User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Latar Belakang Keluarga
 
Keluarga Pazzi adalah salah satu keluarga yang amat terkenal di Florence dan sangat  dekat bersekutu kepada Medici, yang mengatur rumah: yang memberikan negaranya suatu daftar deretan panjang politikus ulung, gubernur dan prajurit.  Juga kepada dunia seorang wanita yang hebat yang kemashyurannya jauh melebihi mereka semua.  Ayahanda St. Maria Magdalena de Pazzi, Camillo Geri namanya, telah menikahi Maria Buondelmonte, seorang wanita keturunan dari sebuah keluarga terhormat.
Santa ini lahir di Florence tahun 1566, dan untuk menghormati St. Katarina dari Siena dia mengambil nama ini sebagai nama baptisnya. Hampir sejak masa kanak-kanak dia mulai menunjukkan suatu tindakan yang mendalam terhadap agama dan pekerjaan-pekerjaan yang luhur. Pada usia sepuluh tahun dia menerima komuni pertamanya dengan semangat yang menakjubkan. Ayahnya ditunjuk sebagai gubernur Cortona, pada usia empatbelas tahun dia tinggal di biara St. Yohanes Florence. Di biara tersebut dia dapat memberikan perhatian penuh kepada devosinya dan belajar untuk mencintai biara St. Yohanes di Florence.
Limabelas bulan kemudian, ayahnya membawanya pulang ke rumah dengan maksud untuk mengatur rencana pernikahan bagi dia. Beberapa pelamar yang diinginkan melamar, tetapi hatinya begitu kuat terarah pada kehidupan religius dimana kedua orang tuanya setelah beberapa kali menentang akhirnya dengan rasa segan mengabulkan keinginan putrinya.
Dia memilih biara Karmel di kota tempat tinggalnya karena para anggotanya menerima komuni kudus hampir setiap hari. Pada Hari raya Yesus diangkat ke surga tahun 1582, dia masuk biara St. Maria dari para Malaikat dengan pengertian bahwa dia seharusnya melanjutkan untuk menggunakan pakaian sekulirnya sampai dia sepenuh berpengalaman akan aturan-aturannya. Dia hanya berada limabelas hari di sana ketika itu orang tuanya menjemputnya pulang, dengan harapan, tanpa keraguan, bahwa dia akan mempertimbangkan kembali apa yang telah diputuskan olehnya. Bagaimanapun keputusannya tidak berubah, dan tiga bulan kemudian dia masuk kembali ke biara dan diterima dengan baik.
Pada tanggal 30 Januari 1583, dia menerima jubah kebiaraan, dan mengambil nama biara Maria Magdalena. Ketika seorang pastor menempatkan salib di tangannya dan berkata, “Tuhan meminta bahwa saya seharusnya memuliakan  keselamatan dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus”. Mukanya dipenuhi dengan suatu cahaya aneh yang meliputi wajahnya dan hatinya dipenuhi dengan keinginan yang berapi-api untuk menderita selama sisa hidupnya bagi sang Penyelamatnya.
Keinginan ini tidak pernah hilang dari diri St. Maria Magdalena ini. Setelah menjalani masa novisiat dengan sunguh-sungguh Santa kita ini diperbolehkan untuk mengucapkan kaul lebih awal tidak seperti biasanya, karena dia sedang sakit parah. Manakala penderitaannya menjadi sangat berat, seorang suster bertanya kepada St. Maria de Pazzi bagaimana dia dapat tahan menanggung penderitaan yang begitu banyak ini dengan tidak mengeluh. St. Maria de Pazzi menunjuk pada salib dan berkata:
“Lihat betapa tak terbatasnya cinta Tuhan yang telah diderita-Nya demi keselamatanku. Cinta yang sama melihat kekurangan-kekurangan saya dan memberikan saya keberanian, keteguhan hati. Itulah yang memanggilnya dalam pikirannya penderitaan akan Kristus dan yang menawarkan dirinya kepada Tuhan melalui kesabaran Dia menemukan penderitaan mereka manis dan menyenangkan.”

