User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Dalam penerbangan menuju Perancis (12-09-2008) untuk kunjungan apostoliknya Paus Benediktus XVI menegaskan bahwa pembebasan perayaan Ekaristi menggunakan tatacara pra-Konsili Vatikan II yang dilakukannya melalui Motu Proprio Summorum Pontificum tepat setahun lalu bukanlah merupakan langkah mundur kembali ke masa lalu. Paus mengatakan bahwa “Motu Proprio ini adalah sekedar tindakan toleransi dengan tujuan pastoral bagi mereka yang dibesarkan dalam liturgi ini, bagi yang mencintainya, dan yang merasa akrab serta ingin menghidupi liturgi ini”. Lebih lanjut lagi Paus mengemukakan bahwa tidak ada pertentangan diantara liturgi pra-Konsili dan pasca-Konsili serta beliau mengingatkan bahwa para Bapa Konsili Vatikan II pun setiap hari merayakan liturgi dengan menggunakan ritus pra Konsili yang umum disebut sebagai “Misa Tridentine”. Paus juga menjelaskan bahwa akan ada saling memperkaya diantara kedua bentuk liturgi ini sambil menegaskan bahwa tatacara Misa hasil pembaruan Konsili Vatikan II akan tetap menjadi bentuk biasa dari Perayaan Ekaristi Gereja Latin.

Paus mengemukakan hal diatas menanggapi berita seputar ketakutan yang timbul pada sebagian Uskup-uskup Perancis bahwa melalui Motu Proprio akan terjadi langkah mundur kembali kepada zaman pra-Konsili Vatikan II. Gereja Perancis sendiri sebelumnya telah bermasalah dengan kelompok tradisionalis radikal dibawah pimpinan Mgr. Marcel Lefebvre Uskupagung emeritus Dakkar yang juga bekas pimpinan Konggregasi Roh Kudus. Mgr. Marcel Lefebvre menolak hasil-hasil Konsili Vatikan II terutama Deklarasi mengenai kebebasan beragama (Dignitatis Humanae) dan juga hasil pembaruan tatacara Misa yang dijalankan atas perintah Konsili Vatikan II (yang umum disebut sebagai Novus Ordo Missae), dan kemudian mendirikan FSSPX (Fraternitas Sacerdotalis Sancte Pii X [Decisimi]) atau Persaudaraan Para Imam Santo Pius X suatu serikat para imam yang dididik menurut tradisi pra-Konsili dan seperti sang pendiri menolak hasil-hasil Konsili Vatikan II . Mgr. Lefebvre bersama para Imam FSSPX akhirnya diekskomunikasi oleh Paus Yohanes Paulus II setelah Mgr. Lefebvre menahbiskan 4 orang imam menjadi Uskup tanpa seizin Paus.

Namun, juga terdapat kelompok-kelompok yang mencintai tata cara liturgi pra-Vatikan II dan tetap menerima hasil-hasil Konsili Vatikan II sehingga tetap berada dalam persekutuan penuh dengan Bunda Gereja. Jumlah kelompok semacam ini dalam beberapa tahun terakhir meningkat pesat dan secara mengejutkan terdapat banyak orang muda yang tertarik dengan liturgi romawi tradisional. Saat ini juga terdapat beberapa serikat imam tradisional yang telah diakui kepausan, yang terbesar adalah FSSP (Fraternitas Sacerdotalis Sancte Petri) atau Persaudaraan Para Imam Santo Petrus yang berdiri pada tahun 1988 dan saat ini telah memiliki sekitar 100 orang imam. Juga terdapat kelompok orang-orang muda tradisionalis yang terhimpun dalam wadah Foederatio Internationalis Juventutem yang sejak 2005 selalu ambil bagian dalam perhelatan World Youth Day. Pernyataan Paus dalam penerbangannya menuju Perancis menjelaskan bahwa terutama Motu Proprio ditujukan bagi kelompok-kelompok semacam ini.

 

 

Daniel Pane

penulis tetap di situs Carmelia

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting