Print
Hits: 7595

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

 

Pembaharuan Karismatik yang bermula dari sebuah kelompok para mahasiswa Universitas Duquesne, Pittsburgh pada bulan Februari 1967 segera berkembang ke Universitas Notre Dame dan Universitas Michigan yang akhirnya kemudian semakin meluas bukan saja di Amerika, tetapi sampai negara-negara lain sehingga orang-orang Katolik mengalami pembaharuan rohani yang luar biasa dalam hidup Kristiani mereka dan disertai dengan banyak karunia-karunia dari Roh Kudus.

Pada permulaan, para pimpinan Gereja bersikap menanti, membiarkan saja, tanpa melarang, tetapi juga tidak merestui. Pada umumnya mereka ingin melihat perkembangannya lebih lanjut sebelum mengambil sikap.

 

Tanggapan Para Paus

Sekitar tahun 1960-an Paus Yohanes XXIII mulai merancang untuk menyelenggarakan suatu Konsili yang sekarang kita kenal sebagai Konsili Vatikan II. Sebagai persiapan Konsili tersebut, Paus berdoa untuk suatu pembaharuan baru dalam Roh Kudus, suatu pengalaman Pentakosta jemaat awali atas seluruh Gereja. Rupanya Pembaharuan Karismatik Katolik merupakan salah satu jawaban atas doa suci Paus Yohanes XXIII tersebut. Pada malam sebelum menjelang tahun 1900, Paus Leo XIII telah mengangkat tangan mewakili Gereja untuk berdoa kepada Tuhan, “Baharuilah Gereja-Mu pada masa ini dengan suatu Pentakosta baru.”

Kita juga melihat dalam diri Paus Paulus VI yang sudah sejak semula mengikuti perjalanan Pembaharuan Karismatik ini dengan penuh perhatian. Berkali-kali pada pelbagai kesempatan mengemukakan harapannya tentang Gereja dalam hubungannya dengan Pembaharuan. Meskipun tidak terang-terangan menyebutkan pembaharuan itu sebagai pembawa harapan baru bagi Gereja. Pada tanggal 10 Oktober 1973 Paus menerima wakil-wakil dari Pembaharuan Karismatik yang sedang mengadakan konggres di Grottaferrata. Kepada mereka Sri Paus mengungkapkan rasa gembiranya “atas pembaharuan rohani” dan menganjurkan mereka agar tetap waspada dan memperhatikan pembedaan roh-roh.

Dua bulan kemudian, tanggal 21 Desember 1973 dalam pidatonya kepada para Kardinal, Paus Paulus VI menyatakan: “Hembusan Roh Kudus telah datang untuk membangkitkan dalam Gereja kekuatan-kekuatan yang tertidur, menimbulkan karisma-karisma yang tersembunyi, untuk menyebarluaskan vitalitas dan kegembiraan, yang pada tiap masa sejarah, menjadikan Gereja muda kembali serta aktual.” Puncak dari sikap Sri Paus ini kita jumpai pada hari Pentakosta 1975 ketika beliau menyambut para pengikut Konggres Karismatik Internasional di Roma. Pada kesempatan itu beliau tanpa ragu-ragu merestui dan dengan terang-terangan menyatakan bahwa pembaharuan ini memang dibangkitkan oleh Roh Kudus sendiri, dikatakannya: “Kehadiran ribuan peserta dalam konggresmu ini menjadi tanda bahwa benar-benar Roh Kudus yang menjiwai. Pada zaman sekarang ini, baik Gereja maupun dunia membutuhkan berlangsungnya mukjizat Pentakosta. Di dunia yang semakin disekularisir ini, sangat dibutuhkan kesaksian pembaharuan rohani ini. Sejauh kami lihat, Roh Kudus membangkitkan pembaharuan ini dimana-mana, di daerah-daerah dan lingkungan yang amat berbeda-beda.”

Sementara itu pada tahun 1981 Paus Yohanes Paulus II dihadapan para peserta Konvensi Internasional para pemimpin Karismatik yang datang dari seluruh dunia, meneguhkan pernyataan Paus Paulus VI dan menyatakan bahwa harapan pendahulunya telah terpenuhi dengan melihat buah-buah yang dihasilkan pembaharuan ini. Pada tahun 1984 Sri Paus juga berkenan memberikan pengarahan dalam suatu Retret Karismatik Internasional untuk para imam di Roma. Paus Yohanes Paulus II juga mengakui vitalitas dari apa yang disebut Pembaharuan Karismatik Katolik. Pada tahun 1987 dalam kesempatan Konferensi Internasional yang ke-VI dari para pemimpin Karismatik Katolik di Roma, beliau mengatakan: “Tahun ini menandai ulang tahun yang ke duapuluh Pembaharuan Karismatik dalam Gereja Katolik. Kekuatan dan banyaknya buah yang dihasilkan oleh Pembaharuan Karismatik membuktikan kehadiran yang penuh kuasa dari Roh Kudus yang bekerja dalam Gereja Katolik dalam tahun-tahun sesudah Konsili Vatikan II. Karena Roh Kuduslah, Gereja mampu memelihara vitalitasnya yang senantiasa muda. Pembaharuan Karismatik merupakan manifestasi dari vitalitas ini di zaman sekarang, pernyataan yang berani dari apa yang dikatakan Roh Kudus kepada Gereja-Gereja saat kita mendekati berakhirnya Millenium ke dua.”

 

Sikap Para Uskup

Karena perkembangan pembaharuan ini begitu luar biasa maka dalam tahun 1969, tiga tahun sesudah lahirnya pembaharuan ini, Konferensi Uskup-uskup Amerika Serikat menugaskan suatu komisi untuk menyelidiki Pembaharuan Karismatik ini. Pada tanggal 14 November 1969, komisi tersebut menerbitkan laporan yang bernada amat positif, karena alasan-alasan berikut: “Gerakan ini telah mengubah kelakuan orang menjadi lebih baik, menimbulkan pengertian Kristen yang lebih mendalam, membawa kepada kemajuan rohani, kepada pembacaan Kitab Suci yang lebih tekun, dan membawa kepada pengertian iman yang lebih mendalam.”

Demikian pula Komisi Teologis Konferensi Uskup-uskup Inggris telah mengeluarkan suatu laporan yang bernada positif, sambil menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan, supaya tidak menyimpang. Kemudian dalam tahun 1975 Konferensi Uskup-uskup Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan resmi tentang Pembaharuan Karismatik dengan nada yang amat positif. Pernyataan itu bahkan menyamakan manifestasi Roh Kudus dalam Pembaharuan Karismatik seperti manifestasinya dalam Konsili Vatikan II: “Salah satu manifestasi besar Roh Kudus dalam zaman kita ialah Konsili Vatikan II. Banyak orang juga percaya bahwa Pembaharuan Karismatik Katolik merupakan manifestasi Roh Kudus seperti itu pula. Sebab sesungguhnya pembaharuan ini memberikan banyak tanda-tanda yang positif, lebih jelas dalam kelompok-kelompok tertentu dari pada kelompok yang lain. Melalui gerakan ini banyak orang mengalami kemajuan yang kuat, disitu kita jumpai semangat iman yang berakar kuat pada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Dan iman ini menurut gilirannya membawa kepada pembaharuan doa, baik yang pribadi maupun komuniter. Banyak dari antara mereka yang terlibat dalam gerakan ini mengalami suatu rasa baru tentang nilai-nilai rohani, suatu kesadaran yang lebih tinggi tentang karya Roh Kudus, pujian kepada Allah dan pendalaman keterlibatan pribadi kepada Kristus. Banyak pula yang tumbuh dalam devosinya kepada Ekaristi dan mengambil bagian dalam kehidupan sakramental Gereja secara lebih efektif. Penghormatan kepada Bunda Allah menerima arti yang lebih besar dan banyak yang memperoleh pengertian serta keterlibatan yang lebih mendalam pada Gereja. Perkara-perkara macam ini sudah selayaknya patut dianjurkan dan memang mencerminkan ajaran Kitab Suci serta Gereja seperti yang disebutkan diatas.”

Pada tahun 1984 dalam Pernyataan Pastoralnya, para Uskup Katolik Amerika Serikat menyatakan: “kami telah melihat Pembaharuan Karismatik Katolik telah matang dalam pemahamannya mengenai inti dari Injil dan kenyataan-kenyataan itu yang secara utama termasuk dalam kodrat yang paling dalam dari Gereja. Banyak orang yang mengalami pertobatan yang mendalam dan secara radikal berbalik arah kepada Allah. Banyak orang telah menemukan arti dari Gereja, Ekaristi, peranan Bunda Maria dan ajaran arti berpuasa. Banyak orang juga telah menemukan kebenaran bahwa salib itu pusat yang tetap di hati para murid Yesus Kristus bahkan sesudah kemuliaan kebangkitan dan pencurahan Roh Kudus.”

Pembaharuan karismatik juga memperoleh dukungan dari para uskup Amerika Latin dalam dokumen pertemuan 109 Uskup Amerika Latin tanggal 1-4 September 1987 di La Ceja, Columbia di Keuskupan Sanson Rionegro. Dikatakan “Justru karena kami mengenal rahmat ini dan karena kami tahu bahwa Pembaharuan dalam Roh menyimpan kekayaan-kekayaan besar serta kemungkinan-kemungkinan pastoral maka kami melihat kegunaannya untuk mempelajari dengan lebih baik dan memberikan kepadanya suatu dorongan dan membiarkannya agar menghasilkan buah-buah yang sangat kita butuhkan.”

Kita juga melihat bahwa sudah sejak semula ada uskup-uskup yang tidak hanya menanti atau menganjurkan, melainkan berani melibatkan diri secara aktif. Hal ini terdapat dalam diri Kardinal Suenens yang secara pribadi dan secara aktif melibatkan diri dalam pembaharuan Karismatik ini, bahkan juga menerima pencurahan Roh Kudus. Kemudian juga Kardinal Roy dari Canada, dan dalam Gereja Anglikan kita jumpai Uskup Agung Canterbury, Michael Ramsey.

 

Pentingnya peranan Para Imam

Peranan para imam dalam pembaharuan Karismatik adalah sangat penting sebagaimana Paus Yohanes Paulus II katakan: “Para imam dalam Gereja telah menerima karunia pentahbisan sebagai kooperator-kooperator (orang yang bekerja sama) dalam pelayanan pastoral para uskup dan dengan para uskup itu mereka mengambil bagian dalam imamat dan pelayanan Yesus Kristus yang satu dan sama. Karena itu imam mempunyai peranan yang unik dan sangat diperlukan baik didalam Pembaharuan Karismatik maupun untuk seluruh komunitas Kristiani. Tugas perutusannya tidak bertentangan dengan peranan sah dari kaum awam dan juga tidak paralel dengan peranan kaum awam. Melalui ikatan sakramental imam dengan uskup yang mentahbiskannya memberikan tanggung jawab pastoral untuk seluruh Gereja, menolong menjamin bagi gerakan-gerakan pembaharuan rohani dan kerasulan awam. Pengintegrasian mereka dengan kehidupan Gereja yang bersifat sakramental dan liturgis, terutama melalui partisipasi dalam Ekaristi.”

Kini kita dapat melihat bahwa doa suci Paus Yohanes XXIII, “Perbaharuilah ya Tuhan keajaiban-keajaiban-Mu sebagai Pentakosta baru” telah dipenuhi atas cara yang luar biasa oleh Konsili Vatikan II dan kelanjutannya.