Print
Hits: 7430

User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Salah satu ciri khas dari hidup sebagai orang beriman adalah berdoa. Jika seseorang mengatakan bahwa dirinya adalah orang beriman tetapi dalam kenyataan hidupnya tidak pernah berdoa, maka orang tersebut diragukan kebenaran imannya. Tetapi, benarkah orang beriman itu sungguh-sungguh berdoa? Dalam kenyataannya sungguh memprihatinkan, karena orang yang mengatakan dirinya sebagai orang beriman ternyata mengalami kesulitan dan kekeringan dalam berdoa, bahkan seringkali mengucapkan kata-kata doa tetapi hatinya tidak berdoa. “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku” (Mat. 15:8).

 

Apa Itu Doa

Doa adalah saat di mana seseorang menjalin komunikasi dengan Tuhan dalam suka dan duka secara terus-menerus, mengalir. Jadi dengan demikian doa tidak bergantung pada saat perasaan tertentu, suka atau duka. Dan apa pun yang kita lakukan baik dengan perkataan maupun perbuatan yang keluar dari hubungan dengan Tuhan dan demi kemuliaan Tuhan dapat disebut sebagai doa, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1Kor. 10:31).

 

Tempat Doa

Jika kita mau berdoa sungguhsungguh, tentu diperlukan suasana yang mendukung yaitu situasi yang sunyi (seperti Yesus berdoa di atas gunung) atau situasi yang sakral, misalnya tempat ziarah, kapel atau gereja. Meskipun demikian, haruslah tetap diingat bahwa hal tersebut di atas hanyalah sarana saja sebab yang menentukan pada dasarnya adalah hati kita sendiri. “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu” (Mat. 6:6). Masuk dalam kamar di sini berarti masuk ke dalam lubuk hati kita yang terdalam. Di situlah Bapa yang Mahakasih sangat rindu untuk menjalin komunikasi dengan kita.

 

Doa Menuntut Kerjasama

Seringkali orang mengira bahwa doa merupakan hasil usaha dari pihak manusia. Meskipun hal ini diperlukan, namun sesungguhnya doa itu merupakan suatu anugerah dari Allah sendiri melalui Roh Kudus-Nya. Dari pihak manusia diperlukan adanya suatu penguasaan diri, “Kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa” (1Ptr. 4:7). Sedangkan dari pihak Allah, kita mohonkan karunia Roh Kudus-Nya untuk membantu kita supaya kita dapat berdoa. “Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa, tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Rm. 8:26) Jadi di sini dapat dikatakan bahwa doa adalah suatu kerjasama dari pihak manusia dan pihak Allah, sehingga dengan demikian ada hubungan timbal balik.

 

Maksud Kita Berdoa

Jika kita berdoa, pertama-tama bukan dimaksudkan supaya kita mendapat kemudahan dalam hidup kita atau mencari hiburan-hiburan rohani. Tetapi di dalam berdoa, pertama-tama kita harus memohon kekuatan dari Allah supaya kita tabah dalam menghadapi cobaan, sebab hidup itu adalah suatu penjuangan untuk mencapai kebahagiaan sejati dari Allah. Kebahagiaan sejati ini akan kita peroleh setelah melalui cobaan dan godaan. “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan” (Luk. 22:40).

 

Apa yang Perlu Kita Mohon Dalam Doa

Memang setiap orang mempunyai kehendak bebas untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Namun sesungguhnya, hanya ada satu yang paling utama, yaitu mohon kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita. Roh Kudus yang memampukan kita untuk hidup secara bijaksana, seperti yang pernah dimohonkan Raja Salomo, “Berilah aku kebijaksanaan, teman setakhta-Mu dan janganlah aku Kautolak dari antara anak-anak-Mu” (Keb. 9:4). Kalau kita memohon kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita, itu bukan berarti yang lain tidak perlu, hanya saja yang lainnya itu menyusul sebab Tuhan Yesus sendiri bersabda, “Tetapi carilah kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu” (Luk. 12:31).

Akhir kata, kebutuhan untuk berdoa pada dasarnya mempunyai kesamaan dengan kebutuhan kita untuk bernafas. Jika kita berhenti bernafas, kita akan mati. Begitu juga halnya dengan doa. Jika kita berhenti berdoa, maka rohani kita akan mati karena tidak ada komunikasi dengan Allah.

Oleh karena itu, perlulah kita memperdalam hidup doa kita supaya kita tetap hidup dengan menjalin komunikasi dengan Allah. Sungguh sesuatu yang mengagumkan bahwa jika seseorang bertekun dalam doa, meskipun mata-inderanya tertidur, hatinya tetap terjaga. “Ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajariku” (Mzm. 16:7). “Dan dalam hatinya akan mengalirkan aliran air hidup yaitu kasih Allah sendiri” (Yoh. 7:38).