User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index


Pada setiap perayaan Ekaristi selalu dibacakan Kitab Suci sebagai santapan rohani umat beriman sebelum mereka menerima Tubuh Kristus dalam Komuni kudus. Pembacaan Kitab Suci itu pertama-tama bukanlah sekedar dimaksudkan untuk menyatakan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang sudah lama terjadi, melainkan terutama merupakan sapaan Allah sendiri yang mau berbicara dan mengatakan apa yang diharapkan dan umat yang berkumpul dalam perayaan kudus itu. Untuk itu sudah selayaknyalah kita memperhatikan dan terlebih lagi siap sedia melaksanakannya. Santo Antonius Pertapa, seorang kudus besar yang pestanya kita peringati setiap tanggal 17 Januari, memberi kita suatu teladan yaitu bagaimana hidup sesuai dengan Sabda Tuhan.

 
Masa Kecil

Antonius dilahirkan di kota Memphis, Mesir Utara pada tahun 151 dan suatu keluarga yang sangat saleh. Karena hasil didikan dan teladan dan kedua orang tuanya yang mengajarkan membaca dan menulis padanya, sejak masa kanak-kanak sudah tampak dan tumbuh benih-benih kesuciannya. Antonius kecil sangat rajin ke gereja dan lebih senang bergaul sendiri bersama Tuhan di tempat sunyi daripada harus pergi ke sekolah kafir dan bergaul dengan banyak orang. Demikian orang selalu melihat Antonius itu pergi ke gereja bersama dengan orang tuanya dan dengan penuh perhatian mendengarkan bacaan-bacaan.

Ketika berusia 20 tahun, Antonius kehilangan kedua orang tuanya yang meninggal dunia. Ia bersama adik perempuannya yang masih kecil menjadi anak-anak yatim piatu. Orang tuanya telah menunjukkan jalan kepada Antonius ke gereja dan mengajarkan jalan menuju kepada Sabda Kristus. Meskipun ia menerima peninggalan harta kekayaan yang cukup besar dan orang tuanya, justru ajaran merekalah yang merupakan warisan yang paling bemilai dan berharga bagi Antonius yang selalu menyimpannya dalam hati.

Panggilan Allah

Santo Atanasius menulis dalam Riwayat Hidup Antonius sebagai berikut, “Enam bulan setelah orangtuanya wafat, Antonius pergi ke gereja seperti biasanya. Dalam perjalanannya, ia memikirkan bagaimana para rasul telah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Sang Penebus, seperti yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul. Setelah masuk ke dalam gereja, secara kebetulan Antonius mendengar bacaan Injil Matius 19:21, tentang pemuda kaya, ‘Kalau mau menjadi sempurna, pergilah, juallah seluruh milikmu, serahkan kepada orang miskin dan datanglah, ikutlah Aku. Dan engkau akan memiliki harta di dalam surga.’ Antonius mulai berpikir, bahwa renungannya tadi tentang para rasul sebenamya ditimbulkan oleh Tuhan dan bahwa bacaan tadi ditujukan kepada dirinya sendiri.”

Dengan hati yang berkobar-kobar, Antonius menanggapi panggilan Kristus itu dan dengan mantap dan pasti mengambil keputusan besar dalam hidupnya untuk menerima undangan Tuhan mengikuti jejak-Nya, “Setelah keluar dan gereja ia segera menghadiahkan harta miliknya, warisan dan orang tuanya kepada penghuni desa agar barang-barang itu tidak menyibukkan dia atau adiknya. Juga dijualnya segala perabot rumah, yang menghasilkan banyak uang, yang selanjutnya dibagi-bagikannya kepada orang miskin. Ia menyimpan suatu jumlah yang perlu agar adiknya bisa hidup dan berkembang dengan baik.”

Suatu ketika, peristiwa panggilan Allah seperti ini yang terdapat dalam bacaan-bacaan Misa bagi dirinya terjadi lagi. Ketika Antonius masuk lagi ke dalam gereja, ia mendengarkan Tuhan bersabda dalam Injil, “Jangan cemas tentang hari esok” (bdk. Mat 6:34). Mendengar itu, ia tidak dapat menahan diri lagi, ia keluar dan segera membagikan uang yang masih tersisa. Selanjutnya Antonius menyerahkan adik kecilnya kepada para perawan Kristen supaya mereka mendidik dan memeliharanya. Sekarang ia bebas dan harta benda dan milik jasmani, sehingga tak ada yang perlu untuk dijaga lagi.

Setelah Antonius menemukan cara Tuhan berbicara langsung kepada manusia dalam bacaan Kitab Suci waktu perayaan liturgi, maka ia mengerti bagaimana Ia harus mengatur hidupnya. Memang Sabda Tuhan dalam bacaan Kitab Suci mengandung rencana hidup Allah bagi manusia. Antonius pun mulai melaksanakan secara teliti dan sangat memperhatikan supaya tidak ada remah-remah Sabda Tuhan yang jatuh ke tanah; ia menyimpannya dalam hati. Ia sungguh hidup dan Sabda Tuhan.


Pelaksana Sabda

 Antonius begitu rindu untuk menjadi milik Tuhan seluruhnya, sehingga ia mencari bimbingan rohani dan terus-menerus berdaya upaya untuk maju dalam kehidupan rohani. Ia mau menyempurnakan diri dengan meneladan hal-hal yang baik dengan cara memperhatikan kebajikan-kebajikan para guru ataupun sesamanya yang menonjol tanpa memperdulikan kelemahan atau keburukan mereka.

“Ia menyelidiki dengan seksama bagaimana orang lain melebihinya dalam usaha-usaha keras dan askese. Pada satu orang ia melihat secara khusus keramahannya, pada yang lain ia melihat ketekunannya dalam hal doa, yang lain dilihatnya selalu bersabar, tahan diri, dan yang lain lagi mengesankan karena cinta kasih terhadap sesama manusia, yang lain dilihatnya rajin membaca. Antonius mengagumi orang yang satu karena ketekunannya dan yang lain karena perasaannya atau tapanya tidur di lantai yang keras. Di sini ia melihat sifat lemah lembut, di sana kesabaran yang besar. Namun ia melihat pada mereka semua hal yang sama yaitu,
penyembahan terhadap Kristus dan cinta persaudaraan antarmereka.”

 
Kesunyian dan Godaan

Selanjutnya ia mengikuti petunjuk seorang tua pembimbingnya untuk pergi hidup menyepi di Padang Gurun Thebais. Memang pada waktu itu banyak orang beranggapan bahwa kesunyian padang gurun adalah tempat yang baik untuk mencari dan bertemu dengan Tuhan. Di tempat yang baru ini, sepanjang hari Antonius bekerja keras, berdoa, bertapa dan bermati-raga, serta membaca Kitab Suci. Ia melakukan pekerjaan tangan atau pekerjaan kasar lainnya bukan hanya untuk mencukupi kebutuhannya sendiri, melainkan juga untuk orang-orang miskin maupun orang-orang yang tersesat sampai ke tempatnya. Makanannya hanya roti dan garam sedikit dan minumannya hanya air biasa. Ia baru makan setelah matahari terbenam, kadang-kadang hanya satu kali dalam 3-4 hari. Tidumya pun sangat sedikit dan waktunya lebih banyak dipergunakan untuk berdoa dan merenungkan Sabda Tuhan.

Seperti Kristus di padang gurun, demikian pula Antonius hidup dalam kesunyian padang gurun yang penuh tantangan dan pencobaan baik jasmani maupun rohani. Meskipun tapanya sangat keras dan berat, Antonius tidak lepas dan godaan-godaan setan yang sangat licik dan penuh tipu daya. Memang seperti setan tidak pemah membiarkan orang yang rindu mencari Tuhan dan orang yang mau menyerahkan hidupnya hanya untuk Tuhan, demikianlah Antonius juga tidak dibiarkan hidup dengan tenang, sehingga ia terus-menerus dicobai oleh setan, baik dalam bentuk pikiran maupun perasaan, maupun dalam bentuk serangan fisik yang menakutkan. Bahkan pemah suatu saat ia dijatuhkan sehingga ia tidak sadarkan diri dan hampir mati. Ketika sadar, ia pun mengeluh kepada Tuhan, “Dimanakah Engkau, Tuhan?” Maka, Tuhan menjawab, “Antonius, Aku di sini sepanjang waktu berdiri di dekatmu dan mengawasi perjuanganmu, dan karena engkau bertahan dengan gagah berani melawan musuh, Aku selalu membelamu. Dan Aku akan membuat namamu termasyhur ke seluruh dunia.” Akhirnya dengan ketekunan, kesetiaan dan kepercayaannya kepada Tuhan serta rahmat Allah yang menyertainya, Antonius dapat mengatasi dan mengalahkan segala cobaan dan godaan dari iblis.

 
Karya Pelayanan

Antonius hidup berpindah-pindah tempat. Tahun 272, ia tinggal di tempat sunyi di dekat desanya yang bernama Koman. Tahun 285, ia kelihatan bergerak di beberapa tempat sekitar puing-puing Benteng Pispir (kini Der El Memum), dekat Sungai Nil. Setelah hidup bertapa 20 tahun, perlahan-lahan mulailah banyak orang yang mulai tertarik untuk mengikuti teladan hidup Antonius dan menjadi muridnya. Para murid itu hidup dalam gua-gua dan gubuk-gubuk sederhana. Karena desakan dan permintaan para muridnya, pada tahun 305, Antonius turun dan pertapaannya dan mendirikan biara yang berbentuk sel-sel terpisah di sebelah utara Memphis. Begitulah janji Tuhan digenapi, sehingga Antonius dikenal sebagai bapa para rahib, karena dialah yang pertama-tama menyusun pedoman hidup para rahib.

Antonius, sang pencari Tuhan, yang selalu merindukan keheningan dan kesunyian, kini selalu dicari banyak orang dan berbagai golongan yang memohon nasehat darinya. Raja Konstantinus Agung pun pernah menulis surat kepadanya untuk memohon doa dan restu darinya. Hal ini sungguh mengagumkan para murid Antonius. Tetapi sebaliknya Antonius berkata, “Janganlah terlalu heran kalau raja menulis surat kepada orang seperti kita, tetapi heranlah bahwa Tuhan menulis surat kepada kita dan Ia berbicara kepada kita melalui Putera-Nya.” Demikian suci dan bijaksana Antonius, yang sejak mudanya tidak mau sekolah, sekarang justru menjadi semacam sekolah bagi banyak orang yang mau meneladani hidupnya. Ia sering pula mengajar para muridnya dan sesekali turun gunung untuk meneguhkan iman dan kepercavaan orang-orang beriman, bahkan ia sempat pergi ke Alexandria, khususnya pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Roma yang bengis, Maximianus, untuk menguatkan mereka.

Pernah suatu ketika, Antonius menerima pewahyuan tentang akan adanya kekacauan yang ternyata terbukti kemudian dengan munculnya bidaah Arianisme. Ia sangat menentang bidaah tersebut yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Ia melawan ajaran sesat tersebut baik dengan cara memberi kesaksian tentang Yesus, Allah yang menjadi manusia kepada setiap orang maupun dengan menasehati dan menyemangati Santo Atanasius, yang menjadi sahabatnya untuk memerangi bidaah ini. Pada akhirnya memang bidaah ini dikutuk oleh Konsili Nisea (tahun 325). Antonius juga berani dan tidak segan-segan turun gunung untuk menghukum para bidaah itu.

 
Akhir Hidup

 Ketika Antonius merasa bahwa saat ajalnya sudah dekat, ia pun mengundurkan diri ke pegunungan. Ia berkata kepada muridnya, “Saya pergi, menurut kata Kitab, di jalan nenek moyang (bdk. Yos. 23:14), karena saya melihat Tuhan memanggil saya.” Ia juga berpesan agar kuburnya jangan sampai diketahui oleh orang banyak. Antonius mencapai umur seratus lima tahun dan wafat pada tahun 356. Janji Allah pun digenapi. Meskipun tidak diketahui di mana ia dimakamkan, Antonius menjadi sangat masyhur dalam sejarah Gereja kita dan namanya harum semerbak sebagai orang kudus yang hidup menurut Sabda Tuhan. Semoga Santo Antonius selalu mendoakan kita untuk dapat meneladan ketabahan dan kesetiaannya kepada Tuhan dalam menghadapi segala godaan dan cobaan dan si jahat yang menyerang kita.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting