User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

2. Karisma-karisma Roh Kudus

Karisma-karisma atau karunia-karunia Roh Kudus memegang peranaan yang penting dalam Pembaruan Karismatik. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Lumen Gentium,12 mengatakan bahwa "…semua karisma, dari yang besar sampai yang sederhana, yang telah diberikan oleh Allah harus disambut dengan rasa syukur dan terhibur terutama yang sesuai dengan kebutuhan Gereja." Konsili menambahkan bahwa karisma-karisma yang luar biasa tidak boleh dikejar dengan ceroboh dan bahwa mereka yang mempunyai wewenang dalam Gereja berhak mengadakan penilaian mengenai keaslian karisma-karisma dan pemanfaatannya secara benar. Mereka memiliki tugas khusus tidak untuk memadamkan Roh, melainkan untuk menguji semuanya dan untuk mempertahankan yang baik. (bdk. 1 Tes 5:12.19-21)

Dengan menemukan karisma-karisma asli dan memanfaatkan secara tepat maka Gereja kita akan diperkaya dengan dinamisme (kekuatan) Roh Kudus dengan pelayanan-pelayanan beraneka ragam yang begitu dibutuhkan Gereja pada saat ini. Karisma-karisma adalah penting dan perlu. Karisma-karisma tersebut merupakan karya Roh Kudus.

Berkenaan dengan ini, Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa apa yang dikisahkan dalam Perjanjian Baru mengenai karisma-karisma sebagai tanda-tanda kedatangan Roh Kudus bukan hanya merupakan suatu sejarah kuno yang sudah tertutup untuk selama-lamanya. Sebaliknya karisma-karisma ini akan selalu dialami lagi pada zaman sekarang secara aktif dan berkobar-kobar. Kita bisa berdosa karena kelalaian apabila kita menyangkal pentingnya karisma-karisma dan bila kita menolak atau menggesernya. Namun, kita juga bisa berdosa dengan mementingkannya secara berlebih-lebihan dan membuatnya menyimpang dari tujuannya demi hidup Gereja.

Maka, di satu sisi, sikap kita mengenai karisma-karisma ini harus terbuka dan penuh penghargaan. Demikianlah dikatakan Paus Paulus VI, "Semoga dengan berkat Allah, Tuhan sekali lagi mencurahkan hujan karisma-karisma yang membuat Gereja subur, indah dan ajaib, juga membuat Gereja mampu untuk mempengaruhi, termasuk menarik perhatian dan menimbulkan keheranan dunia profan, dunia yang semakin disekularisasi." (10 Oktober 1974). Akan tetapi, di sisi lain, tidak boleh dilupakan bahwa buah Roh Kudus yaitu Cintakasih lebih penting dari karisma-karisma. Selama Cintakasih yang merupakan buah Roh Kudus belum berkuasa dalam diri kita (bdk. Yoh 5:22), kita belum bisa berbicara mengenai Pembaruan yang sebenarnya. Gereja dan dunia akan berubah jika kita dipenuhi dengan Cintakasih Ilahi dan jika kita mencintai seperti Yesus telah mencintai kita (bdk. Yoh 13:35)

Bagaimanapun luarbiasanya karisma-karisma itu, akan sia-sia saja bila tidak menghasilkan perubahan-perubahan yang diinginkan, yakni manusia-manusia baru yang telah diperbaharui dengan hidup baru dari Injil, yaitu hidup dalam Cintakasih: "Aku memberikan kepadamu suatu perintah baru: 'Seperti Aku mencintai kamu demikianlah kamu harus saling mencintai'" (Yoh 13: 34) Senada dengan ini seperti dikatakan St. Paulus: "Jadi, berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi, yaitu Cintakasih." (lih. 1 Kor 12:31-13:1-13)

Namun, kita juga harus menghindari ekstrim yang berlawanan, yang mengatakan bahwa tidak perlu lagi ada karisma-karisma. Mengenai hal ini Rasul Paulus berkata: "Kejarlah Kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh terutama karunia bernubuat." (1 Kor. 14:1) Rasul Petrus menambahkan: "…sehingga dengan karisma-karisma itu kita bisa melayani seorang akan yang lain sesuai dengan karunia yang diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari Kasih karunia Allah yang beraneka ragam. (1 Ptr. 4:10)

Supaya lebih jelas kita perlu membedakan antara dua macam karunia-karunia Roh Kudus menurut fungsinya:

1.  Karunia-karunia untuk menguduskan manusia (gratum faciens): ini adalah bentuk utama dan mutlak perlu untuk keselamatan dan agar manusia berubah menjadi obyek Cintakasih Ilahi. Tanda bagi mereka yang memiliki karunia-karunia ini adalah kehadiran di dalam diri mereka, buah-buah roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. (Gal. 5:22.23) Semuanya harus ada dalam diri seorang pengikut Kristus yang sejati.

2.  Karunia-karunia untuk memperkaya manusia dengan hak-hak istimewa dan khusus (gratis data) demi pembangunan jemaat dan pewartaan Kerajaan Allah. Karunia-karunia seperti inilah yang kita sebut sebagai karisma-karisma. Kehadiran karisma-karisma ini tidak harus ada dalam setiap orang Kristen.

Jadi, adalah suatu kesalahan besar apabila kita secara eksklusif menekankan karisma-karisma dan kurang menghargai Rahmat Pengudus, yang justru merupakan yang paling penting. Namun, setiap karisma pemberian Roh Kudus juga merupakan anugerah adikodrati yang tidak ternilai, yang merupakan sarana efektif untuk pelayanan kristiani. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa kedewasaan suatu pembaruan terletak pada usaha untuk selalu menjaga suatu keseimbangan secara tepat serta tahu memberi tempat kepada setiap karunia itu sesuai dengan nilainya.

Dasar Teologis

Dasar teologis dari pembaruan ini adalah Hidup Trinitaris (berdasarkan Allah Tritunggal). Di dalam Pembaruan dalam Roh harus hadir visi atau wawasan Trinitaris seperti yang diungkapkan dalam Konsili Vatikan II: "Gereja adalah ungkapan rencana kasih Bapa dalam zaman yang menghendaki agar semua orang diselamatkan dan sampai pada pengetahuan akan kebenaran secara penuh (1 Tim. 2:4) dan untuk mencapai tujuan ini maka 'pada waktu kepenuhan zaman Bapa telah mengutus Putera-Nya yang telah lahir dari seorang wanita untuk menebus kembali mereka yang telah berada dibawah hukum agar kita menerima hidup sebagai anak-anak angkat' (Gal 4:4–5).”

Kristus adalah Kepala Tubuh, yaitu Gereja (Ef. 5:23). Ia telah diserahkan demi Gereja, untuk menguduskannya (Ef. 5:25–27). Setelah menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan Bapa kepada-Nya di dunia, Ia mengutus Roh Kudus untuk menguduskan Gereja terus-menerus dan untuk memberikan kepada orang-orang beriman jalan kepada Bapa (LG, 4).

Dasar utama Teologis dalam Pembaruan Karismatik terletak dalam misteri Allah Tritunggal dan khususnya untuk semakin mengenal pribadi Roh Kudus dan keaktifan-Nya yang tak dapat diganti, yang tanpa henti-hentinya hadir dalam Gereja dan dalam setiap diri kita. Melalui Roh Kuduslah, Bapa menghidupkan semua yang mati karena dosa. Ia tinggal dalam Gereja dan dalam hati orang-orang yang beriman. Bagaikan dalam suatu kenisah, Ia membimbing kita ke dalam suatu kebenaran, mempersatukan, memerintah, dan menganugerahi berkat berbagai karunia-karunia hirarkis dan karismatis.

Pembaruan dalam Roh telah memberikan banyak sumbangan dengan menekankan terus-menerus pentingnya keaktifan Roh Kudus sebagai Jiwa Gereja. Pribadi Roh Kuduslah yang mendapat tempat utama dalam gerakan pembaruan ini, dan bukan karisma-karisma.

Persekutuan Doa

Paus Yohanes Paulus II menulis dalam Ensiklik Dominum et Vivificantem: "Zaman kita yang sulit sekarang ini secara khusus membutuhkan Doa. Beberapa gerakan dewasa ini memprioritaskan doa dan pembaruan hidup Rohani. Ini adalah suatu fakta yang penuh arti dan hiburan." Waktu bersama beberapa uskup Perancis berbicara tentang Persekutuan Doa, beliau berkata: "Kita dapat berbicara mengenai suatu Rahmat yang datang pada waktu yang tepat untuk menguduskan Gereja, memperbaharui selera doa di dalam Gereja." Dan dalam konperensi Internasional Pembaruan Karismatik beliau menambahkan: "Kekuatan dan kesuburan Pembaruan memberikan suatu kesaksian mengenai kehadiran kuat kuasa Roh kudus yang bekerja dalam Gereja setelah Konsili Vatikan II. Roh Kudus telah membimbing Gereja sepanjang segala masa dan membangkitkan bermacam-macam karunia di tengah orang beriman. Berkat Roh Kudus Gereja dapat menjaga kekuatan hidup dan semangat muda dan Pembaruan Karismatik merupakan suatu bukti nyata dari vitalitas Gereja pada zaman sekarang ini."

Persekutuan Doa merupakan salah satu unsur paling penting dari Pembaruan Dalam Roh. Di situlah, pada umumnya orang Katolik mulai mengenal Pembaruan. Di dalamnya mereka membagi-bagikan doa bersama dengan saudara dan saudari mereka secara spontan di bawah bimbingan Roh Kudus dengan suatu kesadaran yang jelas akan kehadiran Yesus seperti yang dijanjikan-Nya kepada mereka yang berkumpul dalam nama-Nya. (Mat. 18:20) Apabila persekutuan doa dilakukan seturut Sabda Allah, semakin lama Sabda Allah akan semakin dalam menembus budi dan hati manusia dan menjadi pelita dan terang bagi jalan hidup manusia. (Mzm. 109:105) Dalam persekutuan doa, pujian dan penyembahan mendapat tempat yang utama.

Dari buah-buahnya: pertobatan, pertumbuhan rohani, kesembuhan lahir dan batin, serta penerimaan banyak kebaikan lain menunjukkan betapa pentingnya persekutuan doa. Namun, persekutuan doa sekali-kali tidak boleh sampai menggantikan tempat utama perayaan-perayaan liturgis, terutama Misa Hari Minggu. Persekutuan Doa yang baik justru akan semakin menumbuhkan cinta akan sakramen-sakramen. Selain itu, Persekutuan Doa juga tidak bisa menggantikan tempat doa pribadi atau saat-saat berada sendirian dengan Tuhan di dalam keheningan.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting