User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active

Article Index

Kebutuhan Sakramen Pertobatan

Paulus mengatakan dalam suratnya kepada umat di Roma, ”di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rm 5:20). Kasih karunia Allah itu tetap melimpah, walaupun manusia berada dalam himpitan dosa. Akan tetapi, hal itu tidak berarti manusia boleh tetap tenggelam dalam kubangan dosa dengan harapan kasih Allah pasti akan dicurahkan secara melimpah. Ini adalah harapan naif. Di sini dibutuhkan usaha dari manusia bersama dengan harapan akan rahmat Allah yang bekerja dalam dirinya.

Jaman sekarang dosa semakin melimpah. Ini mau menunjukkan rahmat Allah juga melimpah dan usaha manusia harus semakin lebih lagi untuk menghindari himpitan dosa. Maka, kebutuhan akan rekonsiliasi dengan Allah harus semakin lebih lagi. Namun, di tengah kesadaran akan kehilangan rasa dosa, maka perlu dibangun kembali suatu kesadaran baru dalam hati manusia akan sengatan dosa dan kebutuhan akan keselamatan dalam Yesus Kristus.

Oleh sebab itu, kebutuhan akan Sakramen Pertobatan menjadi sesuatu yang mendesak. Nabi Yoel dalam kitabnya mendesak umat untuk sesegera mungkin berbalik kepada Allah. Jangan ditunda-tunda, sekali lagi jangan ditunda-tunda.

”’Tetapi sekarang juga,’ demikianlah firman TUHAN, ’berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.’ Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (Yoel 2:12a.13).

Hal yang sama juga ditegaskan dalam Perjanjian Baru setelah Yohanes Pembaptis yang muncul mewartakan pertobatan ditangkap. Yesus tampil mewartakan Kerajaan Allah dan pertobatan. ”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk 1:14). ”Waktunya telah genap”, ”saatnya telah tiba”, ”sekarang juga” kita harus berbalik kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa tindakan berbalik kepada Allah tidak boleh ditunda-tunda.

Pertobatan menjadi seruan yang harus selalu digemakan oleh orang-orang Kristiani sepanjang zaman. Bahkan, seruan ini harus semakin bergema dari saat ke saat. Gereja Katolik memiliki sarana istimewa dimana manusia yang berdosa memperoleh pengampunan dari Allah, yaitu Sakramen Pengakuan Dosa. Supaya orang-orang dewasa ini memahami sakramen ini maka perlu menekankan beberapa dimensi:

Pertama, dimensi misteri Paskah atau hubungan pertobatan dengan kebangkitan Kristus. Sakramen Pertobatan adalah perjumpaan pribadi antara manusia yang berdosa dengan Tuhan yang Maharahim. Misteri Paskah (Kristus yang telah wafat dan bangkit) menjadi landasan perjumpaan ini. Inilah spiritualitas yang mendasari sakramen ini.

Kedua, dimensi eklesial. Dosa tidak saja memiliki efek bagi pribadi seseorang tetapi, juga bagi Gereja. Dengan berdosa seorang Kristiani melukai hubungannya dengan Gereja. Maka, pertobatan adalah rekonsiliasi tidak hanya dengan Allah dan diri sendiri, tetapi juga dengan Gereja sebagai komunitas keselamatan.

Ketiga, dimensi liturgis. Liturgi adalah perayaan mewartakan sabda dan membangkitkan iman. Pelaksanaan Sakramen Pengampunan Dosa perlu mengambil bentuk-bentuk liturgi yang membantu umat mendalami makna pertobatan.

Keempat, dimensi personal. Pertabatan hendaknya menjadi titik tolak pembaruan hidup personal. Tidak cukup orang masuk ke ruang pengakuan, lalu mengakukan dosa-dosanya, tetapi harus ada niat pembaruan diri setiap hari.

Kelima, dimensi historis. Peristiwa pertobatan terjadi dalam sejarah hidup seseorang sebagai sebuah proses. Pertobatan adalah momen penting dimana seseorang berusaha melawan kuasa dosa dan mengarahkan hidupnya menuju panggilan Allah. Peristiwa pertobatan adalah peristiwa historis dimana panggilan menuju kepenuhan hidup Kristus dipenuhi.

 

Penutup

Dosa di satu pihak semakin mengerikan dewasa ini. Kehilangan rasa dosa membuat orang-orang Kristiani terjebak dalam pandangan dan bentuk hidup yang dilahirkan individualisme dan materialisme. Akan tetapi, di tengah situasi ini Yesus Kristus selalu mencurahkan kasih karunia-Nya kepada umat. Kasih karunia itu terutama disediakan Allah melalui Gereja-Nya, antara lain dalam Sakramen Pertobatan. Mari kita menanggalkan dosa-dosa kita dan mengenakan Yesus Kristus. Mari kita mati bersama Dia agar kita ikut bangkit bersama Dia pula dalam Paskah. ”Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rm 5:20). Inilah saat yang tepat bagi kita untuk dilahirkan menjadi manusia baru dalam diri Yesus Kristus.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting