Print
Hits: 4451
Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

 

Diselamatkan dari Neraka

Injil adalah sebuah pesan dengan konsekuensi-konsekuensi yang sangat penting dan serius. Terpisah dan Kristus dan iman kita dalam Dia, kita akan menjadi hamba dosa, hamba nafsu-nafsu kita sendiri, benci pada diri sendiri dan kepada satu sama lain, bodoh, tidak taat, dan berada di bawah kekuasaan “jalan dunia ini dan penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka” (Ef.2:2). Neraka di dunia ini adalah bagaimana kehidupan seseorang apabila ia terpisah dan Kristus jadinya. Kecuali bila kita dipindahkan, oleh rahmat, melalui iman, dan kerajaan kegelapan kepada kerajaan Putera Allah yang terkasih, keadaan neraka ini akan menjadi semakin hebat dan terus-menerus selamanya.

Beberapa pesan yang sungguh-sungguh penting, terkandung secara jelas dalam pengajaran Injil. “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahiuk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi barangsiapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk.16:15-16).Sikap Gereja Katolik dalam pentingnya Yesus dalam keselamatan tertulis secara jelas sekali dalam Konstitusi Dogmatik Gereja dalam Konsili Vatikan II. Di dalam kesimpulan, Gereja percaya bahwa keselamatan adalah mustahil terpisah dan Yesus, tetapi bagi mereka yang “tanpa kesalahan dari pihak mereka sendiri” tidak pernah mendengar Kabar Gembira akan dihakimi atas dasar terang yang telah Tuhan berikan kepada mereka melalui pikiran dan karyaNya sejak dunia diciptakan (bdk. Rm.1:20).

Namun demikian, jelas pula kita, tanpa mengesampingkan kemungkinan itu, tidak boleh kurang sedikit pun dalam mewartakan Injil, mengingat “sangat sering”, bila tertipu oleh si jahat, pertimbangan manusia menjadi sia-sia, telah menukarkan kebenaran Tuhan dengan kebohongan dan lebih memilih melayani dunia daripada Sang Pencipta (bdk. Rm.1:21.25). Atau, hidup dan mati dalam dunia ini tanpa Tuhan, mereka dihadapkan kepada keputusasaan yang paling dalam. Karena itu untuk memulihkan kemuliaan Tuhan dan keselamatan dan semua ini, Gereja, dengan kesadaran yang penuh atas perintah Tuhan, “memberitakan Injil kepada segala makhluk (Mrk.16:15), mengambil tindakan yang bersemangat untuk membantu perkembangan misi-misi.” (Konstitusi Gereja, 16; dengan penekanan).

Yesus sendiri, seperti tertulis dalam Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya, sering berbicara akan realitas neraka (lh. Mat. 22:13, Mrk. 9:43, Mat. 13:42.50, Why. 2:15, Mrk.9:48, Yoh. 5:25.29, Why. 2:11,20:14, Mat. 25:46, 2 Tes. 1:7-10, dsb). Kesampingkan semua debat mengenai mana yang bersifat kiasan, mana yang harfiah, satu hal yang tidak dapat disangkal, neraka itu benar-benar ada, dan tidak dapat diterangkan dengan kata-kata keadaannya yang sungguh-sungguh mengeriikan, dan Anda tidak akan mau bila suatu saat Anda berada di sana.

Yesus juga menegaskan bahwa kemungkinan seseorang masuk ke dalam neraka tidaklah kecil, bahkan merupakan hal yang dominan, seperti kita semua akan terseret ke dalamnya, bila kita tidak setia dan taat kepadaNya. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya” (Mat.7: 13-14).

Kita mengetahui sedikit sekali tentang realitas neraka sebagai konsekuensi menolak Injil, bahkan di dalam beberapa dokumen resmi dalam Gereja yang sangat bagus, yang menjabarkan realitas neraka sebagai suatu pokok bahasan yang harus ada di dalam subjek permasalahannya. Saat usaha untuk menyampaikan pesan-pesan Kristen di dalam cara-cara yang positif dan menarik diperlukan, kita tidak mempunyai hak untuk memalsukan dengan mendiamkan saja hal ini, yang jelas akan menimbulkan konflik dengan peradaban kita yang dewasa mi ditandai dengan peningkatan sekularisme dan penyembahan berhala. Bila kita melakukannya (baca: mendiamkannya, red.), maka kita akan melemahkan kekuatannya, mengaburkan kebenarannya yang menyelamatkan dan menghilangkan suatu motivasi yang penting sekali untuk melakukan evangelisasi.

 

Diselamatkan Menuju ke Surga

Kepada mereka yang melalui iman dan pembaptisan disatukan dengan Yesus, diangkat menjadi putera dan puteri Allah, dan menerima buah-buah dan Roh Kudus, sukacita, damai sejahtera, cinta kasih surgawi dimulai sekarang, di dalam ketidaksempurnaan, terbatas, namun nyata. Kita telah diselamatkan oleh kasih, untuk kasih. Iman menyatakan dirinya sendiri dalam kasih. “Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih” (Gal.5:5-6).

Realitas surga sering dibicarakan di dalam Kitab Suci. Surga secara garis besar digambarkan sebagai kehidupan abadi (bdk. Mat. 25:46), kemuliaan tanpa banding (bdk. 2 Kor. 4:17), suatu tempat dimana yang ditebus ikut serta dalam kehidupan Allah di dalam kemuliaan, kekekalan, dan tubuh surgawi yang tak dapat binasa (bdk. 1 Kor. 15:35-55), tempat kediaman abadi (bdk. 2 Kor. 5:1), kota Allah yang hidup yang dipenuhi oleh malaikat-malaikat dalam suatu kumpulan yang meriah (bdk. Ibr. 12:22), Yerusalem baru, kota yang kudus, bagian dan langit yang baru, bumi yang baru, tempat Allah secara pribadi menghapuskan setiap tetesan air matamu, dan tidak akan ada lagi maut, tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita (bdk. Why. 21:1-4. 10-11, 2 Ptr. 3:13).

 Kita telah diselamatkan oleh rahmat, melalui iman, dari neraka, menuju ke surga.
Kunci dan pembaruan yang sedang berlangsung dalam Gereja, dan kesuksesan dan evangelisasi baru adalah suatu pemahaman yang mendalam dan pesan Injil yang mendasar:
kita adalah pendosa-pendosa yang diselamatkan oleh rahmat, melalui iman, diselamatkan dari neraka, menuju ke surga, oleh Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita. “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang mi di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Gal. 2:19b-21).

“Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui daripada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia! Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mukjizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?” (Gal. 3:1-5).

Iman kepada Kristus yang wafat di salib adalah penting bukan hanya sebagai suatu tanda bagi kita sebagai pengikut-Nya, tetapi iman akan hal ini diperlukan setiap saat, apabila kita mengharapkan agar Roh Kudus secara terus-menerus dicurahkan atas diri kita dan Gereja sebagai kebutuhan yang paling pokok. Suatu Pentakosta baru haruslah menyertai evangelisasi baru, dan kunci dan keduanya adalah sama: pesan dasar dan Injil. Kita adalah pendosa-pendosa yang diselamatkan oleh rahmat, melalui iman, diselamatkan dan neraka, menuju ke surga, oleh Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita.