Print
Hits: 7044

User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

 Sekitar limapuluh tahun yang lalu, jumlah saksi-saksi Yehowah di seluruh dunia tidak sampai 100.000. Namun, sekarang jumlah di Indonesia saja diperkirakan sudah melampaui angka tersebut. Penyebaran mereka terutama terjadi di kota-kota utama di pulau Jawa. Adapun di seluruh dunia jumlah para saksi Yehowah telah mencapai angka jutaan. Kebanyakan dari mereka merupakan ‘pindahan’ dari Katolik atau Protestan.

Seorang imam, teman saya, mempunyai pengalaman menarik dengan para saksi Yehowah. Ketika masih frater, pernah dua kali ia bertemu dan berdialog dengan saksi Yehowah mantan Katolik. Pertama, dengan seorang bapak yang tinggal di Depok. Bapak ini sebelumnya cukup aktif di paroki. Suatu ketika ia dikunjungi seorang saksi Yehowah. Ia tertarik mendengarkan penjelasan Kitab Suci dari orang tersebut. Setelah beberapa kali dikunjungi, ia diundang untuk menghadiri pertemuan mereka. Dari sana ia meninggalkan iman Katoliknya. Dalam percakapannya dengan imam kenalan saya, bapak ini mengatakan bahwa alasan utama ia pindah ialah kehausannya yang besar akan Firman Tuhan. Pendalaman Kitab Suci yang diadakan dalam pertemuan saksi Yehowah sangat menarik. Hal tersebut tidak ditemukannya dalam gereja Katolik.

Pertemuan kedua imam tersebut dengan saksi Yehowah terjadi di kota Bogor. Suatu hari ia dihubungi seorang bapak. Dengan sedih bapak tersebut menyatakan keprihatinannya atas istrinya. Istrinya telah lima tahun tidak ke gereja. Saat dikunjungi, ibu tersebut mengakui bahwa ia sudah menjadi saksi Yehowah. Ia pindah karena kecewa dengan gereja Katolik. Pada saat-saat susah ia tidak pernah mendapatkan perhatian dan pelayanan dari gereja Katolik. Justru waktu itu ada saksi Yehowah yang datang ke rumahnya. Ia merasa disapa. Ia bahkan ditolong untuk keluar dari permasalahannya. Itulah yang kemudian membulatkan hatinya untuk memilih jalan kepercayaan yang baru.

Dua kisah di atas hanya mewakili kisah-kisah lainnya yang semakin banyak terjadi akhir-akhir ini. Mengapa para saksi Yehowah bisa berkembang sampai sejauh ini? Siapakah mereka? Apa yang membuat mereka sangat bersemangat? (Mereka tidak segan-segan untuk mewartakan keyakinan mereka dari pintu ke pintu!). Dari mana asal mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini mulai menggelitik hati saya ketika saya sendiri terkesima mendengarkan kesaksian seorang ibu akan saudarinya yang telah menjadi saksi Yehowah (lagi-lagi dari Katolik). Ibu tersebut mengeluhkan keyakinan kakaknya yang menurutnya sangat aneh. Kakak perempuannya itu mempunyai prinsip tidak boleh menolak permintaan orang. Prinsip ini diperolehnya dari pendalaman Kitab Suci kelompoknya. Ia bahkan tidak segan-segan mencari pinjaman uang untuk membantu orang yang minta tolong darinya. Akibatnya, ia tidak pernah lepas dari lilitan hutang. Yang lebih mengherankan lagi, sekalipun demikian ia tampak gembira-gembira saja tanpa merasa terbebani oleh hutang tersebut. Bermula dari keheranan itu, saya mulai mencoba mencari tahu tentang saksi Yehowah ini.


Awal Mula Saksi Yehowah

Pendiri kelompok ini ialah seorang berkebangsaan Amerika yang bernama Charles Taze Russell (1852-1916). Ia dilahirkan dan dibesarkan di Pittsburgh sebagai seorang Protestan dari aliran Kongregasionalis. Pada usia tujuh belas tahun ia mencoba mempertobatkan seorang ateis. Yang terjadi justru sebaliknya, ia yang menjadi ateis, atau lebih tepat, agnostik (aliran ini percaya akan adanya Tuhan pencipta, tetapi tidak percaya bahwa Tuhan tersebut peduli dengan manusia). Beberapa tahun kemudian, ia pergi ke suatu pertemuan dalam gereja Adventis. Mendengar khotbah dari pendetanya tentang Yesus yang akan segera datang, ia kembali tertarik pada kekristenan dan Kitab Suci.

Meskipun tidak menyelesaikan high school-nya (setingkat SMU), Russell kemudian mengangkat dirinya sebagai “pastor”. Ia mendirikan organisasi “Watch Tower” pada tahun 1879 dan semakin sering berkhotbah. Khotbahnya berhasil menarik dan mengumpulkan jemaat dengan pandangan-pandangan yang tidak lumrah. Ia mengajarkan bahwa neraka itu tidak ada. Orang baik akan masuk surga, sedangkan orang jahat dilenyapkan begitu saja. Bagi Russell, hanya ada satu Allah saja, yakni Yehowah. Yesus bukan Allah. Yesus bahkan disamakan dengan malaikat Mikael. Adapun, Roh Kudus bagi mereka bukanlah pribadi, melainkan sebentuk daya kekuatan semata yang tidak memiliki kehendak sendiri. Mengikuti semangat Adventis, Russell juga mengatakan bahwa Yesus akan segera datang. Ia bahkan bertindak jauh dengan meramalkan bahwa Yesus akan datang pada tahun 1914.

Tahun 1914 tiba dan berlalu. Yesus tidak tampak di mana pun. Russell kemudian mengubah sedikit ajarannya. Ia mengatakan bahwa sebenarnya Yesus telah datang kembali pada tahun 1914. Hanya kedatangannya itu tidak bisa dilihat mata. Yesus akan datang kembali sekali lagi dalam waktu dekat. Baru pada waktu itu kita bisa melihatnya dengan mata. Pada waktu itu Yesus akan memimpin pasukan terang dalam perang kolosal melawan bala tentara kegelapan. Perang akhir ini dikenal oleh pada saksi Yehowah sebagai perang Armageddon. Ajaran mengenai perang Armageddon ini sampai sekarang pun masih merupakan salah satu inti ajaran saksi Yehowah.

Russell meninggal pada tahun 1916. Penggantinya bernama Joseph R. Rutherford. Dialah yang pada tahun 1931 mengganti nama aliran yang ditinggalkan Russell dengan nama “Saksi Yehowah”. Dasar nama tersebut ialah Yes 43:10. Rutherford ini pula yang memulai tradisi pewartaan dari pintu ke pintu. Penggantinya, Nathan Homer Knorr melengkapi evangelisasi pintu ke pintu ini dengan pelatihan-pelatihan yang intensif. Knorr inilah yang kemudian mengupayakan penerjemahan Kitab Suci khusus untuk para saksi Yehowah. Terjemahan tersebut (New World Translation) digunakan para saksi Yehowah sebagai terjemahan resmi Kitab Suci mereka hingga saat ini.

Mengenai New World Translation (NWT) harus sejak awal dikatakan bahwa terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Inggris ini tidak diakui oleh para pakar Kitab Suci secara umum. Kredibilitasnya sangat diragukan sebab penerjemah-penerjemahnya terdiri dari lima orang yang kurang kompeten. Empat di antaranya tidak pernah mempelajari bahasa-bahasa biblis, seperti Ibrani dan Yunani. Orang kelima pernah mempelajari bahasa Yunani umum, bukan bahasa Yunani biblis. Itu pun hanya dalam waktu yang singkat. Padahal arti sebuah kata atau ungkapan dalam bahasa Yunani biblis sering berbeda dengan artinya dalam bahasa Yunani umum. Karena alasan-alasan ini, NWT tidak diakui dan tidak pernah dipakai oleh orang lain selain para saksi Yehowah.


Mereka Memang Berbeda dengan Katolik

Menurut kesaksian rekan imam saya, ibu di Bogor dalam cerita di atas akhirnya kembali ke gereja Katolik. Dalam pembicaraan mereka diketahui bahwa alasan kepindahan utama ibu itu bukan soal ajaran iman. Dengan terus terang ia mengatakan bahwa beberapa ajaran saksi Yehowah tidak cocok dengan dia. Memang, dari latar belakang Russell, pencetus kelompok ini, sudah bisa dilihat adanya beberapa keunikan dibanding dengan ajaran Katolik. Dalam perkembangan selanjutnya, visi dan keyakinan kelompok ini semakin jelas dirumuskan. Dewasa ini, sudah ada beberapa prinsip ajaran yang berlaku umum bagi kelompok ini.


1. Tentang Siapa Yesus

Pertanyaan yang paling mendasar untuk setiap kelompok atau individu yang memusatkan perhatian pada Yesus ialah: siapa Yesus bagi mereka? (Bdk. Mat 16:15) Bagi orang Katolik, jelas Kristus ialah Allah sekaligus manusia. Ia ialah Pribadi Kedua dalam Allah Tritunggal Mahakudus. Akan tetapi, bagi saksi Yehowah, Yesus ialah ciptaan pula. Memang, Dia itu ciptaan yang pertama. Namun, Dia bukan Allah. Ayat yang biasa mereka kutip ialah Kol 1:15: “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.”

Terjemahan LAI atas ayat tersebut sebenarnya jelas menyatakan bahwa Yesus itu melebihi segala ciptaan. Berarti Dia bersifat ilahi. Dua ayat selanjutnya meneguhkan kenyataan itu: "karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia” (Kol 1:16).

Masalahnya, saksi Yehowah menerjemahkan ayat tersebut secara berbeda: “He is the image of the invisible God, the first-born of all creation.” (NWT) Mereka menafsirkannya dengan mengatakan bahwa Yesus hanyalah ciptaan pertama (first-born of all creation). Jadi, Dia bukan Allah. Untuk mendukung argumen mereka, Why 3:14 dikutip: “The words of the Amen (Kristus), the faithful and true witness, the beginning of God’s creation.” Mereka bersikukuh bahwa ayat ini berbicara mengenai Yesus sebagai ciptaan awal. Padahal ayat ini bisa ditafsirkan secara sederhana, seperti yang dilakukan oleh para ahli Kitab Suci Kristen pada umumnya, bahwa Yesuslah yang menjadi sumber, awal penciptaan. Dengan kata lain, Dialah awal dari segala sesuatu. Itu berarti Dia tidak punya awal. Dia itu abadi. Dia itu Allah.

Demi mendukung argumen mereka tentang Yesus, saksi Yehowah bertindak jauh dengan mengubah terjemahan umum untuk Yoh 1:1. Terjemahan umum: “Pada mulanya adalah Firman. Firman itu bersama-sama dengan Allah; dan Firman itu adalah Allah.” Dengan membaca ayat ini, tidak bisa tidak, setiap orang akan menyadari bahwa orang Kristen meng-Allah-kan Yesus. Memang demikian, bagi orang Kristen, Yesus adalah Allah. “Firman” atau “Logos” dalam Injil Yohanes ialah Yesus Kristus. Dia adalah Allah. Namun, ayat ini kehilangan artinya yang asli ketika diterjemahkan oleh saksi Yehowah: “In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was a god.” (NWT) Perhatikan frasa “was a god”. Huruf “god” dengan huruf kecil menegaskan pandangan saksi Yehowah tentang Kristus. Bagi mereka, Kristus tidak setingkat dengan Allah. Ia berada di bawah Allah. Yesus itu semacam dewa.

Bagi saksi Yehowah, Kristus bukan Allah. Dia hanya ciptaan. Mereka bahkan menyamakan Yesus dengan Malaikat Mikael dengan dasar-dasar Kitab Suci yang sulit diterima (misalnya: Dan 10:13; 12:1; Jud 9; Why 12:7-8). Karena itu, kebanyakan ahli keagamaan tidak memasukkan saksi Yehowah di bawah label “Kristiani”. Mereka bukan orang Kristen dalam arti yang sesungguhnya. Orang Kristen mengakui Yesus ialah Tuhan. Yesus ialah Allah. Salah satu Pribadi ilahi dalam kesatuan kodrat Allah Tritunggal.


2. Tentang Surga dan Neraka

Mengherankan bahwa saksi Yehowah tidak mengakui adanya neraka. Menurut gereja Katolik, neraka disediakan bagi mereka yang menolak rahmat Allah atau yang tidak mau bertobat. Bagaimana bentuk neraka itu? Tidak ada dari yang masih hidup yang tahu. Namun, neraka itu nyata dan benar-benar ada. Seperti ditulis dalam Why 14:11: “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Siksaan neraka menunggu mereka yang tidak mau mengakui Allah, tetapi menyembah iblis dan tawaran-tawarannya selama di dunia.

Di satu pihak, para saksi Yehowah sangat percaya akan adanya surga. Hanya pendapat mereka tentang surga mungkin agak mengherankan bagi orang lain di luar kalangan mereka. Misalnya, mereka percaya yang akan masuk ke surga hanya berjumlah 144.000 orang saja. Keyakinan mereka didasarkan pada Why 7:4. Bagi mereka, tidak sulit untuk percaya akan hal itu. Mungkin seperti orang Katolik tidak punya kesulitan untuk percaya bahwa roti dan anggur setelah konsekrasi telah berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Akan tetapi, jika jumlah mereka saja sudah jutaan, selebihnya ke mana? Mereka menjawab, berapa pun jumlah mereka, yang masuk surga hanya 144.000 orang. Berarti Tuhan akan memilih yang terbaik di antara mereka.

Di lain pihak, mereka tidak percaya akan neraka. Neraka itu tidak ada. Pertanyaannya, jika neraka itu tidak ada, ke mana jiwa orang-orang di luar bilangan 144.000 itu akan pergi setelah kematian. Jawaban mereka sederhana, jiwa orang-orang yang tidak terpilih akan lenyap. Dengan demikian, saksi Yehowah tidak mengakui imortalitas (kekekalan) setiap jiwa. Yang akan tinggal hanya 144.000 jiwa saja. Selebihnya akan berhenti ada. Untuk mendukung pandangan mereka ini, lagi-lagi mereka menerjemahkan ayat tertentu dalam Kitab Suci secara tidak lazim. Contohnya Mat 25:46. Terjemahan LAI: “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” Jelas dari ayat ini ada ‘tempat’ untuk menyiksa jiwa-jiwa dalam kekekalan. Akan tetapi, saksi Yehowah menerjemahkan demikian: “And these will depart into everlasting cutting-off, but the righteous ones into everlasting life.” (NWT) Untuk mereka yang tidak termasuk kalangan terpilih akan masuk ke dalam “everlasting cutting-off”. Artinya, penghapusan kekal. Beda sekali dengan terjemahan New Jerusalem Bible misalnya: “And they will go away to eternal punishment, and the upright to eternal life.” Kata asli “kolasin“ memang lazim diterjemahkan “hukuman”. 


3. Tentang Darah

Meskipun bukan merupakan salah satu inti ajaran mereka, pantangan makan darah dan menerima transfusi darah telah menjadi trade-mark saksi Yehowah. Di negara asalnya, Amerika Serikat, kalau seseorang memperkenalkan diri sebagai saksi Yehowah, biasanya dia akan langsung disambut kata-kata: “Oh, yang tidak menerima transfusi darah itu, ya?” Dalam kenyataannya, mereka memang lebih suka mati kehabisan darah daripada menerima transfusi darah dari orang lain. Bagi mereka, menerima darah orang lain ke dalam pembuluh darah mereka merupakan pelanggaran berat terhadap hukum Allah. Fanatisme mereka dalam hal ini mungkin bisa dibandingkan dengan fanatisme ibu dan ketujuh anaknya dalam 2 Mak 7. Mereka lebih suka dihukum mati daripada makan daging babi yang diharamkan agamanya.

Memang dalam Perjanjian Lama cukup banyak ayat yang menyatakan larangan makan darah (a.l. Kej 9:4; Im 7:26-27; 17:12; Ul 12:23). Akan tetapi, itu Perjanjian Lama. Ada larangan lain dalam Perjanjian Lama yang tidak diindahkan lagi, bahkan oleh saksi Yehowah sendiri. Misalnya, larangan untuk menyalakan api dalam rumah pada hari Sabat (Kel 35:3), sekian banyak aturan mengenai persembahan dalam Kitab Imamat, aturan mengenai perladangan (Im 19:9-10); larangan untuk melakukan kawin silang terhadap ternak, larangan untuk menaburi ladang dengan dua jenis benih, larangan untuk mengenakan pakaian dari dua jenis bahan (Im 19:19), dan masih banyak yang lain. Bahkan sebenarnya, dalam Perjanjian Lama orang Israel tidak hanya dilarang makan darah, tetapi juga lemak (Im 3:17; 7:23-25). Lalu, mengapa hanya larangan untuk makan darah yang diangkat? Lebih daripada itu, larangan-larangan yang saya sebutkan sebelumnya tidak pernah dicabut secara eksplisit dalam Perjanjian Baru. Namun, larangan-larangan mengenai makanan dan minuman serta hari Sabat rupanya tidak berlaku lagi bagi orang Kristen. Seperti ditulis oleh Paulus: “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat” (Kol 2:16). Yesus pun menandaskan, "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang" (Mat 15:11; bdk. Mrk 7:15.18). Di sini Yesus mau mengatakan bahwa yang terpenting bukan aturan-aturan yang lahiriah, melainkan kasih karunia dan kebenaran (bdk. Yoh 1:17; Mrk 2:27). Lagipula pembenaran itu datang bukan karena melakukan hukum taurat, melainkan karena iman kepada Kristus (bdk. Gal 2:16).


Cara Mereka Menambah Jumlah

Kalau saya boleh mengumpamakan ajaran keyakinan sebagai suatu produk, pewartaan berarti meliputi pengiklanan dan pemasarannya. Untuk urusan pemasaran ini rasanya jarang ada aliran keyakinan di dunia ini yang melampaui pengalaman dan dedikasi para saksi Yehowah. Kebanyakan dari mereka hanya mengambil kerja paruh-waktu supaya punya lebih banyak waktu untuk mewartakan. Anggota-anggota yang serius umumnya menghabiskan 60 hingga 100 jam setiap bulan untuk mewartakan. Sebagian bahkan menghabiskan lebih banyak daripada itu. Di pusat mereka di Amerika, “Watch Tower”, tidak jarang ada yang bekerja penuh-waktu.

Sejak awal salah satu prinsip keyakinan mereka ialah pewartaan. Bahkan boleh dikatakan kelangsungan keberadaan mereka bergantung penuh dari pewartaan. Namanya saja “Saksi Yehowah”. Nama itu menandaskan apa sesungguhnya jati diri mereka: saksi. Setiap anggotanya diharapkan melakukan pewartaan, atau mereka lebih suka memakai kata: kesaksian, sedapat mungkin. Jadi, jangan meremehkan kekuatan dan pengalaman mereka. Ibarat perusahaan, mereka punya pengalaman lebih dari seratus tahun di bidang ini!

Keberhasilan mereka menarik banyak orang ke kelompok mereka disebabkan juga oleh sifat ajaran mereka yang gamblang. Artinya, penjelasannya bisa ditangkap oleh masyarakat secara umum. Tidak ada unsur-unsur klenik atau esoterik (baca: hanya bisa diterima oleh orang-orang tertentu saja) yang menyertai ajaran mereka. Hal ini yang membedakan mereka dengan Mormonisme, khususnya mormon fundamentalis, misalnya sekte Yearning for Zion, yang pada awal tahun 2008 pernah menjadi berita di koran-koran dan majalah-majalah internasional. Ajaran saksi Yehowah lebih simpatik dan punya pandangan yang bisa diterima pula secara rasional.

Cara mereka mewartakan keyakinan sangat beragam. Semua sarana komunikasi dipakai. Sarana yang tetap menjadi ujung tombak mereka ialah majalah, pamflet, buku-buku tipis yang disebarluaskan secara gratis di seluruh dunia. Banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lokal dan didistribusikan secara rutin. Secara pribadi mereka juga rajin mengirimkan e-mail dan sms kepada kenalan dan sanak-saudara.

Meskipun sarana tulisan banyak dipakai, sarana lisan, komunikasi langsung dengan pendengar tetap merupakan sarana paling utama. Mereka dilatih secara intensif justru untuk itu. Pertama, mereka diberi teknik untuk mengenali orang-orang yang prospektif untuk diajak bicara. Umumnya, sasaran mereka ialah orang-orang yang sedang bingung soal keyakinan mereka atau yang sedang mengalami kesulitan dalam hidup mereka, entah itu secara finansial ataupun relasi. Selain itu, mereka juga memiliki buku pegangan khusus dengan contoh-contoh pewartaan efektif kepada penganut agama Budha, Hindu, Islam, bahkan Yahudi. Mereka juga diberi bekal teks-teks Kitab Suci serta jawaban-jawaban untuk setiap tanggapan rekan bicara mereka atas teks-teks tersebut.


Beberapa Tips untuk Menghadapi Saksi-saksi Yehowah

Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa para saksi Yehowah siap menghadapi segala reaksi dari pendengar mereka, mulai dari tanggapan lisan sampai mimik muka. Saya akan memberikan beberapa tips dari mereka yang telah berpengalaman bercakap-cakap dengan para saksi Yehowah.


1. Perdalam pemahaman Anda tentang iman Katolik.

Sadarlah bahwa sebagian besar dari para saksi Yehowah memiliki pemahaman Kitab Suci yang sangat baik. Sebaliknya, sebagian besar orang Katolik tidak. Gunakan waktu Anda untuk membaca Kitab Suci. Lengkapi pemahaman Anda dengan membaca buku-buku tafsir Kitab Suci dari ahli-ahli Katolik. Bacalah pula literatur-literatur Katolik yang menunjang, terutama Katekismus Gereja Katolik. Selain itu, saya merekomendasikan buku-buku apologetis (soal mempertanggungjawabkan iman Katolik) yang sudah cukup banyak dijual di toko-toko buku Katolik. Anda tidak akan tahu kapan semua itu akan dibutuhkan.


2. Kenali inti-inti ajaran para saksi Yehowah, terutama perbedaan-perbedaan dengan ajaran Katolik. 

Di atas sudah cukup banyak dijelaskan.


3. Kenali pula teknik-teknik pewartaan mereka.

Sasaran mereka ialah orang-orang yang bingung akan iman mereka atau yang sedang mengalami kesulitan hidup. Namun, mereka juga siap untuk mewartakan kepada orang-orang yang tidak mereka kenal. Kalau bertemu dengan saksi Yehowah yang tidak Anda kenal, ingatlah bahwa mereka telah sangat terbiasa mendapatkan penolakan. Beberapa contoh cara mereka memulai percakapan:

Jika dijawab: “Saya tidak tertarik pada keyakinan Anda,” mereka akan menanggapi dengan kata-kata seperti ini: “Ya, ini bukan kali pertama kami mendengar jawaban seperti itu. Tapi, apakah Anda pernah berpikir mengapa saya dan banyak saudara saya yang lain mau bersusah-payah melakukan hal yang memalukan ini: keliling sambil mengetuk pintu orang, meskipun kami tahu sebagian besar dari Anda akan menolak kami?”

“Saya sudah tahu tentang agama Anda.” Para saksi Yehowah akan menjawab: “O, saya sungguh senang mendengar itu. Apakah ada kenalan atau keluarga Anda yang berasal dari kalangan kami? Apa pendapat Anda tentang keyakinan kami akan dunia ini? Setujukah Anda akan pendapat kami bahwa Tuhan sedang berencana untuk menghancurkan kejahatan dalam dunia ini?”

“Maaf, saya tidak tertarik.” Jawaban mereka biasanya: “Tidak tertarik? Bolehkah saya tahu apa maksud Anda. Apakah Anda tidak tertarik untuk berdiskusi soal agama? Atau Anda hanya sekedar tidak peduli soal agama? Bukankah agama itu sangat penting bagi banyak orang yang lain? Bahkan bukankah agama ada untuk menyelesaikan problem di dunia ini? Atau Anda setuju pada pendapat lain bahwa justru agamalah sumber masalah di dunia ini?”

Contoh-contoh di atas dapat memberikan gambaran betapa ngotot-nya (bersikukuh-nya) para saksi Yehowah ini. Mungkin penolakan bukanlah jalan terbaik untuk menghadapi mereka. Karena itu, perlu tips berikut:


4. Ajak mereka untuk berdoa dulu.

Katakan bahwa karena diskusi ini ialah diskusi rohani, baik kalau dimulai dengan doa. Berdoalah sesuai keyakinan Katolik. Gunakan kata-kata doa yang menegaskan posisi iman Anda, misalnya tentang Yesus dan Roh Kudus sebagai Allah. Kebanyakan saksi Yehowah akan gelisah mendengar kata-kata doa Anda.


5. Selama percakapan, ajak mereka untuk berdiskusi tentang ayat-ayat lain dalam KS.

Para saksi Yehowah akan selalu berusaha mengulang ayat-ayat Kitab Suci yang mereka kuasai dan menyetir pembicaraan seputar ayat-ayat itu. Jangan termakan oleh strategi ini. Ajak mereka untuk berbicara mengenai ayat-ayat lain yang sulit dijelaskan mereka. Misalnya, Yoh 1 tentang keilahian Kristus; Mat 16:18 tentang peran khusus Petrus; Yoh 6 tentang roti hidup; Yoh 20:28 Yesus disebut Allah oleh Tomas; ayat-ayat tentang surga dan neraka; dan lain-lain. Ingat, mereka akan menggunakan ayat-ayat Kitab Suci terjemahan mereka sendiri. Jika itu yang terjadi, gunakan kesempatan itu untuk menanyakan mengapa mereka harus menggunakan terjemahan Kitab Suci yang berbeda. Anda sudah tahu bahwa terjemahan Kitab Suci mereka tidak diterima oleh para ahli Kitab Suci. Perlu juga dicatat bahwa kadang-kadang mereka juga menggunakan versi terjemahan lain. Namun, ayat-ayat yang dikutip dari sana biasanya digunakan untuk mendukung pendapat mereka saja.


6. Kalau ada masalah yang tidak bisa Anda jawab, jangan malu untuk mengakuinya.

Berterus-teranglah kalau Anda memang tidak tahu jawaban atas pertanyaan rekan bicara Anda. Misalnya, Anda tidak siap untuk menjawab pertanyaan mengenai keperawanan Maria setelah melahirkan Yesus. Kalau itu yang terjadi, berjanjilah bahwa Anda akan mempelajari itu lebih lanjut. Baik pula kalau Anda menyediakan Katekismus Gereja Katolik di tempat yang mudah dijangkau. Cari indeks tentang Maria, tentang keperawanan Bunda Allah, lalu bacalah teks tersebut bersama dengan dia. Boleh juga Anda menyimpan pertanyaan itu untuk disampaikan kepada mereka yang tahu menjawabnya.


Penutup

Setelah membaca artikel ini dari awal, saya sadar bahwa masih banyak informasi yang seharusnya bisa disampaikan. Karena keterbatasan tempat, terpaksa saya sudahi artikel ini sampai di sini. Sayang, literatur dalam bahasa Indonesia mengenai saksi Yehowah dipandang dari sudut pandang Katolik belum ada. Kalaupun ada, hanya kalangan terbatas yang memilikinya. Saya sendiri tidak pernah menemukannya. Namun, harapan saya setidaknya artikel ini bisa membantu Anda untuk bersiap menghadapi para saksi Yehowah di pintu Anda. Di Indonesia, hal itu mungkin saja akan terjadi.