User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index


3.   Hakekat dan Tujuan PKK

3.1.  Pengertian PKK

Sejak perkembangan, ada dua perbedaan istilah dari PKK, yakni “Pembaruan Karismatik Katolik” dan “Pembaruan Hidup Rohani”. Memang, keduanya hanya berbeda pernyataan saja, tetapi sesungguhnya menunjuk pada realitas yang satu dan sama. Maka, ada beberapa hal yang patut diperhatikan sebagai berikut.

Setiap pembaruan dalam Gereja, baik itu pembaruan Kitab Suci, Liturgi, Dogma dan sebagainya, dia selalu kembali pada sumber, yaitu Kitab Suci dan tradisinya. Maka, pembaruan ini mau kembali kepada semangat dan cara hidup Gereja awali (bdk. Kis 2: 41-47), yaitu keterbukaan total kepada bimbingan dan kuasa Roh Kudus, termasuk karisma-karisma-Nya.

Dalam PKK, penggunaan karisma-karisma memang penting, tetapi bukan yang terpenting dan yang terpenting ialah hidup dalam iman, pengharapan dan kasih (bdk. 1 Kor 13). Selain itu, PKK bukanlah satu-satu melainkan salah satu pembaruan yang berguna bagi Gereja, yakni suatu pembaruan rohani dalam Gereja. Suatu pembaruan yang menunjuk pada kesadaran baru dalam keterbukaan total terhadap bimbingan dan kuasa Roh Kudus.

Itulah sebabnya, kita perlu membedakan dalam PKK, aspek sosiologis dan aspek teologisnya. Kita harus tahu mana yang menjadi sarana dan mana yang menjadi tujuan. Apa yang menjadi aspek sosiologis atau sarana, sekunder, penunjang tak boleh menjadi atau menggantikan aspek teologis yang menjadi tujuannya, yang pokok, yang patut diperhatikan dan yang harus dihidupi.

 

3.2.  Hakekat PKK

Demi memahami hakekat atau inti PKK, kita perlu mengenal pula aspek sosiologis. Aspek ini hanya menyangkut ungkapan-ungkapan lahiriah dan terbatas dalam watak, kebiasaan, tradisi suatu tempat dan waktu, misalnya cara berdoa dalam PD, ungkapan-ungkapannya, tepuk tangan dan tarian. Hal ini tak dapat dimutlakkan, namun perlu sebab ini semua bersifat sebagai “bungkus” supaya orang tertarik dan mau menikmati isi, hakekat, inti atau jantung dari PKK.

Hakekat dari PKK ialah suatu penyadaran secara baru (tidak biasa dan unik) kehadiran Roh Kudus yang membarui hidup Gereja dan umat Allah. Ini yang patut diperhatikan dan tak boleh digantikan dengan aspek sosiologis. Melalui PKK, orang mengalami pembaruan hidup, suatu perubahan diri pribadi, yang meliputi budi, ingatan, kehendaknya, dari manusia lama menjadi manusia baru dalam Kristus.

Dalam segala sesuatu ia tak lagi menyandarkan diri pada kekuatan dirinya sendiri, ia menjaga jarak dari kuasa duniawi, dan ia menjauhkan diri dari kuasa-kuasa kegelapan yang nyata dalam kuasa perdukunan, dan sebagainya. Ia mulai mengandalkan Tuhan Yesus dan kuasa Roh-Nya sebagai sumber kekuatannya dan menjadi dasar dan tujuan seluruh hidupnya. Dengan demikian, melalui PKK, ia mau menggapai kepenuhan hidup Kristiani yang dirumuskan oleh Konsili Vatikan II, yakni Panggilan Universal kepada Kekudusan dan Kesempurnaan Hidup Kristiani (bdk. LG 40) atau kerap disebut persatuan yang sempurna dengan Allah dalam cinta kasih.

 

3.3.  Tujuan PKK     

Demi menggapai tujuan hidup Kristiani dan yang menjadi tujuan pokok PKK, yaitu persatuan cinta kasih dengan Allah, maka ada aspek-aspek dasar atau hidup trinitas yang perlu dihayati dalam hidup sebagai berikut:

 

3.3.1.  Hidup dalam Bimbingan dan Kuasa Roh Kudus

Suatu kesadaran baru bahwa kita sepenuhnya “Hidup dalam Roh” (bdk. Rm 8:14). Artinya, kita sebagai orang Kristiani menerima karunia Roh Kudus dalam Sakramen Pembaptisan sebagai Anak-anak Allah yang hidup dalam bimbingan dan kuasa Roh Kudus. Karena itu, kita rela meninggalkan dosa dan hidup dalam kuasa Roh Kudus. Itu berarti, kita juga bertumbuh dalam karunia (pengudusan hidup) dan karisma Roh Kudus (pelayanan demi umat Allah). Namun, tidak hanya berhenti pada pengalaman tertentu, tetapi terus berkembang sampai puncak, yaitu pengalaman Roh Kudus pada persatuan dengan Allah (bdk. ajaran S. Teresia dari Avila dan S. Yohanes dari Salib).

 

3.3.2.  Pengenalan akan Allah Bapa

Melalui PKK, orang menerima pengalaman Roh Kudus, bahwa Roh Kudus selalu menyatakan Allah itu adalah Bapa kita, “ya Abba, ya Bapa” (Rm 8:15). Bukan karena kekuatan kita, tapi dengan kuasa Roh Kudus, kita berani untuk menghayati komitmen, yaitu memasuki perjumpaan yang mesra dengan Allah yang mengubah kita. Untuk mencari dan melaksanakan kehendak-Nya. Untuk mewartakan karya agung-Nya dan menjadi Dia dicintai demi kemuliaan nama-Nya dan keselamatan jiwa-jiwa.

 

3.3.3.  Yesus Kristus adalah Tuhan dan Penyelamat

PKK membawakan kepada kita kehadiran baru Roh Kudus. Oleh kehadiran Roh Kudus itu kita boleh mengalami, bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup. Kita juga menerima keyakinan, bahwa Yesus yang disalibkan itu telah bangkit kembali dan kini hidup dan memerintah bersama dengan Bapa. Kita juga disadarkan, bahwa Yesus adalah Tuhan dan Penyelamat kita (bdk. Flp 2: 11). Oleh kehadiran Roh Kudus ini dengan sungguh-sungguh kita dapat berkata, bahwa Yesus adalah Tuhan. Roh Kudus menyadarkan kita pula, bahwa Yesus harus menjadi pusat hidup kita. Dialah yang harus meraja di dalam hidup kita oleh kuasa dan kehadiran Roh Kudus. 

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting