User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

 


Adalah seorang bernama Nuno, panggilan akrab dari Nonius Alvares Pereira. Ia adalah anak ke-13 dan pasutri Dom Alvaro Pereira dan Dona Irene Goncalves dan Carvalhal. Lahir pada tanggal 24 Juni 1360 di Cernache, Portugal.

Ayahnya, Dom Alvaro, adalah seorang pejuang atau prajurit yang pemberani. Di samping itu, ia juga seorang yang penuh perhatian terhadap orang lain, dermawan dan murah hati. Ada dua keutamaan yang ia wariskan kepada putranya, Nuno yaitu semangat patriotisme dan kemurahan hatinya. Sementara Dona Irene membina putranya menjadi seorang yang saleh. Ia mengajarkan anaknya tentang bagaimana mencintai Maria. Ia membentuk anaknya agar memiliki devosi yang besar terhadap Ekaristi (Sakramen Mahakudus) dan cinta akan perayaan Ekaristi. Terlihat disini bahwa pasutri ini berusaha mendidik putra-putrinya agar kelak menjadi orang kristiani yang baik.


Anak Jamannya

Nuno hidup pada abad pertengahan, di jaman peperangan antara Portugal dan Castilia. Jaman ini kemudian membentuk pribadinya untuk menjadi Seorang pejuang bagi bangsanya yaitu Portugal. Misalnya, pada waktu ia berusia 13 tahun, ia sudah terlibat dalam bidang kemiliteran. Waktu itu ia mendapat tugas militer pertama kalinya, meskipun hanya bertugas sebagai pengintip kekuatan musuh. Namun demikian tugas tersebut dilaksanakannya dengan amat baik.

Pada usia 16 tahun, dia sudah menikah (usia pernikahan yang lazim pada waktu itu). Dia menikah dengan Dona Eleanor dari Alvim. Pernikahannya dirayakan pada tanggal 15 Agustus 1376. Peristiwa ini menjadi peristiwa yang membahagiakan baginya. Akan tetapi kebahagiaan perkawinannya tidak berlangsung lama. Dua belas tahun kemudian, istrinya yang amat dicintainya itu meninggal dunia. Mereka dikaruniai 3 orang anak. Dua orang anak laki-laki yang meninggal pada waktu mereka masih kecil dan seorang anak perempuan yang dapat terus bertahan hidup, namanya Beatriks.

 
Seorang Patriot Yang Beriman

Jiwa patriotisme, pembela tanah air, yang diwariskan oleh ayahnya sungguh-sungguh menjadi miliknya. Betapa tidak. Pada usia 24 tahun dia sudah menampakkan figur seorang pemimpin yang handal. Dan dengan demikian, dia menjadi salah satu pembela tanah air yang tangguh bagi negaranya. Dia menjadi seorang militer yang memegang peranan penting di jaman peperangan. Ia juga yang mengantar keberhasilan negaranya untuk meraih kemerdekaan dan penjajahan.

Nuno adalah seorang pembela bagi tanah airnya. Ia berjuang bagi kemerdekaan negaranya secara penuh. Tetapi dia juga seorang Katolik yang sejati. Hal ini ditunjukkan melalui perjalanan hidupnya. Dia berjuang bukan hanya mengandalkan otot dan kekuatan senjata buatan tangan manusia, tetapi iman Katoliknya juga amat berperan dalam kancah perjuangan.

Dia rajin berdoa. Misalnya sebelum berangkat perang, para prajurit lainnnya diajak berdoa, mohon pertolongan Allah dan perlindungan Bunda Maria. Bahkan ia pun selalu berusaha menghadiri perayaan Ekaristi harian sebelum menjalankan tugasnya. Sebab dalam perayaan Ekaristi ia dapat menyambut Komuni Kudus. Ia percaya bahwa dengan menyambut Komuni, ia menerima Yesus yang memberikan diri-Nya sebagai makanan dan kekuatan dalam menjalankan tugasnya.

Dalam berperang, ia sungguh-sungguh menyandarkan seluruh hidupnya pada kekuatan Allah. Karena itu dalam setiap keberhasilan, dia selalu mengucap syukur kepada Allah dan Bunda Maria. Hal ini dilakukannya karena ia sadar bahwa setiap keberhasilan (penyelesaian tugas) tidak lain adalah berkat campur tangan Allah dan perlindungan Maria.
Dalam hal lain, ia adalah Seorang yang kuat dalam bermatiraga. Ia melakukan puasa 3 hari dalam satu minggu. Pada hari Sabtu dan pada pesta Maria, dia hanya makan roti dan minum air putih saja serta mendaraskan doa Ofisi Santa Perawan Maria. Semua ini dilakukannya untuk memupuk kemurnian dalam devosi kepada Bunda Maria. Devosi itu diungkapkan dengan menempatkan patung Maria di gereja-gereja dan kapel-kapel yang dibangunnya sendiri.

Apa pun yang dia lakukan, seperti ketekunan dalam doa dan bermati raga, cintanya pada Ekaristi dan devosinya kepada Maria adalah buah-buah dan pendidikan dalam keluarga pada masa kecilnya. Pendidikan iman yang baik dalam keluarga telah membentuk pribadinya.

 


Pecinta Orang Kecil

Sebagaimana ayahnya yang penuh perhatian pada sesama, demikian pula Nuno. Cintanya kepada Yesus dihayatinya dalam tindakan nyata, yaitu dalam cinta kepada orang-orang kecil. Ia melihat, bahwa di mana ada peperangan, di sana ada banyak korban dan pemiskinan hidup orang-orang kecil. Mereka menjadi makin miskin, lemah tak berdaya, baik dalam semangat maupun fisiknya karena lapar. Banyak pula yang merasa tertekan dan stress.

Penderitaan yang dialami oleh bangsanya telah membuka mata dan hati Nuno. Ia bukan hanya menjadi pemerhati orang-orang kecil tetapi juga menjadi pembela orang-orang kecil. Misalnya kepada mereka yang tak mempunyai pakaian, ía memberikan pakaian, dan kepada yang lapar diberinya makanan. Semua itu dilakukan semata-mata karena cintanya kepada Allah.

Semua tugasnya dalam bidang militer dan uluran tangan kasihnya kepada orang-orang kecil, dilakukannya karena dan dalam Tuhan. Seperti dikatakan oleh Rasul Paulus, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol 3:17). Nuno sudah melakukan itu.

 

Menjadi Biarawan Karmel

 Nuno adalah tipe orang yang setia, setia kepada Allah dan kepada Bunda-Nya, Maria. Dan juga dia adalah tipe seorang suami yang setia. Hal ini terbukti ketika ia baru berusia 28 tahun, dia ditinggal pergi istrinya untuk selama-lamanya. Berkali-kali dia didesak oleh teman-temannya untuk menikah lagi, tetapi semua desakan itu ditolak. Dia ingin tetap hidup seorang diri. Dan selama 30 tahun lebih, dia banyak berkecimpung dalam pembangunan gereja, kapel dan biara.

Pada tahun 1415, Beatriks putri satu-satunya menikah dengan Alfonsus dari Barcellos. Waktu itu dia sudah berusia 55 tahun. Setelah ditinggal Beatriks, dia mulai memikirkan masa depannya.

Ia memikirkan hidupnya, bukan hanya hari ini tetapi juga masa depannya. Ia ingin menikmati hari-hari tuanya bukan sebagai sesuatu yang menggelisahkan atau menakutkan melainkan sebagai hari-hari yang indah, yang harus diisi dan bermakna.

Sebagai seorang mantan militer, dia memang seorang yang gigih dalam memperjuangkan arti hidup. Sehingga setelah pensiun dan bidang militer, pada usia 63 tahun, dia memutuskan untuk masuk biara dalam Ordo Karmel. Ia tinggal dalam sebuah komunitas biara yang dibangunnya sendiri di Lisbon, dan hidup sebagai bruder yaitu Bruder Nunius dari Santa Maria.

Dalam biara, dia bertugas sebagai porter yaitu tugas membukakan pintu bila ada orang yang datang ke biara itu. Selain itu dia juga bertugas mengurusi dan melayani orang-orang miskin yang datang ke biara untuk mencari makan. Ia melaksanakan tugas tersebut dengan rendah hati dan penuh kasih sepanjang hidupnya. Sebuah kesaksian indah dari Bruder Nunius, “Di mata Allah tidak ada tugas atau pekerjaan rendahan. Setiap pekerjaan adalah penting dan mulia. Saya seorang biarawan yang melayani dan bekerja seperti yang dilakukan para biarawan Karmel yang lain.”

 Tahun 1431 dia mengakhiri masa hidup dan pengabdiannya kepada Tuhan dan sesama dalam Ordo Karmel. Pada han Jumat Agung dia mulai sakit. Dua han kemudiaan, pada hari Minggu Paskah dia pulang ke rumah Bapa. Dia menghadap Bapa setelah menang dalam perjuangan, suatu kemenangan yang amat indah.

 
Pesan Untuk Kita

Dengan membaca dan memahami kisah hidup Beato Nonius Alvares Pereira di atas, kita dapat menarik beberapa pesan berharga. Pertama, pentingnya pembinaan dan teladan iman Katolik pada anak-anak dalam keluarga oleh orang tua. Kedua, penyadaran akan Perayaan Ekaristi sebagai kekuatan hidup orang beriman Kristiani dan pembinaan hidup devosional yang sehat. Ketiga, melakukan setiap tugas atau pekerjaan dengan rendah hati, betapa pun kecil dan sederhananya pekerjaan itu. Keempat, menghayati cara hidup kita masing-masing dengan sungguh-sungguh dan setia. Kelima, menghayati masa tua dengan penuh iman, harapan dan kasih. 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting