User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Article Index

7.  Ayah Teresia Menderita Sakit

Teresia merasakan penderitaan dan cobaan yang besar ketika ia berada dalam biara, yaitu ketika ayahnya sakit, pada awalnya ayahnya mendapat serangan yang mengakibatkan kelumpuhan pada kakinya. Penderitaan yang lebih hebat lagi bagi Teresia adalah kenyataan bahwa ayahnya kemudian mengalami sakit jiwa. Teresia mengatakan tentang penderitaannya, “Betapa manisnya derita kita yang besar itu karena dan hati kita hanya tercetus doa-doa syukur dan kasih...” Kerinduan Teresia akan penderitaan telah dipenuhi. Kegersangan doapun menjadi rejeki sehari-hari. Meskipun ia dilucuti dan semua penghiburan, namun Teresia menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini.

8.    Teresia Mengalami Penderitaan karena Sikap Keras dar pemimpinnya yaitu Sr. Maria Gonzaga

Muder Maria Gonzaga adalah pimpinan biara Karmel waktu itu. Muder ini mempunyai watak sifat yang keras, mau menangnya sendiri dalam memimpin biara. Ia sulit bergaul dan sulit menerima pandangan dari orang lain. Ia adalah seorang yang haus akan kekuasaan dan kehormatan. Perangai priorinnya ini menyebabkan Teresia banyak menderita terutama masa awal hidupnya di biara Karmel. Ia sering ditegur dalam hal-hal sepele. Muder itu marah karena Teresia terlalu lamban dalam bekerja. Ia melarang Teresia untuk mencabut rumput karena pekerjaan itu terlalu ringan. Ia menyuruh Teresia membersihkan lantai kembali kalau kurang bersih. Teresia merasakan bahwa Allah yang baik telah banyak berbicara lewat priorinnya ini. Teresia merasa bahwa ia dibentuk melalui priorinnya. Banyak suster-suster lain menganggap bahwa Muder Maria Gonzaga itu memanjakan Teresia, padahal tidaklah demikian. Justru sebaliknya, Teresia banyak mengalami penghinaan dan kekerasan dan priorinnya itu, namun dengan iman Teresia melihat tangan Tuhan yang bekerja lewat priorinnya. Teresia bertumbuh dan berkembang lewat penghinaan yang dialaminya.

9. Penderitaan dari Sesama Susternya

Teresia mengatakan bahwa dalam komunitasnya ada seorang suster yang mempunyai pembawaan menjengkelkan dia dalam segala hal. Tingkah lakunya, kata-katanya, wataknya, dianggapnya tidak menyenangkan. Hal itu membawa penderitaan bagi Teresia. Namun ia tidak mau menyerah kepada perasan antipatinya. Teresia mengatakan bahwa cinta kepada sesama tidak terletak pada perasaan tetapi dalam perbuatan. Maka sejak saat itu Teresia berusaha untuk bersikap sama seperti kepada orang yang paling ia kasihi terhadap suster tersebut. Melalui ungkapannya itu Teresia menyadari bahwa kasih kepada sesama merupakan bukti yang kuat bahwa Allah hadir didalamnya. Kasih sejati kepada sesama diwujudkan secara konkrit dalam kasih kepada sesama. Mengasihi sesama tanpa perkecualian. Kasih yang sejati berarti mengasihi semua orang tanpa membedakan, baik yang simpati maupun yang tidak simpati.

10.  Kekeringan dan Kegersangan dalam Doa yang Dialami oleh Teresia

Selama tujuh tahun Teresia sering duduk mengantuk selama jam-jam doa hening dan ucapan syukur setelah misa. Teresia tidak merasa cemas dengan kelemahannya itu namun ia berpikir bahwa Allah itu seperti orangtua yang menyayangi anaknya baik waktu tidur maupun waktu berjaga. Dan akhirnya ganti dan kesedihan hatinya, ia malahan senang karenanya, sebab Tuhan mengenal kerapuhan kita dan sungguh mengetahui bahwa kita hanya debu belaka. Kadang-kadang bila kekeringan besar meliputi diri Teresia, sehingga tak ada satu pikiran pun timbul dan mendorong kepada persatuan dengan Allah yang baik, maka dengan amat perlahan-lahan ia mendoakan Bapa kami disusul Salam Maria. Doa ini mengharukan hatinya dan sungguh menghidupkan lebih daripada bila ia seratus kali mengucapkannya tanpa berpikir.

Kita telah melihat berbagai penderitaan yang dialami oleh S. Teresia dan Lisieux. Dalam menghadapi penderitaannya Teresia bersikap penuh iman dan menyerahkan diri secara total kepada Allah yang penuh belaskasihan kepada kita. Demikian juga bila kita mengalami penderitaan karena berpisah dengan orang yang paling kita kasihi, tidak dimengerti orang lain, dihina, direndahkan, ditolak, diperlakukan dengan kasar, menderita sakit penyakit, menghadapi orang yang sulit dan tidak menyenangkan, mengalami godaan, cobaan, kekeringan dan kegersangan dalam doa dan lain-lain. Kita diajak untuk hidup dalam iman. Iman adalah jawaban ya kepada Allah. Beriman berarti percaya dengan segenap hati dan menyerahkan diri kepada Allah. Iman ini membawa hubungan pribadi dengan Allah. Manusia yang beriman berusaha untuk mengenal dan melaksanakan kehendak Allah. Orang benar akan hidup dan iman. Seperti teladan Teresia, Teresia mau mengikuti jejak Kristus. Yesus telah menjadikan diri-Nya lemah dan penuh derita demi kasihNya kepada manusia membuat Teresia kuat dan berani. Dia melengkapi dengan senjata-Nya sehingga ia tidak dikalahkan oleh perjuangan namun memenangkan perjuangan demi perjuangan. Teresia mengajak kita untuk mengikuti jalan yang telah dilalui oleh Yesus. Memikul salib hidup setiap hari, menyangkal diri, dan mengikuti Kristus yang telah menderita, wafat dan akhirnya bangkit. Melalui pengosongan diri kita akan dikobarkan dalam kasih kepada sesama dan dengan kerendahan hati menjadi setia dan taat kepada kehendak Allah lewat kehidupan sehari-hari, lewat perkara-perkara sederhana, kecil, biasa, tidak menyolok, dan terus menerus. Semua itu tidak dapat dilakukan semata-mata oleh usaha manusia sendiri, melainkan oleh rahmat Allah. Kita berharap pada kasih Allah, yang akan mengutus Roh Kudus untuk menguduskan dan menyucikan kita, dan memurnikannya lewat penderitaan dan melalui peristiwa hidup yang kita alami setiap hari.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting