Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

“Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki” (Mrk 6:34-44).

 
Perikop Kitab Suci: 1Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44 

 

Brrefleksi atas bacaan-bacaan ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Krisis moneter dunia, yang juga berdampak di Indonesia, telah dan akan mengakibatkan PHK para buruh atau pekerja ribuan jumlahnya, yang pada gilirannya menimbulkan pengangguran rakyat kecil sehingga mereka semakin tak berdaya untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Yang akan terjadi kiranya mirip dengan apa yang dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini dimana ada ribuan orang,  yang mendengarkan pengaajaran Yesus, kelaparan serta menimbulkan belas kasihan. Mujizat pun terjadi: Yesus menggandakan “lima roti dan dua ikan” bagi ribuan orang, sehingga “mereka semuanya makan sampai kenyang”. Maka baiklah kita meneladan Yesus, tentu saja tidak akan mampu melakukan mujizat seperti Dia, melainkan dengan bertindak sosial dengan memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan. “Setitik ora katampik, akeh soyo pikoleh” (= Sedikit tidak akan ditolak, banyak lebih baik), demikian kata pepatah Jawa. Dalam iman dan bersama dengan Tuhan marilah kita bagikan apa yang kita miliki/kuasai, entah makanan, minuman atau harta benda atau uang terhadap mereka yang kurang beruntung dari kita, yang miskin dan berkekurangan. Memberi dari kelimpahan berarti membuang sampah alias menjadikan orang lain tempat sampah dan dengan demikian melanggar hak asasi manusia, harkat martabat manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Memberi dari kekurangan itulah keutamaan atau persembahan sejati. Marilah meneladan Yesus yang tergerak hatiNya oleh belas kasihan kepada orang banyak yang kelaparan.
  • “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah” (1Yoh 4:7), demikian pesan atau nasihat Yohanes kepada kita semua. Masing-masing dari kita adalah ‘yang terkasih’, yang diciptakan oleh Allah bekerja sama dengan orangtua/bapak-ibu kita masing-masing yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh. Kita dikandung, dilahirkan oleh ibu kita dan dididik, dibesarkan, dibina oleh orangtua kita dalam dan oleh kasih, tanpa kasih kita tidak mungkin tumbuh berkembang seperti saat ini. Jika masing-masing dari kita sungguh menyadari dan menghayati sebagai ‘yang terkasih’ kiranya ajakan untuk saling mengasihi sangat mudah, karena bertemu dengan orang lain, siapapun berarti ‘yang terkasih’ bertemu dengan ‘yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi. Jika kita tidak menyadari dan menghayati sebagai ‘yang terkasih’ berarti kita tidak mengenal Allah, tidak beriman. Masing-masing dari kita telah menerima kasih dengan melimpah ruah, maka mengasihi berarti tinggal menyalurkan apa yang telah kita miliki secara melimpah ruah. Maka hendaknya jangan pelit menyalurkan kasih atau mengasihi sesama dan saudara-saudari kita. Para orangtua/bapak ibu hendaknya menjadi teladan dalam hal saling mengasihi ini bagi anak-anaknya, demikian juga para petinggi/atasan bagi bawahan atau anggota-anggotanya. Semoga tidak hanya manis dibibir/mulut dalam menghayati kasih , namun manis juga di hati, jiwa dan tubuh. Tanda kebersamaan hidup yang saling mengasihi adalah menawan, memikat dan menarik, sehingga siapapun tergerak hatinya untuk mendekat.

 

“Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin” (Mzm 72:2-4ab)

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting