendapat serangan dan mereka yang anti-Katolik, yang mungkin adalah anggota keluarga Anda sendiri, orang-orang yang paling Anda kasihi, sahabat Anda. Anda perlu untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini untuk menghadapi mereka: Iman Katolik, iman Anda dan saya, bukanlah iman yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Ini harus benar-benar diketahui: iman kita merupakan iman yang hidup dan sudah teruji selama hampir 2000 tahun. Gereja Katolik didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri di atas batu karang Petrus sebagai Paus yang Pertama. Dan setelah Petrus selalu ada Paus pengganti sampai sekarang ini. Paus Benediktus XVI adalah Paus ke 265 (Anda bisa mengeceknya sendiri dengan menanyakannya kepada pastor paroki setempat atau keuskupan). Begitu kuatnya dasar Gereja, yaitu Yesus Kristus sendiri, dengan batu karang sebagai landasannya sehingga badai topan sekencang apa pun tidak membuat gereja Katolik runtuh. Ini sudah terbukti dalam kurun waktu kurang lebih 2000 tahun.

Iman Katolik adalah iman yang benar-benar kuat dan kokoh baik dalam ajaran-ajaran maupun penerapannya. Ia (iman Katolik) sungguh-sungguh mendasarkan ajarannya di atas Kitab Suci dan tradisi. Tradisi itu pun tidak bertentangan dengan Kitab Suci. Bukti-bukti dan argumen-argumen yang membuktikan bahwa Tradisi Gereja tidak pemah bertentangan dengan Kitab Suci dapat dengan mudah ditemukan secar lisan maupun tulisan, asalkan Anda mau mencarinya.

Ya, yang perlu Anda lakukan sekarang adalah membaca, mendengarkan, belajar, dan setelah itu cobalah untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Doa, sakramen-sakramen, khususnya Ekaristi dan Pengakuan Dosa, dan pembacaan Kitab Suci secara teratur akan sangat membantu menumbuhkan dan menguatkan iman Anda. Secara khusus, Anda juga bisa membaca literatur-literatur yang menjelaskan iman Katolik yang sejati, khususnya Katekismus Gereja Katolik, ensiklik-ensiklik kepausan, dan yang sangat baik dan penting: Dokumen Konsili Vatikan II. Jika buku-buku ini terjalu sulit ditemukan atau bila Anda tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca, Anda bisa mencari literatur-literatur lain yang sangat membantu, misalnya: Mempertanggung-jawabkan iman Katolik jilid I-V. oleh Rm. Pidyarto, dsb. Selain sumber tulisan, Anda juga bisa mengikuti retret-retret atau seminar- seminar Katolik, pendalaman Kitab Suci, dsb. Lebih baik lagi bila Anda mencari seorang pembimbing rohani yang kompeten, yang selalu siap dan sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan iman Katolik. Jika Anda sungguh-sungguh mendalami dan mengamalkan ajaran iman Gereja, saya yakin Anda akan menemukan kebenaran dan kekayaan luar biasa yang terkandung di dalamnya.

Satu catatan lain, bila pada suatu ketika Anda menghadapi suatu pertanyaan yang tidak bisa Anda jawab, janganlah malu untuk mengatakan, “Saya tidak tahu." Dengan demikian selalu Anda terlepas dari bahaya salah jawab. Anda bisa menyambung dengan mengatakan kepada lawan bicara Anda bahwa Anda akan mencari penjelasan yang lanjut. Dengan mengatakan bahwa Anda tidak tahu, Anda juga telah mempraktekkan kerendahan hati sekaligus tetap setia kepada iman Anda. 


Kenalilah Lawan Bicara Anda

Anda harus tahu bahwa tujuan utama lawan bicara Anda, orang-orang anti-Katolik, sebenarnya adalah untuk ‘mempertobatkan’ Anda. Kita, orang Katolik, dianggap mereka sebagai orang-orang sesat, penyembah berhala, dan sebagainya. Motivasi mereka sebenarnya baik, hanya pengertian mereka itu yang keliru sama sekali. Kekeliruan dan kesalahpahaman inilah yang perlu kita luruskan.

Yang perlu kita sadari pertama-tama adalah kebenaran bahwa kita bukanlah pihak yang menyerang, melainkan pihak ‘yang membela diri’. Ini penting, sebab bila kita menyerang balik, apa bedanya kita dengan mereka. Lagi pula, tidak seorang pun yang berhak menghakimi saudaranya (Rm 14:1O).

Dengan kesadaran ini kita harus berhati-hati jangan sampai kita terjerumus ke dalam jebakan iblis yang ingin memperdalam luka akibat perpecahan dalam Gereja. Dengan kesadaran ini pulalah, kita perlu mengetahui apa sebenamya yang mereka anggap keliru dalam Gereja kita.

Carilah literatur-literatur mereka yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang sering dilontarkan mereka. Dengan demiklan kita bisa menyiapkan diri jauh sebeluninya, membela din dengan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi.

Berdoalah, Mohon Roh Kudus

Inilah yang paling penting dan memang sengaja saya tempatkan terakhir karena
langkah ke 3 ini sudah mencakup kedua langkah di atas. Mengapa...?

a. Roh Kudus adalah Roh Pemersatu

Dengan memohonkan kehadiran Roh Kudus didalam din Anda, Anda menghindarkan sikap benci, penolakan, antipati, dsb., yang mungkin akan timbul saat Anda berhadapan dengan orang-orang anti-Katolik. Knistus tidak menghendaki perpecahan dalam umatNya.

b. Roh Kudus adalah Roh Cintakasih

Tujuan utama kita bukanlah membela diri, apalagi memenangkan perdebatan. Yang utama adalah bahwa kita harus bisa mengasihi mereka sebab Roh Kudus juga hadir dalam diri mereka. Ingatlah selalu motivasi sebenarnya dari lawan bicara Anda. Mereka ingin supaya Anda ‘diselamatkan’ juga. Ini akibat kesalahpahaman terhadap ajaran Gereja kita. Yesus juga mengasihi mereka.

c. Roh Kudus adalah Roh yang lembut, tenang, bersahaja, namun sekaligus tegas dan berwibawa.

Mohonlah kepadaNya agar Anda diberikan kelemah-lembutan, ketenangan, dan kesahajaan Yesus, sekaligus ketegasan serta kewibawaanNya. Terkadang kita memang harus tegas, terutama bila lawan bicara Anda temyata keras kepala dan mulai menunjukkan kemarahan. Kalau perlu Anda dapat segera menghentikan pembicaraan. Jangan sampai Anda juga terpancing untuk emosi dan kemudian marah, apalagi sampai menyerang balik, menghina, atau menghakimi. Jika demikian Anda mungkin bisa terjatuh ke dalam dosa. Yesuslah satu-satunya hakim yang benar.

d. Roh Kudus adalah Roh Kebijaksanaan

Mohonlah kepadaNya karunia kebijaksanaan untuk melihat kehendak Bapa yang sebenarnya. Mohonlah agar Ia menerangi akal-budi, pikiran, ingatan, dan terutama kehendak Anda sehingga Anda mampu menjadi saluran kebijaksanaanNya. Dalam hal ini, satu hal yang hams selalu diingat: dalam segala usaha Anda untuk menjelaskan dan meyakinkan lawan bicara Anda, Anda tidak akan berhasil jika Bapa tidak menariknya dan membisikkan kebenaran ke dalam hatinya melalui Roh Kudus. Daripada memaksakan keyakinan Anda akan lebib baiklah berdoa mohon Roh Kudus sendiri yang menjamahnya melalui apa yang Anda sampaikan

Sebagai penutup, izinkan saya menceritakan suatu kisah akan dua orang sahabat, Markus dan Stefanus. Markus dan Stefanus adalah dua orang sahabat yang tak terpisahkan. Persahabatan mereka telah dimulai pada saat mereka masih berada di bangku SMP dan terus berlanjut sampai mereka dewasa dan berkeluarga. Mereka memiliki banyak sekali kesamaan. Secara fisik, mereka berdua dikagumi oleh banyak lawan jenis. Secara intelektual, mereka sama-sama memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Hobby mereka juga sama, olahraga, khususnya sepakbola dan basket. Hanya ada satu perbedaan yang cukup mencolok dan mereka berdua: Markus berasal dan keluarga pendeta Methodis yang sangat kuat suasana kerohaniannya, sedangkan Stefanus dibesarkan dalam keluarga Katolik yang tidak terlalu memperhatikan pendidikan kerohanian dalam keluarga. Perbedaan ini rupanya tidak menjadi persoalan yang bisa mengganggu persahabatan mereka.

Demikianlah, mereka terus menjalin persahabatan; belajar bersama, bersenang-senang bersama, kuliah bersama, melewati banyak suka dan duka bersama, dan akhirnya keduanya lulus dan universitas, menemukan pekerjaan dan pasangan hidup masing-masing. Sampai suatu ketika, Markus mengambil keputusan untuk menjadi seorang pendeta, mengikuti jejak ayahnya. Lalu ia mendaftarkan dirmnya ke sekolah tinggi teologi untuk menjadi seorang pendeta.

Di dalam hari-hari studinya, ia mendapatkan suatu kesadaran baru akan betapa pentingnya keselamatan bagi manusia. Saat itu ia mulai berpikir tentang sahabatnya, Stefanus. Pandangan barunya itu menimbulkan suatu kekuatiran akan keselamatan sahabatnya sekaligus membangkitkan hasrat yang menggebu-gebu untuk menginjili sahabatnya dan membuktikan bahwa apa yang dipercayai oleh sahabatnya itu keliru. Mulailah hari-hari yang melelahkan itu. Setiap hari Markus selalu menyempatkan dirinya pergi ke rumah Stefanus, mendesak Stefanus untuk segera bertobat dan menmggalkan kepercayaannya yang sesat itu. Pada permulaannya, Stefanus memang tidak berkeberatan dan bahkan senang bertemu dengan sahabatnya itu. Tetapi ketika hal ini berlanjut terus-menerus selama berminggu-minggu, kesabaran Stefanus mulai menipis.

Sampai suatu malam, ketika Markus, seperti biasanya datang untuk memaksakan hal yang sama, Stefanus menyambutnya dengan raut wajah dingin. Percakapan pada malam itu tidak berlangsung seperti biasanya. Suasana terasa sangat panas dan tegang. Sekali lagi Markus membuka Kitab Sucinya menyerang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang-orang Katolik.

Stefanus yang selama ini diam seribu bahasa karena tidak mampu membalas serangan-serangan Markus terhadap imannya itu tiba-tiba meledak, “Peduli apa kamu pada apa yang aku percayai! Peduli apa kamu kalau aku selamat atau tidak! Aku sudah muak. Muak, tahu?”

Markus tertegun sebentar melihat kemarahan sahabatnya itu, “Tentu saja aku peduli. Kamu sahabatku.”

Stefanus semakin jengkel saja, “Sahabat? Huh, aku tidak punya sahabat yang tahunya cuma cuap-cuap tidak karuan saja,” tukasnya dengan sinis.

Mendengar itu ikut panaslah hati Markus, “Baik, baik. Persetan!”

Dengan kata-kata itu ia berdiri dan pulang membawa sakit hati dan kemarahan yang besar. Berakhirlah persahabatan agung itu. Iblis pun bersorak-sorai.

Siapa sebenamya yang salah? Cobalah untuk merenungkannya. Hal mi sebenarnya tidak perlu terjadi jika ada PENGERTIAN YANG BENAR AKAN IMAN KATOLIK. Ketidaktahuan dan kesalahpahaman akan ajaran iman Katolik telah membutakan banyak orang. Sebagai akibatnya, banyak hubungan penuh cintakasih yang telah dirusakkan olehnya. Masalah iman ini memang sangat sensitif dan membutuhkan banyak kesabaran untuk menjelaskarinya dan Anda tidak mungkin menjelaskan dan mempertanggungjawabkan iman Anda jika Anda sendiri tidak mengerti dan mengalami kebenarannya dalam hidup.

Akhirnya, bila pada suatu ketika Anda sudah benar-benar terdesak dan mulai ragu-ragu akibat serangan-serangan yang berusaha menjatuhkan iman Anda, berdoalah bersama para rasul, ‘Tambahlah iman kami.” Bertekunlah sampai akhir dan semoga Tuhan memberkati Anda dan menambah iman Anda. Amin.