Print
Hits: 12559

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 


Perayaan Yubileum Agung Tahun 2000 sudah di ambang pintu. Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II melalui surat Apostolik TERTIO MILENIO ADVENIENTE (Kedatangan Milenium Ketiga) menyerukan kepada para uskup, para rohaniwan dan kaum awam supaya mempersiapkan din menyambut Yubileum Agung Tahun 2000. Apa yang harus dipersiapkan? Pertama-tama adalah hati kita supaya benar-benar terarah dan terpusatkan pada misteri Kristus, Sang Juruselamat.

Tiga tahun terakhir menjelang datangnya tahun 2000 nanti, Bapa Suci mengajak Gereja universal untuk masuk dalam persiapan jangka dekat. Dalam persiapan ini Gereja diajak untuk merenungkan misteri Allah Tritunggal. Tahun 1997 adalah Tahun Yesus Kristus, 1998 adalah Tahun Roh Kudus dan 1999 adalah Tahun Allah Bapa.

Tahun Yesus Kristus telah berlalu, sementara waktu berjalan terus. Tahun 1998 ini kita sudah masuk dalam Tahun Roh Kudus. Terbersit pertanyaan, apakah misteri hidup dan Pribadi Yesus Kristus sudah rampung dan tuntas kita renungkan? Belum! Sebab misteri hidup dan Pribadi Yesus Kristus itu begitu dalam dan kaya sehingga tidak mungkin selesai didiskusikan, diseminarkan, diretretkan, direkoleksikan, didalami dan direnungkan dalam waktu satu tahun. Berarti permenungan tentang Yesus Kristus hams seiring dengan perjalanan hidup iman kita. Setiap hari kita harus berjalan bersama Yesus dalam kuasa Roh Kudus menuju Allah Bapa. Sehubungan dengan hal ini, dalam tulisan ini akan diuraikan dua hal penting yaitu:

 

PENGHARGAAN YANG BARU AKAN BAPTIS

 

Bapa Suci mengingatkan bahwa salah satu aspek penting dalam permenungan selama Tahun Yesus Kristus adalah “Penghargaan yang baru akan Baptis sebagai dasar hidup Kristiani” (TMA 41). Apa maksudnya? Apakah artinya dibaptis? Apakah Baptis itu perlu? Apa konsekuensinya apabila seseorang dibaptis? Bagaimana ia harus hidup Sebagai orang yang telah dibaptis? Berbagai pertanyaan bisa muncul bila kita merenungkan pernyataan Bapa Suci tersebut.

Berbicara tentang Pembaptisan, Pembaptisan merupakan sakramen pertama yang harus diterima sebelum seseorang menerima sakramen-sakramen lain dalam Gereja katolik. Fernbaptisan juga merupakan pintu masuk menuju hidup dalam dan bersama Kristus. Karena itu perlu sekali disadari kembali arti dan makna Baptis yang telah kita terima. Arti dan makna Baptis itu antara lain:


A. DIBEBASKAN DARI DOSA

 

Pembaptisan adalah sakramen pertama dan terpenting demi pengampunan dosa (Katekismus Gereja Katolik 97). Inilah pengakuan iman Cereja. Sebab itu dalam doa Aku Percaya sebagaimana dirumuskan oleh Konsili Nicea-Konstantinopel dikatakan demikian, “...Aku mengakui satu pembaptisan akan penghapusan dosa.” (Fuji Syukur No.2).

Dalam pembaptisan, kepada kita diberikan rahmat pengampunan yang berkelimpahan. Semua dosa kita diampuni, baik dosa asal maupun dosa-dosa pribadi. Kalau demikian, apakah Sakramen Tobat masih perlu lagi? Ada orang yang berpandangan bahwa oleh karena rahmat pengampunan semua dosa yang diterima dalam pembaptisan, lalu merasa tidak perlu lagi menerima Sakramen Tobat. Tentu ini adalah pandangan yang keliru. Oleh karena itu dalam buku Katekismus Romawi ditegaskan:

“Orang tidak dibebaskan dan semua kelemahan kodrat oleh rahmat Pembaptisan. Sebaliknya setiap orang harus berjuang melawan rangsangan hawa nafsu yang tanpa henti-hentinya mengajak kita untuk berbuat dosa.” Hal yang sama diungkapkan kembali dalam buku Katekismus Gereja Katolik yang baru No.1264, bahwa:

“Di dalam orang-orang yang dibaptis tetap ada beberapa akibat sementara dari dosa: penderitaan, penyakit, kematian, kelemahan yang berhubungan dengan kehidupan (seperti misalnya kelemahan tabiat), serta kecondongan kepada dosa, yang oleh tradisi dinamakan concupiscentia (keinginan tidak teratur) atau, secara kiasan, “dapur dosa’ (fomes peccati).”

Pembaptisan adalah sakramen pertama demi pengampunan dosa. Sebab itu Sakramen Tobat tetap diperlukan untuk dosa-dosa yang dilakukan setelah dibaptis.


B. DISATURAGAKAN DALAM KRISTUS

 

Oleh Pembaptisan kita sungguh-sungguh dipersatukan dengan Kristus secara total. Kita disaturagakan di dalam Dia. Rasul Paulus dengan indah mengatakan, “Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus” (Gal 3:27). “Manusia lama” kita dilepaskan pakaiannya dan selanjutnya diganti pakaian baru dengan “manusia baru”, yaitu dengan Kristus sendiri (bdk. Kol 3.9-10; Ef 4:22-24).

Pembaptisan telah menjadikan kita SATU di dalam Kristus. Bahwa kita ini adalah SATU di dalam Kristus. KeSATUan ini hendaknya menjadi warna yang indah, Paulus menandaskan, bahwa dengan dibaptis dalam Kristus, “Tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah SATU di dalam Kristus Yesus” (Gal 3:28).


C. DIGABUNGKAN KE DALAM GEREJA

 

Pembaptisan bukan hanya menyatukan kita sebagai manusia baru dalam Kristus tetapi juga sebagai umat manusia yang baru di dalam Kristus, yaitu Gereja. Pembaptisan menggabungkan kita ke dalam Gereja. Oleh sebab itu rasul Paulus juga mengatakan, “Dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh” (1 Kor 12:13). Dengan kata lain, pembaptisan menjadikan kita anggota-anggota Tubuh Kristus. Dan sebagai anggota, “kita adalah sesama anggota” (Ef 4:25) yang hidup di dalam persekutuan gereja.

Sebagai sesama anggota Gereja, setiap orang yang telah dibaptis di dalam Kristus mempunyai hak-hak seperti menerima Sakramen-sakramen, hak untuk dikuatkan oleh Sabda Allah dan ditopang oleh bantuan rohani Gereja (bdk. LG 37). Kecuali karena seseorang terkena ekskomunikasi, maka hak-hak tersebut, terutama penerimaan Sakramen-sakramen dibekukan. Hak-hak tersebut diberikan kepada setiap anggota Gereja demi kesuburan pertumbuhan hidup rohaninya, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota komunitas Gereja.

D. DIJADIKAN ANAK ANGKAT ALLAH

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Liturgi art.6 menguraikan mengenai arti Baptis sebagai berikut: “Melalui pembaptisan orang-orang dmasukkan ke dalam misteri Paskah Kristus: mereka mati, dikuburkan dan dibangkitkan bersama Dia; mereka menerima Roh pengangkatan menjadi anak, dan dalam Roh itu berseru: ‘Abba, Bapa’ (Rm 8:15; Gal 4:6); demikianlah mereka menjadi penyembah sejati, yang dicari oleh Bapa.”

Pembaptisan telah mengangkat kita menjadi anak-anak Allah (bdk. Rm 8:15). Betapa luhur dan tinggi martabat yang dikenakan kepada kita ini; suatu anugerah Allah yang luar biasa, yang diberikan kepada kita semata-mata karena kasih-Nya. Mata kita terkadang kurang bisa melihat anugerah agung yang diberikan oleh Allah. Maka kita kadang masih perlu dicelikkan supaya dapat melihat dalam terang iman, mensyukuri dan menjunjung tmggi martabat itu. Sebab itu rasul Yohanes mengingatkan, “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah” (1 Yoh 3:1).

Pengangkatan. sebagai anak-anak Allah adalah suatu rahmat yang sangat menggembirakan. Mengapa? karena Allah, Bapa kita adalah Allah yang kaya (bdk. Ef 2:4). Dalam kekayaan-Nya Allah tidak menghendaki anak-anak-Nya miskin, kelaparan dan mati. Sebaliknya Allah memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati (bdk. 1 Tim 6:17). Kekayaan-Nya adalah kekayaan anak-anakNya juga (bdk. 1 Kor 1:5; 2 Kor 8:7).

 


E. DIJADIKAN KENISAH ROH KUDUS

 

Dengan dibaptis kita bukan lagi milik kita sendiri melainkan milik Allah. Sebagai milik Allah, hidup kita disucikan oleh-Nya, diurapi dengan Roh Kudus-Nya dan dijadikan sebagai kenisah Roh Kudus. Rasul Paulus membangkitkan kesadaran akan hal demikian, “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dan Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor 6:19).

Di dalam bait Roh Kudus dan bersama Roh Kudus itulah kita dipanggil menjadi penyembah sejati dalam roh dan kebenaran sebagaimana dikehendaki oleh Allah (bdk. Yoh 4:23). Dan apabila Roh Kudus itu berkuasa penuh atas diri kita, Dia akan memperkenalkan dan mengajar kita bahwa Yesus adalah Tuhan (lh. 1 Kor 12:3) dan bahwa Allah itu Bapa kita (lh. Gal 4:6). Pengertian iman ini hanya mungkin dalam bimbingan Roh Kudus.

Roh Kudus yang hadir dalam diri kita itu juga yang memungkinkan kita berhubungan dengan Kristus dan semakin mengenal-Nya. Seperti tampak pada kata-kata Santo Ireneus: “Pembaptisan memberi rahmat kepada kita, supaya kita dilahirkan kembali dalam Allah Bapa oleh Putera dan dalam Roh Kudus. Mereka yang memiliki Roh Allah, dibawa kepada Sabda, artinya kepada Putera; tetapi Putera memperkenalkan mereka kepada Bapa, dan Bapa menganugerahkan kepada mereka keabadian.”

 

F. DIMETERAIKAN SECARA TAK TERHAPUSKAN

Pembaptisan mengukir suatu tanda khusus “meterai” pada setiap orang Kristiani, dengan satu meterai rohani yang tidak dapat terhapuskan oleh dosa mana pun, meskipun dosa menghalang-halangi pembaptisan untuk menghasilkan buah keselamatan. Meterai ini tidak terhapuskan, karenanya juga hanya diterimakan satu kali untuk selamanya dan tidak dapat diulangi (lh. Katekismus Gereja Katolik, 1272). Roh Kuduslah yang “mengurapi” orang yang dibaptis, dengan memberikan padanya meterai yang tak terhapuskan itu.

Dengan menerima meterai pembaptisan ini setiap orang Kristiani ”Ditugaskan untuk menyelenggarakan ibadat agama kristiani” (LG 11), untuk menghormati Allah seturut ajaran Katolik, untuk menghayati hidup iman katolik secara katolik atau untuk menjadi orang beriman katolik yang katolik.
Tugas tersebut mendapat tantangan besar tatkala orang dibaptis tidak mendapat iklim katolik dalam keluarga dan lingkungannya, dan tatkala orang menjadi acuh tak acuh dalam hidup keagamaannya, yang menganggap bahwa Allah seolah-olah tidak ada; Allah tidak berperan dalam hidupnya. Bila ada orang menghadapi tantangan atau hidup dalam keadaan demikian itu, Paus mengingatkan supaya kita tidak “tetap tinggal diam” (Lh. TMA 36).

Sampai di sini kita dapat melihat bahwa rahmat Pembaptisan itu luar biasa. Hal itu harus disadari. Karena itu Bapa Suci mengingatkan kepada setiap orang yang telah dibaptis supaya “memiliki penghargaan yang baru akan Baptis”. Dengan memiliki sikap mi maka orang tidak akan begitu gampang meninggalkan Yesus dan Gereja-Nya. Dalam kaitan dengan Baptis ini, penting sekali usaha memupukkembangkan iman kristiani secara terus menerus. Sebab dengan iman yang dalam dan subur maka buah-buah rahmat Pembaptisan itu semakin berlimpah dan nyata.

Bapa Suci Yohanes Paulus II dalam buku “Yubileum Agung Tahun 2000: Menjadi Manusia Barn Dalam Kristus (Persiapan Tahun Pentama)” menandaskan pentingnya memahami secara mendalam iman akan Kristus. Dikatakan demikian:
“Teguhlah dalam iman, pertama dengan pengetahuan yang cermat dan bertahap tentang isi ajaran-ajaran Kristiani. Tidak cukuplah menjadi Kristiani karena Baptis yang diterima... Jika kalian tidak menjadi sadar sendiri dan tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang apa yang harus diimani dan tentang alasan-alasan untuk iman ini, pada suatu saat tertentu segala sesuatu secara tak terhindarkan dapat runtuh dan lenyap, meski ada kehendak baik dan para orang tua dan para pendidik.” (No. 13). Pernyataan Bapa Suci ini menyiratkan akan pentingnya masa katekumenat yang cukup dan memadai dan masa mistagogi, pendalaman iman terus menerus setelah dibaptis.



PENGHARGAAN YANG BARU AKAN ROH KUDUS

 

Penghargaan yang baru akan Baptis berjalan seirama dengan penghargaan yang baru akan Roh Kudus. Bahwa Roh Kudus adalah Roh Pembaru (Lihat Lagu DIKAU ROH KUDUS ALLAH, Puji Syukur No. 575), Roh yang sanggup membarui hidup setiap orang yang terbuka akan kehadiran dan karya-Nya, sehingga ia dapat lebih mengenal dan menghargai Sakramen Baptis dan terang Roh Kudus. Ketertutupan akan bimbingan Roh Kudus menjadikan orang tidak dapat melihat dan mengenali rahmat-rahmat (termasuk rahmat Baptis) yang diberikan kepadanya.

Dalam Tahun Roh Kudus ini seluruh umat Kristiani diingatkan oleh Bapa Suci akan apa yang harus dilakukan. Dikatakan, “Tugas-tugas utama persiapan menyambut Yubilium meliputi penghargaan yang diperbarui akan kehadiran dan karya Roh, yang bertindak dalam Gereja balk dalam sakramen-sakramen, ... dan dalam aneka ragam karisma, peran, dan pelayanan jabatan yang diilhamkan-Nya demi kebaikan Gereja.” Masih pada nomor yang sama ditegaskan lagi,”... Maka dan itu, pentinglah kita mempunyai penghargaan yang baru akan Roh itu” (TMA 45).

Bapa Suci menilai bahwa mempunyai penghargaan yang baru akan Roh Kudus itu penting. Mengapa? Pertama, karena kita tidak mungkin menjadi murid-murid Yesus dan anak-anak Allah tanpa “permandian kelahiran kembali dan pembaruan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit 3:5). Kedua, karena rasa —kesadaran— kepekaan kita akan kehadiran dan karya Roh Kudus masih kurang. Ketiga, karena tanpa Roh Kudus kita tidak mungkin mengalami kasih Allah sebagai Bapa yang baik hati. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan, “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Rm 5:5). Keempat, karena tanpa Roh Kudus sebenarnya dalam hidup kita ini kita bekerja dan berjalan sendiri dan bisa tersesat (bdk. Yoh 14:16-18.25-26;16:7).

Kesadaran dan pengharapan yang baru akan Roh Kudus akan menuntun kita kepada “hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh” (Gal 5:25) dalam segala aspek kehidupan kita. “Datanglah Roh Kudus! Penuhilah hati umatMu dan nyalakanlah didalamnya api cinta kasih-Mu, supaya memiliki penghargaan yang baru akan kehadiran dan karyaMu yang sudah dimulai sejak Pembaptisan.”

“Datanglah Roh Kudus! Penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta kasih-Mu, supaya memiliki penghargaan yang baru akan kehadiran dan karya-Mu yang sudah dimulai sejak Pembaptisan.”