Ketika menyampaikan kembali didalam rumahnya setelah profesinya dia tenggelam dalam suatu ektase yang berlangsung lebih dari satu jam, dan selama empat puluh hari dia menikmati penghiburan surgawi berkali-kali dengan perasaan penuh kegembiraan. Penghiburan ini seringkali dilukiskan oleh para penulis hidup rohani dimana Tuhan menginginkan mengunjungi para jiwa yang telah dipilih-Nya dengan penghiburan-Nya setelah pertama-tama mereka menyerahkan dirinya dengan sepenuh hati. Dia melakukannya untuk menguatkan mereka di tengah-tengah pencobaan yang terjadi. Untuk menyalibkan seluruh keegoisan dirinya sendiri, untuk mengajar agar mengenal dirinya sendiri, dan untuk mempersiapkan mereka sebagai bejana cinta-Nya yang murni, Dia memurnikan mereka dengan  ujian akan godaan-godaan yang muncul dari batin mereka. Biasanya lebih tinggi tingkat kesuciannya dimana mereka dibangkitkan, lebih dahsyat lagi api pemurniannya. Dalam hal ini kita menemukan contoh dalam hal desolasi yang dialami oleh St. Margareta Maria de Pazzi ini setelah kegembiraannya dalam kenikmatan rohaninya.

Takut menyakiti hati Tuhan akibat perasaan ingin tahu yang berlebih-lebihan akan masa profesinya (masa kaulnya), St. Maria de Pazzi meminta ijin untuk hidup sebagai seorang novis dua tahun setelah dia mengucapkan kaulnya. Setelah tenggang waktu habis, dia ditunjuk untuk membimbing gadis-gadis calon biarawati yang ingin bergabung ke dalam serikatnya, dan tiga tahun kemudian dia ditunjuk sebagai formator (pembimbing) suster-suster muda di serikatnya. Saat ini dia mendapat cobaan batin yang begitu hebat. Meskipun dia selalu berpuasa akan roti dan air, kecuali hari minggu dan hari libur. Dia diserang dengan cobaan kemurnian yang begitu hebat untuk bersikap rakus dan berbuat najis. Untuk menahan itu semua dia menghukum badannya dengan disiplin, sementara dia tidak pernah berhenti untuk meminta bantuan kepada saudarinya di Surga yaitu Bunda Maria yang penuh berkat.

Dia tampaknya jatuh kedalam suatu keadaan kegelapan yang mana dia tidak melihat apapun, tetapi rasanya sangat menyedihkan melihat dirinya sendiri dan semua yang ada di sekelilingnya. Selama lima tahun berada dalam keadaan desolasi dan kekeringan rohani, dan kemudian Tuhan mengembalikan kedamaian suci-Nya ke dalam jiwa St. Maria de Pazzi dengan kenyamanan akan kehadiran-Nya yang ilahi.

Pada tahun 1590 di Matin, ketika lagu Te Deum dinyanyikan dia terserap dalam keterpesonaan. Dalam keadaan ini, dia menekan tangan priorinnya dan pembimbing novisnya menjelaskan bahwa St. Maria de Pazzi berkata, “Bersukalah denganku, sebab musim dinginku sudah berakhir? Tolonglah aku untuk berterima kasih dan memuliakan Tuhan penciptaku.” Sejak saat itu dan seterusnya Tuhan berkenan untuk memberikan manifestasi rahmat-Nya dalam diri St. Maria Magdalena de Pazzi.

Karisma-Karisma
St. Maria Magdalena de Pazzi mampu membaca pikiran orang lain dan meramalkan kejadian-kejadian masa depan. Kepada Alexander de Medici, dia meramalkan bahwa suatu hari kelak Alexander akan menjadi Paus. Mengulangi ramalan kejadian yang berikutnya dia menambahkan bahwa masa kekuasaannya merupakan suatu masa yang pendek, sesungguhnya hanya  dua puluh enam hari. Selama masa hidupnya, santa kita ini, muncul dan menampakkan diri kepada beberapa orang di tempat yang jauh dan dia menyembuhkan sejumlah besar orang sakit. Seiring berjalannya waktu,  dia lebih sering mengalami ektase. Biasanya dari kata-kata dan sikap tubuhnya membuktikan bahwa dia sedang berpartisipasi dalam penderitaan Tuhan Yesus Kristus atau mempertobatkan jiwa-jiwa bersama dengan Mempelai ilahinya dan para penghuni surga. Jadi kata-katanya begitu mendatangkan pemulihan, yang kemudian di rekam oleh susternya, dikumpulkan dan dijadikan buku setelah Santa ini  meninggal.  

Persatuannya dengan Tuhan tidak terputuskan. Dia dapat memanggil diantara seluruh ciptaan untuk memuliakan Pencipta mereka dan mengajak seluruh umat manusia untuk mencintai Dia sebagaimana yang telah dilakukannya. Dia berdoa sampai menangis untuk pertobatan orang yang dibenci, orang yang tidak percaya, para bidat yang menyebarkan bidaah (= ajaran sesat),  dan para pendosa. Dia menjerit:
"O Cinta, cinta yang tidak dicintai, tidak dikenal oleh makhluk ciptaan-Nya. O Yesusku! Jikalau aku memiliki suara yang cukup keras dan kuat untuk didengarkan di seluruh pelosok bumi, saya akan berteriak sehingga Cinta ini dikenal, dicintai dan dihargai oleh semua orang, sebagai satu kebaikkan yang tak terukur.”

Akhir Hidup
Pada tahun 1604 St. Maria Magdalena de Pazzi terbaring di tempat tidur. Dia divonis menderita sakit kepala, dan dia kehilangan seluruh tenaga dan dia sangat menderita bila disentuh tubuhnya. Disamping menderita secara fisik, dia lebih mengalami banyak kekeringan rohani. Namun demikian, semakin besar penderitaannya semakin besar pula keinginannya untuk menderita.

Dia berdoa:
“O Tuhan, biarkan aku menderita atau biarkan aku mati atau lebih baik biarkan aku hidup, sehingga aku bisa menderita lebih lagi bagi-Mu!”

Dia bahkan bersukacita jika doa-doanya tidak dijawab karena ini berarti bahwa kehendak Tuhanlah yang  terjadi, bukan kehendaknya sendiri. Ketika dia mengetahui ajalnya sudah dekat, dia memberikan nasihat terakhir kepada para suster yang berkumpul di dekatnya. Katanya:
“Ibu priorin dan para suster terkasih, saya akan meninggalkan kalian dan hal terakhir yang kuminta kepada kalian  dan hal ini kuminta dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus ialah: hanya Dia satu-satunya  yang engkau cintai, bahwa engkau percaya kepada Dia secara mutlak dan engkau saling menguatkan satu sama lain secara berkala untuk menderita demi cinta kepada-Nya.”

Pada tanggal 25 Mei 1607, dia pergi menghadap Bapa di surga pada usia empat puluh satu tahun. Tubuhnya yang suci tidak rusak sama sekali, masih tersimpan dengan baik di gereja biaranya  di Florence, dan pada tahun 1669 St. Maria Magdalena de Pazzi di kanonisasi dan diangkat menjadi Santa.

Marilah kita meneladan Santa Maria Magdalena de Pazzi, dengan mencoba menerapkan prinsip hidupnya dalam menjalankan panggilan hidup kita sebagai murid-murid Kristus yang setia, yakni:  Bukan menderita dan bukan mati, tetapi hidup untuk menderita lebih lagi bagi Yesus!
www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting