User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

2.1. Yesus Kristus sebagai Teladan Hidup Rohani

Supaya kita mampu membina relasi yang mendalam dengan Allah dan mencapai persatuan cinta kasih Allah “sudah dalam hidup ini dan sesudah hidup di dunia ini”, kita memandang Allah dari muka ke muka dalam cinta kasih (bdk. 1 Kor 13: 12), maka betapa pentingnya kita memahami teladan Tuhan Yesus, sebagai guru doa dan teladan dalam hidup doa.

Yesus adalah pendoa yang sejati. Dalam seluruh hidupNya Ia mempunyai hubungan yang mesra dengan BapaNya. Kita melihat dalam Injil : Yesus sering pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35); Yesus berdoa di atas gunung Tabor bersama murid-muridNya (Luk 9:28-30); dalam pelayananNya kepada orang banyak Yesus selalu berdoa; ketika mengadakan perbanyakan roti Yesus menengadah ke langit, mengucap syukur kepada BapaNya; Yesus berdoa di taman Getsemani ketika akan menghadapi ajalNya (Luk 22:39-46). Jadi dapat disimpulkan bahwa doa Yesus memancar keluar dari hubunganNya yang mesra dengan Allah Bapa.

Semakin Yesus bergaul mesra dengan BapaNya, semakin nyata bahwa Yesus selalu hidup di hadirat Bapa, seperti dikatakan dalam Injil Yoh 4:34 “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.” dan dalam Yoh 5:19 “Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.” Yesus juga mengundang kita semua untuk mengambil bagian dalam hubungan-Nya yang mesra dengan BapaNya ini. Ia mengutus RohNya supaya dalam kuasa Roh itu kita dijadikan anak-anakNya dan mengambil bagian dalam misteri hubungan yang mesra dengan Allah Bapa. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh 17:2).

2.2. Perkembangan Hidup Rohani

Seturut ajaran Kristus dan Gereja, maka kita pun belajar dan berani untuk mulai menghayati hidup rohani. Itu berarti, kita masuk dalam perkembangan hidup rohani yang dimulai dengan doa, meditasi dan kontemplasi. Pertama, dalam doa, kita mengucapkan kata-kata dalam iman, kendati ini baru permulaan. Ini disebut dengan doa lisan. Kita mengucapkan doa-doa dasar, seperti Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, Doa Tobat, Doa Pagi dan Malam dan sebagainya. Kita juga mengenal devosi jalan salib, rosario, koronka, dan sebagainya. Tak dapat dilupakan kita berdoa dari Mazmur, hal ini kerap dilakukan para imam dan para religius dalam ibadat harian.

Kemudian, dalam meditasi, kita tak hanya sekedar merenungkan dalam akal budi saja, melainkan kita juga memahami “dari budi menuju hati”, sebagai persiapan kontemplasi. Singkatnya, doa semakin bersifat intuitif, membatin, spontan, dan keluar dari pengalaman Allah dalam lubuh terdalam jiwa. Demi mencapai ini, kita mengenal doa Yesus, meditasi Kitab Suci atau Lectio Divina, dan meditasi teresiana. Metode-metode dalam meditasi ini akan dijelaskan pada bagian penghayatan meditasi Katolik. Apabila kita setia, kita akan memasuki kontemplasi, suatu bentuk doa yang lebih mendalam lagi.

Kontemplasi dalam kata bahasa latin “contemplare”, berarti memandang. Kita memandang Allah dalam iman, pengharapan dan cinta kasih. Dalam hal ini, tak lagi melibatkan pemikiran dan sejenisnya, melainkan kita memandang Allah, “dari Roh ke roh”. Pada saat ini, kita mengalami kehadiran Allah yang melampaui pengertian kita di kedalaman hati kita. Maka, benar apa yang dikatakan S. Paulus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Kor. 3: 16). Maka, penting pula, kita memahami tanda-tanda dalam kontemplasi: tak mampu meditasi seperti biasanya, keengganan untuk memikirkan hal-hal rohani, dan tinggal diam dalam keheningan bersama Allah. inilah pasifitas aktif, walau diam, kita terbuka pada bimbingan Allah dalam doa. Pentingnyanya iman!

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting