User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

I. MAZMUR SEBAGAI DOA UMAT

1. Doa lama yang tidak usang

Mazmur diterima Gereja sebagai Kitab Suci bahkan sebagai doa Gereja hingga kini. Kalau dipikir ini sungguh suatu keajaiban, karena Mazmur berasal dari bahasa, budaya, dan sastra yang sangat kuno. Diperkirakan Mazmur ditulis kira-kira seribu tahun sebelum Yesus Kristus lahir ke dunia. Akan tetapi, hingga kini Mazmur tidak usang bahkan selalu segar. Bagaikan mendengar kicau burung, walaupun mendengar setiap pagi suara burung yang sama, kita tidak pernah bosan, karena terdengar selalu baru. Seratuslimapuluh pasal Mazmur mencerminkan kemenangan dan kekalahan, pemberontakan dan kesetiaan, serta keluhan dan pujian bangsa Israel.

“Kami lahir , hidup, dan mati bersama kitab ini. 150 puisi, 150 tangga antifon kematian dan kehidupan, 150 cermin pemberontakan dan kesetiaan, penderitaan dan kebangkitan.” (Andre Chauraqui, seorang Ibrani))

Mazmur berasal dari sejarah, selalu ada dalam sejarah, dan senantiasa menjadi kitab doa yang utama bagi umat Kristiani sepanjang sejarah Gereja. Mazmur diterima Gereja karena warisan turun temurun. Mazmur adalah doa yang manusiawi sekaligus kristiani. Manusiawi karena menampilkan sentimen dasar manusia. Kristiani karena bersatu dengan Kristus yang telah membuat diri-Nya menjadi sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa, dalam segala perasaan, pengagungan dan pujian, kesedihan dan permohonan.

 

2. Doa yang hidup

Mazmur tidak sulit dimengerti walaupun kuno karena mengungkapkan perasaan-perasaan terdalam manusia. Oleh karena itu, Mazmur dapat berlaku di segala tempat, budaya, dan waktu. Mazmur adalah ekspresi dasar manusia di hadapan Allah; imannya, sukacitanya, ketakutannya, pujiannya, dan lain-lain.

Sebetulnya ada banyak Mazmur selain yang kita kenal sekarang. Akan tetapi, hanya yang masuk dalam kanonik yang merupakan doa yang hidup. Selain terjamin inspirasinya juga karena sudah terbukti dari waktu ke waktu membantu manusia berkomunikasi dengan Allah, mengungkapkan segala keluhan dan kebutuhannya.

Mazmur berasal dari sejarah, selalu ada dalam sejarah, dan senantiasa menjadi kitab doa yang utama bagi umat Kristiani sepanjang sejarah Gereja. Mazmur diterima Gereja karena warisan turun temurun. Mazmur adalah doa yang manusiawi sekaligus kristiani. Manusiawi karena menampilkan sentimen dasar manusia. Kristiani karena bersatu dengan Kristus yang telah membuat diri-Nya menjadi sama dengan manusia kecuali dalam hal dosa, dalam segala perasaan, pengagungan dan pujian, kesedihan dan permohonan.

 

3. Perasaan manusiawi yang jujur

Dalam Mazmur bukan sekedar ditemukan seluruh perasaan pribadi manusia, tetapi lebih dari itu, kita belajar berkomunikasi dengan Allah. Mazmur mengajar kita untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan seperti anak kecil kepada orangtuanya. Demikian pula bangsa Israel bagai anak kecil yang pelan-pelan belajar mengenal Allah dan berbicara dengan-Nya. Lewat Mazmur, Allah mengajarkan kepada kita kata-kata yang jujur, tidak hanya pujian tetapi juga mampu mengungkapkan keluhan-keluhan dan kebutuhan-kebutuhan kita. (bdk. Luk. 11: 5-8)

Tanpa Mazmur doa-doa Gereja menjadi miskin terutama karena sering tergoda menekankan keindahan doa. Mazmur yang jujur lebih menyegarkan. Mazmur tidak pernah usang karena merupakan doa yang sejati, bukan doa yang tanpa suara, sia-sia dan tidak bergema. Mazmur mencerminkan kesedihan kita, pemberontakan kita, kesalahan, ketakutan, kerinduan, dan luapan sukacita.

Menurut E. Bianchi,

Pada saat manusia menanti, Mazmur mengarahkan hatinya kepada Allah

Pada saat manusia bersukacita, Mazmur mengarahkan hatinya untuk bersyukur

Pada saat manusia berdosa, Mazmur menyadarkan manusia akan dosanya

Pada saat manusia mencari Allah, Mazmur menolongnya dalam pencarian itu

Pada saat manusia memuliakan Allah, Mazmur membantunya karena manusia adalah ciptaan termulia Allah, puncak piramid dari segala ciptaan

 

4. Doa yang langsung dan terarah

 

Mazmur merupakan doa yang terarah kepada Allah karena ditulis oleh orang yang percaya kepada-Nya. Terarah kepada Tuhan berarti mencari Dia sepanjang kehidupan nyata yang seringkali sulit karena berdoa memang tidak mudah, butuh rahmat. Di lain pihak Tuhan selalu ada “di sana”, tetapi tidak pernah ditemukan secara definitif. Hal ini terjadi karena Sang Sabda berada di pangkuan Bapa. Artinya, Dia berada di tempat yang tersembunyi bagi mata yang fana. Oleh karena itu, dalam Mazmur kita jumpai:

“Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?” (Mz.10:1)

“Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?” (Mz.13:2)

“Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: "Di mana Allahmu?" (Mz.42:11)

Bagaimanapun juga pemazmur tetap tinggal sebagai orang beriman. Ia mengeluh, meratap, justru karena percaya Tuhan itu ada dan selalu mendengar.

“Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.” (Mz. 121:4)

Sebagaimana para mistikus yang berangkat dari pengalaman rohaninya dengan Allah, demikian pula pemazmur merasakan kedekatannya dengan Allah dan mencoba mengungkapkan dengan bahasa yang ekspresif dan penuh warna. Imannya terungkap lewat mazmur-mazmurnya yang penuh kepercayaan.

 

Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.“ (Mz.139:9-10)

"Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.“ (Mz.17:8)

Sudah sejak semula manusia sadar bahwa mereka membutuhkan Tuhan. Oleh karena itu, sadar atau tidak sadar jiwanya mencari Allah dan rindu untuk melihat wajah-Nya. Santo Agustinus mengatakan bahwa manusia tercipta hanya untuk Allah. Oleh karena itu, doa-doa Mazmur sangat cocok bagi umat Kristiani, karena dengan tepat mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhan dasar jiwanya.

“Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya Tuhan.“ (Mz 4:7)

“Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mz. 42:3)

"Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.” (Mz 27:8-10)

Sikap penantian umat Kristiani diumpamakan “lebih dari seorang penjaga malam yang menantikan fajar.” (Mz. 130:6) Bukan sededar penantian kedatangan Yesus kedua kalinya, tetapi juga pengharapan akan berkembangnya kehidupan dalam kepenuhan melalui Dia dan di dalam Dia.

“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.“ (Yoh.15:11)

"Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.“ (Yoh.17:13)


II. DOA KRISTUS

Mazmur adalah roti padang gurun, merupakan hal yang esensial dalam Gereja dan hidup doa kita. Hal ini terjadi karena Mazmur lahir dari kedekatan sang pemazmur dengan Allah. Mazmur dibuat untuk orang yang beriman kepada Tuhan. Bagi orang yang tidak percaya, Mazmur tampak hanyalah seperti omong kosong belaka.

Mazmur dibuat untuk Gereja yang menaikkan pujian kepada mempelai-Nya. Walaupun termasuk dalam Perjanjian Lama, Mazmur sangat Kristologis – Mesianis.

  • Kristologis: karena merupakan doa Yesus sendiri.
  • Mesianis: karena berbicara tentang Yesus Sang Mesias.

Oleh karena itu, Mazmur menjadi doa umat Kristiani dan diadopsi dalam buku Ibadat Harian yang sering dipakai oleh para biarawan dan biarawati.

Mazmur dibuat untuk Kristus yang memaknainya dengan kehendak Allah. Dengan Mazmur, Kristus memberikan hidup-Nya, segala aktivitas-Nya, wafat-Nya, dan kebangkitan-Nya. Mazmur juga merupakan doa yang digunakan Yesus selama hidup-Nya. Hal ini terungkap dalam Injil baik secara implisit maupun eksplisit.

  • Implisit: Yesus dan keluarga-Nya datang ke sinagoga dan bait Allah.
  • Eksplisit:

- dalam perjamuan terakhir Yesus mendaraskan Hallel (Mz. 113, 118, 136)

- bersama para murid berdoa di Getsemani dengan doa Mazmur (Mz. 42:6; 53:5)

- di atas kayu salib: Mz. 31:6 (Luk. 23:46 b); Mz. 22:2 (Mat. 27:46; Mrk. 15:34)

Seluruh Mazmur, sebagaimana Perjanjian Lama seluruhnya, terarah kepada Kristus. “Yang Baru” telah ada, tersembunyi dalam “Yang Lama” menerangi seluruh Perjanjian Lama sampai kedalamannya. Di lain pihak dalam Perjanjian Baru ayat-ayat Mazmurlah yang paling sering dikutip.

Lewat Daud sang penyusun Mazmur, perasaan setiap manusia dari Adam sampai Mesias terwakili.

Adam : A  D  M

Adam Daud Mesias

Bukti Mazmur berbicara tentang Yesus, dapat dijumpai dalam:

“…harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." (Luk.24:44)

Mat. 22:43 : Hubungan antara Yesus dan Daud (Mz. 110:1)

“Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." (Mz.110:1)

Mat. 21:42 : Batu yang dibuang jadi batu penjuru (Mz. 118:22-23)

“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” (Mz.118:22-23)

Mrk. 15:24 : Pakaian Yesus diundi (Mz. 22 :19)

"Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku.” (Mz.22:19

Mrk 15:29 : Orang-orang menggelengkan kepala (Mz. 22:8)

“Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya.” (Mz.22:8)

Kristus menjadi manusia dan menjadi Adam baru. Kristus hadir dalam Gereja yang berdoa dan menyanyikan Mazmur. Jadi, Gereja dan bangsa Israel menyanyikan Mazmur bukan sekedar untuk masa sekarang tetapi dalam sudut pandang Mesias dan dalam sikap penantian. Seluruh doa Mazmur terarah kepada Kristus karena Ia yang sulung di antara banyak saudara dan di dalam Dia Gereja melihat kesempurnaan ideal orang Kristiani. Kristus lebih dari sekedar teman dalam perjalanan dan doa.

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” (Rm.8:29)

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting