Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

“Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa” (Kej 49:8-10). 

 

Berefleksi atas bacaan di atas, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Seminggu sebelum hari raya Natal, Peringatan/Pesta Kelahiran Penyelamat Dunia, kita memasuki hari-hari biasa khusus Adven. Dalam Mat 1:1-17 diwartakan kisah ‘silsilah Yesus Kristus’, Penyelamat Dunia yang dijanjikan. Dengan kisah ini mau dinyatakan bahwa Allah adalah Mahasetia, Ia akan segera memenuhi janji-Nya kepada Abraham dan keturunannya untuk mengutus Penyelamat Dunia, yang akan menyelamatkan dan merajai seluruh dunia, yang akan lahir dari keturunannya. Dalam kisah tampil tokoh Yusuf, sebagai yang terpilih menjadi ‘bapa’ dari Penyelamat Dunia. Mengenangkan kisah ‘silsilah Yesus Kristus’ ini kiranya baik bagi kita semua untuk mawas diri sebagai yang terpilih. Masing-masing dari kita kiranya adalah sebagai ‘yang terpilih’, entah menjadi suami atau istri, imam, bruder atau suster, pekerja/pegawai atau pelajar dan mahasiswa, pejabat dst. Pada saat terpilih kepada kita dijanjikan hidup bahagia dan damai sejahtera asal kita setia pada janji atau sumpah ketika kita mengamini atau menyetujui pilihan tersebut, maka baiklah kita kenangkan janji-janji atau sumpah-sumpah yang pernah kita ikrarkan dengan meriah, mantap dan bangga. Hidup bahagia dan damai sejahtera akan menjadi nyata atau terwujud jika kita setia dan taat melaksanakan apa yang kita janjikan atau sumpahkan. Perkenankan secara khusus di sini saya mengingatkan dan mengajak para bapak atau suami sebagai yang terpilih untuk hidup bersama atau mendampingi istri yang terkasih, memasukkan sang istri dan keturunan atau anak-anak ke dalam keluarga besar/marga. Ingat dan sadarilah pada umumnya bapak atau suami adalah kepala keluarga, maka hendaknya menuntun dan mendampingi seluruh anggota keluarga menuju ke hidup bahagia dan damai sejahtera. Kasihilah istri dan anak-anak anda baik dalam untung maupun malang, dalam suka dan duka.
  • “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa” (Kej 49:10). Suku Yehuda diimani sebagai bangsa yang terpilih. Keluarga besar anda adalah ‘yang terpilih’ dimana dari salah satu keturunan anda akan lahir tokoh yang sungguh hidup dan bertindak demi kesejahteraan umum atau keselamatan seluruh dunia. Nilai atau keutamaan utama macam apa yang menjadi benang merah atau ciri khas cara hidup dan cara bertindak keluarga besar anda? Hemat saya semua nilai atau keutamaan bersumber pada tiga keutamaan utama, yaitu iman, harapan dan cinta kasih, dan yang terbesar adalah cinta kasih, maka baiklah kita kenangkan dan hayati serta perdalam keutamaan cinta kasih, sebagai hukum yang utama dan pertama. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor 13:4-7). “Kutipan di atas barangkali kata-kata paling hebat yang pernah dituliskan mengenai cinta, menunjuk pada cara yang paling cerdas secara spiritual untuk melangkah di jalan cinta dan pengasuhan sebab tidaklah cukup hanya cerdas secara emosional dalam cinta” (Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Mizan -Bandung 2000,hal. 209). Marilah kita hayati dan sebar luaskan keutamaan-keutamaan yang mencari ciri dari cinta kasih di atas. Masing-masing dari kita diciptakan, dikandung, dilahirkan, dan dibesarkan dalam dan oleh cinta kasih, dan hanya dalam dan oleh cinta kasih kita dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini, maka tidak hidup dan tidak bertindak dalam kasih alias saling mengasihi berarti mengingkari jati diri yang sejati.

 

“Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin” (Mzm 72:3-4b)

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting